Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio (20) cs terhadap Cristalino David Ozora (17) membetot perhatian publik. Dibalik kasus penganiyaan itu, Dandy diketahui merupakan anak pejabat pajak dan sering pamer moge di media sosial.
Usai kasus ini viral, sorotan terhadap pengendara moge semakin tajam. Itu karena mereka dianggap punya power lebih ketika menunggangi si kuda besi. Benarkah demikian?
Ketua Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Bandung, Glenarto menjawab soal pengguna moge yang dianggap memiliki power lebih di jalanan. Glen -sapaannya- mengatakan, pengendara moge diharuskan memiliki power.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jelas harus punya power, dalam hal ini power positif yang digunakan oleh kami HDCI Bandung menyalurkan Hobi berkendara moge Harley Davidson menjadi jalan berbuat kebaikan, sampai saat ini masih terjaga dengan baik," kata Glen kepada detikJabar, Sabtu (4/3/2023).
Glen menegaskan, HDCI Bandung sangat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap kegiatan maupun ketika berkendara di jalan. Tujuannya, agar pengendara moge khususnya anggota HDCI tidak dicap arogan atau pamer harta kekayaan.
"Kami di HDCI Bandung sangat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebaikan antar sesama dalam berorganisasi, kami dicap sebagai orang yang memiliki previlege kekuasaan dan kekayaan, ingin pamer, dipuji dan bersikap arogan," tegasnya.
Bukan kali ini saja pengendara moge menjadi sorotan. Sebelumnya, beberapa insiden yang melibatkan pengendara moge kerap terjadi. Akibatnya, masyarakat menganggap moge selalu arogan.
Glen menepis anggapan itu. Dia memang mengakui memang ada beberapa pengendara yang bersikap arogan di jalan. Namun dia memastikan, pengendara itu adalah oknum dan tidak bisa disamaratakan dengan pengendara moge lain khususnya yang tergabung di komunitas resmi.
"Jikalau ada yang berbuat negatif atau biasa disebut arogan itu diperbuat oleh oknum-oknum tidak bisa disamaratakan untuk penghobi moge lainnya," ujar Glen.
HDCI Bandung sendiri tak tinggal diam dengan anggapan negatif masyarakat. Karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mengikis kesan miring tersebut.
Glen menuturkan, salah satu upayanya adalah dengan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan antar sesama dalam berorganisasi maupun dalam berkegiatan entah itu di jalan atau di ruangan hingga aksi sosial.
"Dan setiap perjalanan touring menuju suatu lokasi tujuan, peserta touring diwajibkan melakukan aksi sosial di daerah perlintasan menuju lokasi tujuan," ungkapnya.
(bba/dir)