Jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Bandung capai 412 kasus pada 2022. Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengaku terus mendorong agar korban KDRT berani melapor.
Yana mengatakan saat ini Pemkot Bandung terus mendekat ke masyarakat agar berani melapor soal KDRT melalui Pusat Pelayanan dan Pemberdayaan Perempuan (Puspel PP). Sekadar diketahui, Puspel PP sudah masuk di beberapa kelurahan.
Yana juga tak menampik tingginya kasus KDRT pada 2022 itu merupakan bukti keberanian masyarakat sudah melapor. Sebab, 412 kasus tersebut merupakan kejadian yang dilaporkan. "Iya ini membuktikan faktor pelaporan makin tinggi," kata Yana kepada detikJabar, Rabu (1/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yana mengatakan kasus KDRT seperti gunung es. Sehingga, pendekatan ke masyarakat agar berani melapor menjadi hal yang vital. "KDRT ini kan dilakukan oleh keluarga ya. Yang kemungkinan dia juga tidak mau melaporkan, ini kita dorong supaya orang berani melapor," ucap Yana.
Sekadar diketahui, jumlah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Bandung mencapai 1.054 kasus selama lima tahun terakhir. Pada 2022, jumlah KDRT di Kota Bandung capai 412 kasus.
Mengutip data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, jumlah KDRT di Kota Bandung selama 2022 mencapai 412 kasus. Ratusan kasus KDRT ini tersebar di 30 kecamatan di Kota Bandung.
Sebanyak 412 kasus KDRT itu merupakan yang terlapor dan ditangani pihak berwenang. Pelaporan kasus KDRT terbanyak terjadi di Kecamatan Coblong, yakni mencapai 32 kasus. Kemudian Kiaracondong mencapai 25 kasus. Kemudian Lengkong dan Batununggal, masing-masing 22 kasus. Dan, Cicendo sebanyak 18 kasus.
Kasus KDRT pada 2022 ini lebih tinggi dibandingkan empat tahun sebelumnya. Pada 2021, kasus KDRT yang dilaporkan mencapai 119 (kasus). Sementara, di 2020 sebanyak 186 kasus.
(sud/iqk)