Ahmad sedang bersantai duduk di depan pintu masuk Situs Penjara Banceuy di Jalan ABC, Kota Bandung. Kopi hitamnya masih tersisa setengah gelas. Penutup gelasnya warna kuning.
Ahmad sudah puluhan tahun menjaga Situs Penjara Banceuy. Salah satu situs yang menyimpan cerita tentang perjuangan Soekarno dan kawan-kawannya memerdekakan Indonesia. Ahmad menyerap banyak cerita, melalui bacaan, penuturan, dan lainnya tentang Bung Karno.
Sejak 1984 Ahmad merawat dan menjaga situs itu. Saban hari, ia juga tidur di Situs Penjara Banceuy. Ahmad awalnya menceritakan secara singkat tentang penderitaan Bung Karno saat dikurung di sel nomor 5 di Penjara Banceuy. Dari 16 sel yang ada di Banceuy, kini tersisa satu sel, yakni tempat Bung Karno dikurung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 86 itu ada pembangunan ruko-ruko di sini (alih fungsi lahan). Karena Penjara Banceuy dipindah ke Jalan Soekarno Hatta yang di Mekarwangi itu," kata Ahmad sembari memegang gelas kopinya, belum lama ini.
Ahmad tak menyangka jalan hidupnya bersinggungan langsung dengan perjuangan pendiri bangsa. Ia awalnya bekerja di salah satu pengembang yang ditunjuk untuk membangun ruko di kawasan itu. Setelah pembangunan ruko selesai, ia kemudian ditunjuk sebagai penjaga situs hingga saat ini.
![]() |
Kegelisahan Sang Penjaga
Bapak tiga anak asal Kabupaten Kuningan itu rupanya menyimpan kesedihan selama menjaga situs Bung Karno. Ahmad merasa kepedulian terhadap sejarah kian luntur.
"Merasakan sekali kesedihan, karena memang sekarang generasi penerus ini kan sudah jarang ke sini. Mayoritas sudah melupakan. Padahal kata orang tua dulu jangan sekali-kali melupakan sejarah," ucap Ahmad.
Ahmad mengaku gelisah dengan kondisi saat ini. Terlebih lagi saat tahun politik. Ahmad tak menampik musim politik merupakan momen bagi sejumlah politikus untuk berkunjung ke Penjara Banceuy.
"Kalau tahun politik pasti banyak, ada saja yang datang. Sekarang, di tengah kota ini kepeduliannya sudah kurang. Kalau saya tidak peduli, siapa lagi sekarang," kata ucap Ahmad seraya mengelus dadanya.
Kegelisahan Ahmad tak hanya soal nasib situs di masa mendatang. Ahmad juga gelisah dengan masa depan bangsa. "Kalau bangsa ini melupakan sejarahnya, maka memimpin pun akan acak-acakan," katanya.
Pahitnya Menjadi Penjaga
Ahmad bersyukur mendapatkan kesempatan belajar sejarah sembari menjaga situs. Menurutnya, karena tahu sejarah, maka ia merasa tanggung jawab untuk merawatnya. Pola pikir inilah yang harus ditanam generasi penerus dalam merawat bangsa.
"Saya ke sini ini panggilan alam, kalau panggilan orang mah saya tanya gaji dulu," ucap Ahmad.
Ahmad memang punya pengalaman buruk tentang upah. Ia pernah dimanfaatkan salah satu oknum pegawai pemerintahan. Awalnya, Ahmad dibayar developer dari tahun 1984-1986. Setelah itu, ia tak pernah menerima upah lagi hingga 2014.
"Dapat gaji itu mulai Juni 2014. Ya ada yang manfaatkan, diambil sama orang lah (gajinya) pokoknya. Waktu itu saya nggak tahu," ucap Ahmad.
![]() |
Ahmad berjuang memenuhi kebutuhannya. Sebagai perantau, ia pantang kembali ke kampung halaman dengan tangan kosong. Ia putar otak, akhirnya berjualan nasi hingga penyewaan jasa WC umum.
"Walaupun saya dianggap tak punya gaji waktu itu, saya tidak malu. Kalau sedih pasti, banyak yang meremehkan dicaci dan lainnya," ucap Ahmad.
Ahmad berjuang menyekolahkan ketiga anaknya. Ahmad memang tak bisa mewariskan banyak aset untuk anak-anaknya, tapi Ahmad mewariskan ilmu bagi anak-anaknya. Ahmad sendiri saat ini tercatat sebagai pegawai di Pemprov Jabar.
Ahmad sudah berulang kali diundang ke Istana Presiden. Foto-foto Ahmad dengan Presiden Jokowi, pejabat lainnya pun berjejer di ruangannya.
"Saya tidur di sini, ya kan tidak punya rumah saya," tutur Ahmad.