Perjuangan Penjual Es Goyobod, Pikul Dagangan ke Luar Kota di Usia Senja

Serba-serbi Warga

Perjuangan Penjual Es Goyobod, Pikul Dagangan ke Luar Kota di Usia Senja

Bima Bagaskara - detikJabar
Minggu, 12 Feb 2023 13:00 WIB
Abah Ican (65) penjual es goyobod di Bandung
Abah Ican (65) penjual es goyobod di Bandung (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Suasana di kawasan GOR Pajajaran, Kota Bandung tengah diramaikan oleh gelaran kejuaraan bulutangkis tingkat nasional pekan lalu. Para pebulutangkis mondar-mandir di kawasan ini sejak pagi hari.

Selain dipadati atlet, sejumlah pedagang pun sibuk menjajakan barang dagangannya, termasuk diantaranya Abah Ican, seorang penjual es goyobod. Bersama pedagang lainnya, Abah Ican ikut mengais rezeki dari adanya kejuaraan bulutangkis yang sedang berlangsung itu.

Membawa dagangan yang dipikul, Abah Ican terlihat berpindah-pindah dari satu sudut ke sudut lainnya. Tentu ia mencari titik yang banyak dilalui orang agar dagangannya ada yang membeli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi penjual es goyobod, Abah Ican harus menempuh perjalanan yang cukup jauh tiap harinya. Dia berangkat pukul 6 pagi dari rumahnya di Soreang, Kabupaten Bandung menuju kawasan GOR Pajajaran dengan menggunakan angkutan umum.

Abah Ican sudah sejak tahun 90an berjualan es goyobod. Di usianya yang tak muda lagi yakni 65 tahun, semangat Abah Ican menekuni profesinya itu tak luntur sedikit pun. Semua itu dia lakukan demi keluarganya tercinta.

ADVERTISEMENT

"Sudah dari 79 jualan es goyobod, tapi jualan di (Kota) Bandung mah dari tahun 90, tadinya jualan di dekat rumah," kata Abah Ican saat berbincang dengan detikJabar, Kamis (9/2/2023).

Abah Ican (65) penjual es goyobod di BandungAbah Ican (65) penjual es goyobod di Bandung Foto: Bima Bagaskara/detikJabar

Sebagai penjual es goyobod, dagangan Abah Ican tak melulu habis setiap harinya. Saat dimana musim penghujan tiba, ia harus pasrah mendapati dagangannya tak begitu laku dibeli orang.

Meski begitu, Abah Ican tetap mensyukuri apa yang ia dapat dari jerih payahnya berjualan es goyobod. Bagi Abah Ican, sedikit atau banyak rezeki yang didapat setiap harinya harus tetap disyukuri. Dengan begitu, dirinya yakin keberkahan akan menghampiri.

"Ya kadang sepi, kadang ramai, tergantung aja. Tapi mau ramai atau sepi ya bersyukur aja, namanya orang usaha, bersyukur aja apa yang didapat," ungkap Abah Ican.

Dalam sehari, Abah Ican harus membawa pikulan dengan berat mencapai 50 kilogram. Dia mengaku seringkali merasakan sakit pada bagian kaki karena membawa beban berat tersebut. Namun lagi-lagi, bapak lima anak ini tak pernah mengeluh.

"Paling sakit di kaki, kalau sakit ya istirahat aja," ujarnya.

Dalam sehari, Abah Ican mengaku bisa mendapat uang antara Rp 400-600 ribu, tergantung laku tidaknya es goyobod yang dia jual. Es goyobod Abah Ican buat sendiri di rumah.

Berjualan ke Luar Kota

Meski hanya berjualan es goyobod pikulan, namun Abah Ican seringkali bepergian ke luar kota. Cirebon, Indramayu dan Majalengka jadi daerah yang sering ia datangi untuk berjualan es goyobod.

Menurut Abah Ican, di daerah-daerah itu, es goyobod banyak dicari orang karena kondisi cuaca yang panas. Namun, sejak 2018 lalu, ia sudah tidak lagi berjualan hingga ke luar kota. Itu dikarenakan pandemi Covid yang melanda Indonesia.

"Iya sering ke luar kota jualan, terakhir 2018. Terus ada covid jadi gak berangkat-berangkat lagi," ucap dia.

Jika berjualan ke luar kota, Abah Ican biasa berangkat pada dini hari. Dia kemudian menjual es goyobod seharian penuh sebelum kembali ke Soreang saat dagangannya sudah habis terjual.

(bba/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads