Sebuah pohon mangga raksasa tumbuh di Desa Cipasang, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang. Konon usianya ratusan tahun. Selain itu pohon mangga tersebut menghasilkan beragam jenis mangga saat berbuah. Keunikannya membuat warga setempat menjadikan pohon mangga raksasa itu sebagai sebuah situs bernama Buah Warna.
Anggota Paguyuban Buah Warna Depi Hermawan mengatakan penobatan pohon mangga raksasa di Desa Cipasang sebagai situs karena pohon tersebut bisa menghasilkan sekitar sembilan jenis mangga.
"Ini itu pohon mangga tapi kelebihannya dari satu pohon ini dapat menghasilkan sembilan jenis mangga dari mulai ukuran besar berbentuk lonjong hingga berukuran mini sebesar jempol," ungkap Depi kepada detikJabar belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jenis mangga yang dihasilkan seperti mangga cengkir, mangga aromanis dan mangga lainnya," ujar Depi menambahkan.
Depi menuturkan, pohon mangga tersebut sempat tak berbuah selama empat tahun hingga pada akhir 2022 kembali berbuah. "Alhamdulillah setelah empat tahun tidak berbuah, kemarin pada Desember 2022 hingga awal bulan tahun 2023 kembali berbuah," terangnya.
Depi menyebut, pohon mangga tersebut memiliki diameter lebih dari dua meter atau perlu sekitar lima orang untuk dapat memeluk seluruh lingkaran dari batang pohonnya. "Di atasnya, pohon ini itu melebar ke segala arah. Begitu pun akar-akarnya yang besar yang menyebar ke segala penjuru di bawah tanah," ujarnya.
Ada satu kepercayaan warga pada saat pohon mangga berbuah. Hal itu berkaitan dengan prediksi tentang hasil panen pertanian warga. "Apabila bagian pohon mangga sebelah utara lebih banyak buahnya maka katanya, hasil pertanian warga yang ada di sebelah utara pun akan bagus," tuturnya.
Terkait asal usul dari pohon mangga sendiri, sejauh ini belum ada data yang pasti terkait hal itu. Namun menurut cerita, pohon mangga tersebut ditanam oleh seorang putri yang diasingkan dari sebuah kerajaan bersama dayang-dayangnya.
"Jadi pada saat itu putri itu makan buah mangga lalu biji-bijinya itu dikumpulkan dan dikubur ke dalam satu lubang di lokasi ini, mungkin menyatu di dalam sehingga lahir keajaiban ini," terangnya.
"Adab di sini itu memang sudah dari dulu seperti itu, pohonnya tidak boleh dipanjat. Kalau untuk memakan buahnya boleh asal buahnya itu yang jatuh dengan sendirinya," ujarnya.
Pohon mangga tersebut tumbuh di tanah adat milik Warga Desa Cipasang. Di dalamnya terdapat sebuah kuburan dan sebuah gubuk. Kuburan tersebut atas nama Dewi Siti Fatimah.
Depi memaparkan, meski tidak ada sejarah yang pasti terkait sosoknya tersebut, namun almarhumah dikenal sebagai seorang pahlawan atau penyiar agama Islam. "Yang jelas di sini itu tidak ada catatan sejarah tertulis," ujarnya.
Depi menambahkan, Buah Warna yang telah berusia lebih dari 100 tahun tersebut telah menarik minat para peziarah dari berbagai daerah di Indonesia.