Sebuah mobil melintas menembus pekatnya kabut yang menyelimuti jalanan di Blok Maniis, Desa Maniis, Kecamatan Cingambul, Majalengka pada 2021 lalu. Mobil tersebut berjalan dengan kecepatan sedang di tengah gelapnya malam.
Mobil berjenis Toyota Avanza berwarna silver itu hendak menuju Tasikmalaya. Berisikan tujuh orang, mereka menempuh perjalanan dari Cirebon melalui jalur alternatif yang melintasi Desa Maniis.
Namun bukannya sampai di tujuan, mobil itu justru tersesat di tengah hutan. Hal ini di luar nalar. Sebab, tidak ada jalan aspal menuju ke dalam hutan di kawasan Gunung Putri yang berada di sekitar Desa Maniis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal aneh ini terjadi pada Sabtu (13/2/2021) dini hari. Mobil itu dikendarai oleh seorang warga Tasikmalaya bernama Enjang Imron (49) bersama enam penumpang lain yang merupakan keluarganya.
Saat itu, mobil bernomor polisi Z 1167 LD yang dikendarai Enjang ditemukan berada di tengah-tengah hutan. Padahal, jarak antara jalan raya menuju mobil itu ditemukan cukup jauh, yakni lima kilometer. Warga dan anggota kepolisian menemukan mobil itu sekitar pukul 02.00 WIB.
Awalnya, pengemudi mobil itu diduga tidak mengetahui rute sehingga akhirnya tersesat di dalam hutan. Apalagi saat itu, kondisi di lokasi sedang turun hujan dan kabut tebal.
"Penyebabnya karena kabut tebal dan hujan yang cukup deras serta pengemudi yang belum mengenal jalan," kata Kapolsek Cingambul AKP Udin Saepudin keesokan harinya.
![]() |
Namun anehnya, lokasi ditemukannya mobil itu tidak bisa diakses oleh kendaraan. Sebab, selain akses yang sempit, jalanan dipenuhi batu dan juga tertutup longsoran. Untuk sampai di titik mobil, polisi dan warga harus berjalan kaki.
Setelah ditemukan, seluruh penumpang dan sopir dievakuasi dan dibawa ke rumah warga. Sementara mobilnya, ditinggal karena tak mungkin dipindahkan malam itu.
"Pencarian kita melakukan dengan berjalan kaki karena jalan tersebut tertutup longsor di beberapa titik. Kemudian semua penumpang dievakuasi menuju rumah salah seorang warga," ungkapnya.
Dalam mobil itu, selain Enjang ada enam orang lainnya yaitu Makmur (82), Aen (75), Rukoyah (70), Deuis (50), Ade Suhartini (45) dan balita bernama Putri.
Setelah ditinggal semalam, mobil yang masih berada di dalam hutan akhirnya bisa dievakuasi. Proses evakuasi tidak mudah. Petugas gabungan dari TNI Polri dan dibantu warga bekerja sama untuk memindahkan mobil tersebut.
Sebelum mengevakuasi mobil, akses jalan menuju lokasi harus dibersihkan lebih dulu karena tertimbun material longsoran. Baru setelah itu, mobil bisa dipindahkan setelah menginap di dalam hutan. Sedangkan Enjang dan enam orang lainnya, melanjutkan perjalanan ke Tasik dengan angkutan umum.
Jalan yang Benar Kok Jadi Jurang
Pengakuan Enjang yang menjadi sopir sebelum mobilnya ditemukan ada di tengah hutan membuat banyak orang terheran-heran. Hal itu disampaikan Asep Saepulrohman, Kepala Dusun I Desa Maniis yang mendapat cerita langsung dari Enjang.
Asep menceritakan, Enjang saat itu berkendara menembus kabut. Namun tiba-tiba, dia melihat jurang di depan jalan yang bakal dilewati. Menurutnya, kemungkinan Enjang memilih arah lain untuk menghindari jurang tersebut.
"Jadi anehnya, mereka itu lihat jalan yang benar itu jurang. Justru jalan yang ke hutan itu katanya jalannya bagus dan terang. Saya juga aneh sebenarnya," kata Asep, Senin (15/2/2021).
Menurut Asep, Enjang sempat beristirahat di salah satu masjid yang ada di Desa Maniis sebelum ditemukan tersesat di dalam hutan. Yang tak kalah membingungkan, sopir mobil itu tidak melihat pemukiman di sepanjang perjalanan.
Padahal jalan utama Desa Maniis beriringan dengan pemukiman warga. Sementara jalan menuju hutan gelap gulita.
"Jadi dia istirahat dulu di masjid sini sambil shalat maghrib. Kemudian jam tujuh, lanjut jalan mereka. Tapi pas di pertigaan itu mereka melihat arah kanan jalannya jurang, padahal itu jalan yang aslinya," tuturnya.
"Malah jalan yang mau ke hutan itu kata mereka bagus aspalnya, terang banyak lampunya. Kemudian mereka juga nggak lihat ada permukiman, padahal di sana ada warung-warung," ujar Asep menambahkan.
Enjang sendiri baru menyadari jika dirinya tersesat di dalam hutan setelah ban mobilnya bocor. Kata Asep, saat menyadari hal itu, Enjang menghubungi rekannya. Warga kemudian diminta pertolongan setelah rekan Enjang datang ke Desa Maniis.
"Jadi si pengemudi itu ngabarin teman-temannya yang di Cirebon dan Tasik. Mereka pada ke sini. Dari situ baru kita tahu ada yang tersesat. Saya sih udah menduga ada di lokasi itu, pas dicari bener ada di sana," kata Asep.
Setelah menerima informasi itu, warga langsung mencari keberadaan mobil yang tersesat. Setiba di lokasi, Asep mengatakan tidak ditemukan lecet sedikitpun pada mobil itu. Padahal, menurut dia, dengan kondisi jalan yang sempit dan penuh ranting pohon, mobil yang melintas di sana bakal tergores.
Rupanya, kejadian mobil yang tersesat di tengah hutan ini penuh dan berkaitan dengan hal-hal mistis. Itu karena kawasan Gunung Putri dan juga jalan Maniis yang menghubungkan ke Panjalu, Ciamis menyimpan mitos yang masih kental hingga sekarang.
Dua Mitos di Maniis-Panjalu
Ada dua mitos yang tersimpan di jalan Maniis - Panjalu. Yang pertama ialah pengendara yang melintas dilarang mengeluhkan kondisi jalan yang gelap hingga tertutup kabut.
"Kalau lewat pas kabut turun jangan bilang gelap biasa saja dan sopan. Itu kata orang-orang tua disini. Kabut biasanya turun itu saat musim hujan hampir tiap hari. Daerah sini masih cerita mistisnya masih kental," kata Muhamad Yana (37) salah seorang warga Desa Maniis.
Kata dia jika ada pengendara yang mengeluhkan kondisi jalan gelap tertutup kabut, biasanya akan 'diusili' oleh makhluk tak kasat mata yang ada disana. Selain itu kata Yana, banyak pengendara yang melihat ular dan gerbang emas di jalan Maniis - Panjalu. Bahkan tidak sedikit juga pengendara yang mengalami kecelakaan.
"Tamu yang makan suka lihat ada ular, ada gapura dari emas. Kemudian di bawah ada pohon besar, di sana banyak yang kecelakaan katanya ada anak kecil ada orang tua. Kebanyakan yang kecelakaan itu pendatang bukan warga sini," tandasnya.
Kemudian mitos yang kedua, jalan Maniis - Panjalu dilarang dilintasi dua kali orang pengendara saat bepergian. Asep mengungkapkan, jika pengendara yang telah melintasi jalan tersebut dari Tasikmalaya menuju Cirebon, dilarang melintasinya lagi saat akan kembali menuju Tasikmalaya.
"Jadi kalau yang sudah lewat sini sekali, pulangnya jangan lewat sini lagi mending cari jalan lain. Mitosnya begitu memang di jalan ini," ujar Asep.
Asep juga menjelaskan Jalan Maniis - Panjalu dulunya merupakan tempat istirahat para kolonial Belanda saat menempuh perjalanan. Karena hal itulah jalan dan desa tersebut dinamakan Maniis.
"Disebut Maniis itu karena paniisan, jadi dulu zaman Belanda yang lewat pasti istirahat atau niis-nya disini. Makanya sekarang disebut Maniis," imbuhnya.
Ia pun berpesan kepada siapapun yang melintasi jalan tersebut untuk selalu berhati-hati dan memanjatkan doa. Selain karena hal tak kasat mata itu, kondisi jalan yang curam juga membuat hal-hal tak diinginkan seperti kecelakaan rawan terjadi.
"Kalau yang melintas di jalan ini intinya harus berdoa dan hati-hati," tutup Asep.
Baca Artikel-artikel Jabar X-Files lainnya di Sini