Jika melintas di Jalan Ir H Juanda, Kota Bandung, tepatnya di kawasan Dago Atas, tak lengkap rasanya jika tidak mampir ke lapak dagangan milik Anda Erlangga (22). Pemuda asal Palembang ini menjual durian yang aromanya akan menggoda para pengendera saat melintas.
Angga, begitu pemuda ini akrab disapa. Ia baru 3 bulan tinggal di Bandung dan membuka usahanya. Namun untuk urusan durian, kelihaian Angga memilih mana saja durian matang tidak usah diragukan lagi.
Seperti saat Angga memilihkan pembeli menginginkan durian yang lezat untuk disantap. Satu durian kemudian ia serahkan kepada pembelinya. Begitu dibuka, tebakan Angga memang tidak meleset. Isi durian yang dipilihnya itu berwarna kuning dan membuat konsumennya merasa puas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Durian mah sebetulnya rata-rata semuanya rasanya manis. Tapi, kitanya harus pintar milihnya. Karena kadang ada saja yang gagal dan bikin yang beli kecewa," kata Angga saat memulai perbincangannya dengan detikJabar belum lama ini.
Angga memang sudah sejak kecil mengenal mana saja jenis durian yang begitu menggugah selera. Di kampung halamannya di Palembang, Angga terbiasa berburu durian dari pohonnya langsung yang berada di kebun keluarganya.
Perjalanan Angga berbisnis durian dimulai saat ia masih duduk di bangku SMP. Biasanya, jika Angga mendapat durian buruannya di kebun, ia akan menjual durian tersebut ke pengepul. Jumlahnya memang tak banyak. Paling bantar hanya untuk mencukupi uang jajan Angga dalam sehari.
"Saya dari kecil sampai lulus SD tadinya tinggal di Jakarta, karena ikut orang tua merantau dari Palembang. Pas lulus SD, saya sama keluarga kembali lagi ke Palembang. Pas di Palembang itu, karena namanya juga di kampung yah, saya sering ikut sama temen buat nunggu durian jatuhan di kebun. Duriannya terus saya jual ke pengepul walaupun cuma dikit aja waktu itu yang dijualnya," ucap Angga.
Sampai tamat SMA, durian pun masih menemani masa muda Angga saat berada di Palembang. Angga kemudian memutuskan merantau ke Jakarta kembali setelah menamatkan sekolahnya untuk mengadu nasib di ibu kota.
![]() |
Di Jakarta, Angga menerima pekerjaan sebagai buruh pabrik. Namun, durian masih menjadi media komunikasinya dengan beberapa orang. Tak jarang, Angga diminta bantuan beberapa kenalannya menyuplai durian dari Pulau Sumatera.
Berkat durian pula, Angga mendapat pemasukan tambahan selama berada di Jakarta. Dalam sekali pengiriman, Angga biasanya diminta beberapa koleganya menyuplai durian hingga mencapai seribuan buah dari Pulau Sumatera.
Berkat itu pula, Angga makin khatam ke mana saja dia harus mencari durian ketika ada koleganya yang membutuhkan. Pada waktu itu, koneksi bisnis durian Angga pun makin melebar tak hanya di Pulau Sumatera. Angga juga bisa mendapatkan durian yang berasal dari daerah di Jawa, Bali hingga Palu.
Sampai akhirnya sekitar Agustus 2022, Angga yang sudah tidak lagi menjadi pekerja memutuskan membuka sendiri bisnis duriannya di wilayah Kaliangke, Jakarta Barat. Awal mula merintis, Angga langsung ketiban cuan menggiurkan.
Bagaimana tidak, dalam jangka waktu 3 harian saja, Angga bisa menjual 1.000-an durian kepada para pembeli yang datang ke lapaknya. Omset yang ia dapatkan pun bisa mencapai 6-8 juta, bahkan bisa mencapai belasan juta jika durian yang dijualnya mencapai 1.500-an.
"Waktu di Kaliangke, itu keuntungannya lumayan. Karena modalnya cuma butuh 40 persen aja dari omzet yang saya dapetin. Pokoknya kalau saya bisa ngejual 1.000-an durian, dalam tiga hari itu untungnya bisa nyampe segitu," tutur Angga.
Tapi sayang, usaha yang dirintis Angga hanya seumur jagung. Sebulan lebih dia berjualan durian, Angga harus bangkrut karena penjualannya macet di tengah jalan.
Penyebabnya waktu itu, Angga mencoba melebarkan sayap bisnisnya dengan mengirimkan durian ke beberapa rekan kenalannya di beberapa daerah. Sekali-dua kali, setoran yang Angga terima memang masih lancar. Namun pada pengiriman yang ketiga dan seterusnya, rekan Angga tersebut malah membuatnya kecewa dan tak pernah menyetor lagi hasil penjualan durian yang Angga kirimkan.
Sejak saat itu, Angga sempat mengalami masa yang cukup kelam. Frustrasi, kecewa, campur aduk dalam benak Angga. Tapi untungnya, di tengah musibah tersebut, Angga mendapat pertolongan dari beberapa kolega yang masih peduli dengan kondisinya waktu itu.
Ceritanya berasal dari salah satu pengusaha distributor durian asal Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Sejak dulu, Angga memang kerap mengirimkan barang kepada bos durian tersebut. Saat si pengusaha itu mengetahui kondisi Angga, dia langsung menyuruh Angga berangkat ke Bandung supaya ikut membantu bisnis yang dijalankannya.
Di Bandung, Angga diperkenalkan kepada seseorang bernama M Abiyyu. Dia adalah rekan dari bos distribusi durian dari Bojongsoang tadi. Abiyyu lah yang saat itu mengajak Angga untuk membuka kembali bisnis durian yang memang ingin ia jalankan terutama di wilayah Kota Bandung.
"Jadi dari bos durian itu, saya dikenalin nih saya Mas Abiyyu. Dia kebetulan mau buka usaha durian, pertama kali itu dia mau buka. Saya lalu diajak, karena memang saya udah paham sama usaha durian itu alurnya ke mana aja," tutur Angga.
Mendapat kembali peluang usai mengalami keterpurukan, tawaran itu kemudian Angga terima. Sejak itu lah Angga resmi direkrut Abbiyan untuk membuka usaha durian melalui lapak sederhana di Jalan Dago, Kota Bandung yang lokasinya berada tepat di depan Borma Dago.
Bersama Abiyyan, Angga mendapat kepercayaan mengelola semua usaha duriannya. Meski hanya mendapat bayaran dengan sistem gaji per bulan, tapi Angga bersyukur ia bisa memulai kembali lembaran hidupnya yang sempat mengalami keterpurukan.
Di lapaknya kini, omzet penjualan durian yang Angga rasakan memang masih jauh dibanding saat ia berjualan di Kaliangke dulu. Dalam sehari, dia bisa mendatangkan omzet Rp 600-800 ribu sampai Rp 2-3 juta jika kondisinya sedang ramai.
"Kalau di sini sekarang saya sistemnya gaji. Ya lumayan lah, cukup buat kebutuhan hidup saya sehari-hari. Tapi memang yang paling bikin saya bersyukur, masih ada orang yang mau ngasih kepercayaan lagi ke saya setelah saya sempat ngedrop gara-gara bisnis durian yang dulu sempat bangkrut," ungkap Angga mengakhiri perbincangannya dengan detikJabar.
(ral/orb)