Sepenggal Kisah Abah Adin Si Penjual Kaligrafi di Gasibu Bandung

Serba-serbi Warga

Sepenggal Kisah Abah Adin Si Penjual Kaligrafi di Gasibu Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 19 Feb 2023 21:01 WIB
Abah Adin, penjual kaligrafi berbahan kulit kambing di pasar minggu Gasibu Bandung.
Abah Adin, penjual kaligrafi berbahan kulit kambing di pasar minggu Gasibu Bandung (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Namanya adalah Abah Adin. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, namun ia tetap terlihat bersemangat menjajakan jualan kaligrafi tulisan arab yang terbuat dari kulit kambing di Pasar Minggu Gasibu, Kota Bandung.

Abah Adin sendiri tinggal di Garut, Jawa Barat. Dia ke Bandung bersama rombongan temannya dengan menyewa mobil bak terbuka. Sejak pagi buta, Abah Adin berangkat supaya mengejar waktu tiba di Bandung pukul 06.00 WIB.

Di sela-sela kesibukannya berdagang, detikJabar berkesempatan berbincang dengan Abah Adin di lapaknya. Hingga pukul 10.30 WIB, Abad Adin baru bisa menjual 5 barang dagangannya dari sekitar 12 kaligrafi berbagai macam ukiran yang ia bawa dari Garut tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, Abah Adin tak patah arang. Ia tetap bersyukur meski barang dagangannya itu belum ludes diborong pelanggan. Sebab menurutnya, yang penting ada pemasukan yang bisa ia bawa ke rumah meski jumlahnya tidak terlalu besar.

"Apalagi jualan kayak gini mah a, barangnya juga susah buat habis. Makanya buat saya mah yang penting ada buat dibawa pulang. Mau sedikit juga nggak apa-apa, disyukuri aja," kata Abah Adin, Minggu (19/2/2023).

ADVERTISEMENT

Di lapaknya itu, Abah Adin tak pernah kehabisan akal untuk bisa menarik pengunjung supaya membeli barang dagangannya. Meski ujung-ujungnya, kaligrafi berbahan kulit kambing tersebut hanya dilirik begitu saja oleh beberapa orang yang datang.

Abah Adin kemudian bercerita awal mula ia bisa menggeluti berbagai macam usaha. Ia pernah berjualan siomay, batagor hingga cilok di beberapa sekolah di Garut. Tuntutan ekonomi saat itu memang memaksa Abah Adin supaya berdagang, apalagi latar belakang pendidikannya hanya sampai kelas 2 SD.

Meski sudah tidak bisa lagi mengingat berapa usianya sekarang, tapi Abah Adin masih ingat kala pertama kali terjun berdagang. Sebab saat pertama berjualan, terjadi bencana Gunung Galunggung meletus pada 1982.

"Kalau jualan mah udah dari lama a, cuma saya lupa tahunnya berapa. Yang paling diingat itu pertama kali jualan ya pas Gunung Galunggung meletus. Itu saya jualan jajanan di sekolah," ungkap pria yang sudah memasuki umur 70 tahunan tersebut.

Walau sudah terjun ke dunia dagang sejak lama, Abah Adin mengaku keuntungannya tidak begitu besar. Paling bantar hanya cukup untuk menjaga dapurnya tetap ngebul dan untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya.

Tapi kini, Abah Adin yang dikaruniai 7 anak bersyukur karena buah hatinya sudah pada mandiri dan berumah tangga. Hanya tinggal si bungsu yang sekarang berada di rumah lantaran baru menamatkan bangku SMA.

Menariknya, kepada anak-anaknya, Abah Adin juga mengajarkan mereka supaya berprofesi sebagai pedagang. Berkat ajaran Abah Adin itu pula, anak-anaknya sekarang banyak yang merantau ke berbagai daerah seperti Surabaya, Kediri hingga daerah lain di Pulau Jawa.

"Saya anak ada 7, cucu 8. Enam laki-laki, yang paling bungsu itu perempuan. Semuanya saya ajarin supaya dagang, bahkan dikasih modal juga sama saya kalau mau bikin usaha. Alhamdulillah, sekarang udah pada ngerantau udah punya keluarga masing-masing. Paling kalau ngumpul itu pas lebaran," katanya.

Kepada anak-anaknya, Abah Adin juga menitipkan pesan supaya bisa menyesuaikan diri di tempat perantauan. Pesan tersebut selain berguna untuk keselamatan, juga untuk memperbanyak relasi anak-anaknya saat sedang meniti usaha.

Abah Adin melanjutkan, berdagang merupakan sarana untuknya supaya tak hanya berdiam diri di rumah di usia tuanya. Sehari-hari, Abah Adin kerap berkeliling di Garut untuk menawarkan kaligrafi berbahan kulit kambing tersebut dari pagi hingga sore hari.

Sementara berjualan di pasar-pasar kaget akhir pekan seperti di pasar minggu Gasibu Bandung, biasanya akan dilakukan Abah Adin sejak pukul 06.00 WIB. Ia biasanya akan pulang ke rumah pada sore hari setelah seharian berjualan.

Memang tak banyak uang yang bisa dibawa Abah Adin jika waktunya pulang ke rumah. Namun begitu, ia tetap bersyukur uang dari hasil keringatnya itu bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhannya di hari tersebut.

"Jualan sampe sore, enggak kuat juga soalnya kalau lama-lama. Udah tua saya nya," tutur Abah Adin sembari tertawa renyah mengakhiri perbincangan dengan detikJabar.

(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads