Seiring perkembangan teknologi, eksistensi pedagang bakul keliling semakin tergerus dari waktu ke waktu. Selain beralih gunakan gerobak, banyak masyarakat yang beralih membeli hidangan dengan jasa online.
Adalah Mak Ella (77) warga Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Nenek 25 cucu ini masih eksis berjualan keliling gunakan bakul sejak tahun 70-an. Jajanan yang dijual hanya dua macam kacang tanah rebus dan biji buah nangka rebus.
Bakul yang dibawa perpaduan boboko dan ayakan, alat anyaman tradisional dari bambu. Boboko disimpan di bagian bawahnya, sementara ayakannya di bagian atas. Keduanya memiliki fungsi yang sama untuk menyimpan kacang dan rebusan biji nangka. Bakul ini dililit kain selendang yang ditambatkan ke pundak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Emak mah masih jualan pakai bakul, berat sih berat jalan teh, tapi kan kalau buat emak enak pakai bakul, kain diselendangin ke pundak. Pakai gerobak mah enggak ah, enggak ada modalnya, make HP teu ngalalarti nini nini (nenek gak ngerti),"kata Ella pada detikJabar di Alun-alun Singaparna, Senin (20/2/23).
Di usia senjanya, Mak Ella harus berjalan sejauh lima kilometer lebih berkeliling kota dan pusat keramaian setiap harinya. Tak jarang, perempuan paruh baya ini berjualan keluar kota seperti di Alun-alun Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya yang jaraknya belasan kilometer dari rumahnya.
Bedanya, Mak Ella berangkat menumpangi tiga angkutan umum yang berbeda jurusan. Ongkosnya mencapai Rp20 ribu pulang pergi.
"Di sini di Alun-alun emak mah seringnya jualan. Sehari naik angkot tiga kali dari rumah sampai di sini. Ongkos yah Rp 15 ribu sehari," tambah Ella.
Kaca tanah dan biji nangka rebus dibelinya dari Pasar Tradisional Cikurubuk. Sebelum dijual, Mak Ella merebusnya di rumah hingga matang. Satu porsi kacang tanah dijual Rp 5 ribu dan satu porsi rebusan biji nangka dijual Rp 6 ribu rupiah.
Keuntungan yang didapat tidaklah banyak antara Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu per hari. Itu pun kalau semua jualannya laku. Jika tidak habis, Mak Ella harus rela keuntungannya tergerus.
"Modal teh Rp 250 ribu beli kacang teh, kalau sehari bisa dapat Rp 300 ribu kadang lebih, yah bawa we Rp 50 ribu," kata Ella.
Keberadaan pedagang bakul ini ternyata masih ditunggu konsumennya. Pembeli akui hidangan dari pedagang bakulan lebih lezat dan alami.
"Saya beli kacang tanahnya, gak tau kenapa dari pedagang kayak Mak Ella ini kacangnya gurih, kalau gak gurih ada manis manisnya jadi enak. Harganya juga bersahabat," kata Diky Setiawan, konsumen.
Konsumen lain mengaku kerap iba mendapati pedagang keliling yang membawa bakul. Apalagi, pedagangnya nenek renta.
"Saya suka kasihan aja pengen beli. Gak peduli jualannya apa, rasanya gimana yang penting beli. Biar lestari juga pedagang ini," kata Mimin, konsumen lain.
(yum/yum)