Pilu Warga Desa Karangligar Karawang yang Sudah Bosan Dihantui Banjir

Pilu Warga Desa Karangligar Karawang yang Sudah Bosan Dihantui Banjir

Irvan Maulana - detikJabar
Selasa, 28 Feb 2023 14:15 WIB
Banjir Karawang.
Banjir Karawang (Foto: Irvan Maulana/detikJabar).
Karawang -

Pilu dirasakan keluarga Oo Iskandar (23) warga Dusun Pangasinan, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, setelah rumahnya terendam banjir pada Minggu (26/2/2023).

Kini, ia beserta lima orang anggota keluarganya terpaksa harus mengungsi di salah satu kontrakan yang berlokasi di dekat kampungnya.

"Banjir disini sering mas, hampir tiap tahun. Cuma ini yang lumayan parah, sebelumnya juga pernah lebih parah sampai ke dekat patok jalan itu," ujar Oo saat ditemui di posko banjir Desa Karangligar, Selasa (28/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, Desa Karangligar memang salah satu desa yang menjadi langganan banjir dan yang paling parah terdampak banjir sejak tahun 2007 silam.

Letaknya yang berada diantara muara sungai Cibeet dan Citarum, menyebabkan desa tersebut kerap kali dilanda banjir jika musim hujan mulai datang.

ADVERTISEMENT

"Kalau disini akhir tahun 2022 kemarin sampai Januari awal 2023 ada juga yang kebanjiran hanya beberapa rumah saja yang dekat ke sungai. Tapi sejak Minggu dini hari itu air naik, puncaknya Senin malam," kata dia.

Air mulai memasuki rumah Oo pada Minggu sekitar pukul 02.00 dini hari, Oo dan anggota keluarganya yang sudah terbiasa akan peristiwa itu, lantas bergegas mengambil beberapa pakaian serta dokumen oenting milik keluarganya.

"Minggu itu sampai subuh saya sama ibu masih berkemas di rumah, dibawa lah beberapa baju dan dokumen penting, ketiga adik saya dibawa sama bapak duluan ke pinggir jalan. Kami numpang di kontrakan milik saudara saya yang kebetulan kosong," imbuhnya.

Tepat di waktu subuh, air merendam rumah Oo sudah hampir menenggalamkan dirinya. Dengan ketinggian air sekitar 120centimeter, setengah tembok rumahnya juga sudah mulai terendam.

"Subuh sudah segini airnya (setinggi dada), kwh listrik sudah mati. Saya sama ibu berjalan keluar rumah dengan tas diatas kepala kami," ucap Oo sembari memperagakan.

Pada Minggu (26/2/2023) pagi, beberapa posko yang dibangun TNI dan BPBD sudah mulai berdiri, namun Oo memilih untuk tetap tinggal di rumah kontrakan dan bolak balik meminta konsumsi ke posko.

"Saya gak mau tinggal di posko adik-adik saya masih kecil rawan kena penyakit. Bapak saya juga gak libur kerja susah apa-apa kalau cuma di posko," ungkapnya.

"Jadi tugas saya, kalau pagi datang ke posko, siang ikut bantu-bantu relawan evakuasi, sore ke posko lagi. Ambil makanan, mie instan karpet dan kebutuhan mandi buat keluarga saya di kontrakan," lanjutnya.

Pilu tak hanya dirasakan keluarga Oo, Sumarni (41) bersama tiga orang anggota keluarganya juga meraskan ganasnya luapan Sungai Cibeet dan Citarum yang merendam rumahnya.

"Rumah saya berjarak 2 blok dari rumah Oo, kita ngungsi bareng-bareng. Cuma kalau saya sudah berangkat duluan ke aula kantor Desa saat subuh hari," ucap Sumarni.

Sumarni bersama dua anak dan suaminya memilih mengungsi di aula kantor Desa Karangligar, ia mengaku, sebab kondisinya tempatnya lebih layak dan dekat dengan dapur umum.

"Saya memilih kesana, karena lebih layak aja, disana juga ada dapur umum saya bisa bantu masak dan nggak khawatir telat makan," ungkap dia.

Sumarni juga mengatakan pengalaman yang sama dengan Oo, namun, ia dan ratusan keluarga lainnya memilih untuk tetap tinggal di Dusun Pengasinan karena alasan ekonomi.

"Saya disini aja, banjir ya banjir. Kita mau pindah kemana suami saya cuma petani, lahannya ada disini. Kalau pindah dari sini gak bisa usaha," pungkasnya.

(mso/mso)


Hide Ads