Terik matahari pada hari itu tidak melunturkan semangat yang dimiliki oleh Wawan (40) untuk menyambung kehidupannya sebagai relawan lalu lintas di sebuah gang kecil yang berada di Jalan Cianting, Ciwaruga, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Tempat itu menjadi mata pencahariannya untuk menyambung kehidupannya sehari-hari.
Tak jarang kendaraan melintasi tempat dimana ia menekuni pekerjaannya itu. Mulai mobil, motor hingga truk dan bus selalu melintas di jalan tersebut. Ia tetap semangat untuk mengatur lalu lintas agar tidak macet dan menjadikan jalanan itu menjadi padat.
Kendaraan yang melintas membuatnya tidak pantang untuk terus bergerak dan memberikan isyarat kepada pengendara yang melintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gang kecil tersebut termasuk jalan yang strategis, karena bisa menjadi akses bagi pengendara untuk pergi ke arah Sarijadi, Gegerkalong dan Pasteur,jalan penyambung antara jalan Cianting yang berada di belakang perumahan besar Setra Duta.
Akan tetapi akses jalan tersebut dibatasi oleh satpam perumahan, gang tersebut hanya bisa dilewati pada jam 05.00-20.00 saja. Karena di luar jam tersebut, jalan akan ditutup.
"Dulu 2 tahun pernah ditutup,saya sempat bingung dapat pemasukan darimana". ungkap Wawan.
Sejak kecil ia tumbuh besar di Cimahi dan memiliki tujuh saudara. Ia menjadi kakak tertua bagi adik-adiknya. Saat ini status Wawan belum menikah dan hidup bersama orang tuanya.
Wawan bercerita bahwa dia sudah 10 tahun berada di gang tersebut dan tidak pernah merasa bosan,hari demi hari ia berada di sana membantu pengendara agar tertib saat melintas di gang tersebut.
"Saya biasa berangkat ke sini dari rumah sekitar jam 8 sampe jam 4 sore, setiap hari. Kadang-kadang ya sampai magrib". katanya.
"Kadang-kadang kalau hujan ya saya pulang saja", tambahnya.
Menggunakan sepeda kesayangannya, ia pergi untuk menjemput uang pecahan Rp 2 ribu yang ia simpan untuk membeli makanan. Beberapa pengendara yang melintas menyisihkan uang tersebut kepada Wawan. Ia selalu bersyukur dengan apa yang telah ia dapatkan. Walau tidak banyak, tetapi masih cukup untuk menghidupinya.
Biasanya Wawan pulang membawa uang sebesar Rp 50 ribu jika sedang ramai dan Rp 30 ribu ketika sepi.Terkadang ia bergantian dengan temannya untuk berjaga di tempat itu. Jika sudah lelah, ia pulang dan beristirahat sejenak di rumah lalu kembali lagi untuk berjaga.
Tak hanya itu, terkadang Wawan dipanggil oleh Ketua RW yang biasa dipanggil Abah, untuk membersihkan area rumahnya seperti memotong tumbuhan untuk menambah penghasilannya.
(yum/yum)