Wim LB Smet, Bule Belgia yang Fasih Bahasa Sunda di Pangandaran

Wim LB Smet, Bule Belgia yang Fasih Bahasa Sunda di Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar
Jumat, 10 Mar 2023 10:30 WIB
Wim LB Smet, bule Belgia di Pangandaran yang piawai bahasa Sunda.
Wim LB Smet, bule Belgia di Pangandaran yang piawai bahasa Sunda. (Foto: Istimewa)
Pangandaran -

Wim LB Smet jadi sosok menarik di Kabupaten Pangandaran. Pria asal Belgia ini tinggal di Pangandaran, tepatnya di Batukaras, Kecamatan Cijulang.

Ia tinggal di sana sejak menikah dengan perempuan asal Parigi, Pangandaran. Akan tetapi, keunikannya adalah ia piawai berbahasa Sunda.

"Awal saya ke Pangandaran dulu itu ke Pantai Batukaras, mau ikut resepsi pernikahan adik saya yang menikah dengan orang Batukaras," kata Wim kepada detikJabar belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam acara pernikahan itulah ia mengenal seorang perempuan. Ia ingat betul saat itu adalah tahun 1998. Tanpa disangka, perempuan itu kemudian menjadi jodohnya.

Setelah sempat pulang ke Belgia, Smet kembali ke Pangandaran. Ia kemudian menikah dengan perempuan itu dan memilih tinggal bersamanya di kawasan wisata Batukaras.

ADVERTISEMENT

"Baru tahun 1999 saya menikah dengan orang Parigi," ucapnya.

Selama tinggal di Pangandaran, Smet sempat pulang-pergi ke Belgia. Adapun soal statusnya, ia mengaku masih warga negara asing (WNA) sampai sekarang.

"Sampai saat ini juga masih WNA, memakai via Kitap (Kartu Izin Tinggal Tetap) dan saya harus laporan setiap 5 tahun sekali," ucapnya.

Wim LB Smet, bule Belgia di Pangandaran yang piawai bahasa Sunda.Wim LB Smet dan istrinya. Foto: Istimewa

Tak hanya menikah dengan orang Pangandaran, Smet berusaha membaur dengan warga setempat. Ia juga perlahan belajar bahasa Indonesia. Bahasa Sunda pun akhirnya ia pelajari hingga bisa fasih seperti sekarang.

"Pertama saya belajar bahasa Indonesia dulu , Sunda mah hese pisan (susah banget). Sekitar 5 tahun baru bisa mengerti bahasa Sunda," kata Smet.

Smet sendiri mengaku kesulitan menggunakan bahasa Sunda. Alasannya karena banyak kata yang beda meski maknanya sama. Misalnya ketika mengajak makan kepada anak-anak akan berbeda dengan orang dewasa. Itu karena ada undak-usuk dalam bahasa Sunda.

"Kalau bahasa Sunda kan bicaranya satu kata beda-beda, bicara sama anak beda dan bicara sama orang dewasa," ucapnya.

Menurutnya bahasa Sunda sangat unik. Sebab ada kekayaan kata dalam bahasa Sunda. "Seperti kalau mau mengajak makan, bahasa Indonesia kan cuma satu ya hanya 'makan', tapi kalau bahasa Sunda ada, madang, dahar, nyatu, dan tuang," tuturnya.

Kendati demikian, kata Smet, bisa menggunakan bahasa Sunda mengasyikkan baginya. Sebab ia bisa berbaur dan memahami apa yang dibicarakan orang Sunda.

Apalagi ia memiliki home stay di Batukaras. Sehingga ia kerap berbicara menggunakan bahasa Sunda jika kebetulan tamunya adalah orang Sunda.

"Enak kalau bisa bercanda sama tamu dari Bandung, kan di sini buka home stay. Selain itu untuk menjalin komunikasi buat menjalin bisnis jadi mudah dimengerti," ucap Smet.

(mso/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads