Dipandang buruk oleh masyarakat tak membuat anak jalanan di Kabupaten Subang bergeming dalam kemanusiaan. Menyisihkan rezeki kepada anak yatim menjadi salah satu yang dilakukan mereka.
Mereka adalah Amei Natasya (23), Muhammad Rifki (23), dan Subhan Taufik (22). Ketiganya merupakan anak jalanan yang tergabung dalam komunitas punk. Mereka bertiga biasa berkumpul di wilayah Pamanukan, Subang, Jawa Barat.
Menggunakan kaos hitam lusuh, celana ketat, serta rambut berwarna dan tak beraturan menjadi ciri khas penampilan mereka. Cap buruk dari masyarakat pun menjadi hal lumrah bagi mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Subhan, tak masalah jika dia dan teman-temanya dipandang tidak baik oleh masyarakat. Namun Subhan ingin mengubah citra tidak baik anak punk dengan menyisihkan uang untuk memberikan kepada anak yatim.
"Sebenernya nggak semuanya anak punk itu buruk, kita juga sering ngadain acara kayak kolektifan sama komunitas punk lain. Uang hasil dari acara itu sebagian kita bagikan untuk santunan anak yatim di sekitar sini," ujar Subhan saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Meski hidup di jalanan dengan penghasilan tak menentu, Subhan mengaku selalu menyisihkan uang receh dari hasil mengamen untuk kepentingan lain yang terbilang positif. Selain memberikan uang kepada anak yatim, saat Ramadan pun komunitas anak punk di Pantura Subang ini juga kerap membagikan takjil untuk berbuka puasa.
"Kalau bulan puasa kami juga selalu membagikan sedikit takjil kepada para pengendara. Tapi kadang ada yang menerima, kadang ada yang nolak, nggak tahu kenapa. Kayaknya karena penampilan kita yang begajulan kali ya. Cuman nggak apa-apa, yang penting niat kitanya aja baik," tuturnya.
Subhan yang merupakan anak punk asal Tambakdahan, Subang ini mengaku sering mendapatkan perlakuan tidak baik. Ia juga kerap mendapatkan komentar negatif yang menyakitkan hati dari masyarakat sekitar.
"Mungkin karena penampilan kita kayak gini, jadinya kita nggak diterima baik sama masyarakat. Tapi di sisi lain kami tidak pernah mengganggu mereka, kami cari makan dengan cara kami sendiri. Lalu mengapa kalian memusuhi dan selalu menghakimi kami," sesalnya.
Dengan bermodalkan gitar ukulele, Amei Natasya Muhammad Rifki, dan Subhan Taufik mencoba mengais rezeki di sepanjang Jalan Pantura dengan cara mengamen. Ada yang berperan sebagai penyanyi, memainkan gitar ukulele, dan meminta uang seusai lagu dinyanyikan.
Beberapa masyarakat yang disuguhkan lagu-lagu oleh ketiga anak punk tersebut sepertinya acuh dan tak mau mengedengarkan lagu yang dinyanyikan. Hal tersebut dirasakan oleh Amei.
"Permisi, kakak, ibu, bapak," ucap Amei dengan menyodorkan plastik bekas makanan ringan yang digunakan untuk meminta uang, seusai lagu disuguhkan.
"Daripada mencuri, lalu ditangkap polisi, mending ngamen walaupun terkadang orang berlari atau jijik ketika melihat kita," kata Amei.
Amei mengatakan penghasilannya dalam sehari tidak tetap. Bahkan Amei bersama temannya harus rela makan nasi yang dipungutnya dari tong sampah. Namun jika nasib baik, dalam sehari amei dan temannya bisa uang mendapatkan hingga Rp 50 ribu dari hasil mengamennya.
"Ngamen sehari bisa dapet Rp 30 ribu, kadang paling banyak Rp 50 ribu, itu uangnya dibagi-bagi sama temen. Alhamdulillah bersyukur dan bisa makan enak," ungkapnya.
Amei mengaku dirinya masih memiliki orang tua yang tinggal di daerah Tanggerang. Amei memilih menghabiskan waktunya di jalan untuk meraih kebebasan dan mencari uang sejak tahun 2011 silam.
"Kadang kalau ada uang saya pulang kasih uang buat orang tua, tapi ya orang tua menerima uang yang saya kasih walaupun itu uang hasil ngamen," ujarnya.
Amei sedikit menceritakan, tumbuh menjadi anak punk bukanlah lahir atas sendirinya. Tetapi Amei hadir dan lahir menjadi anak jalanan atas sikap keluarganya.
"Saya jadi anak punk nggak sengaja, karena awalnya di rumah udah nggak nyaman, orang tua berantem terus, jadi ya udahlah saya turun ke jalanan, pengen nyobain hidup baru gimana rasanya," ungkapnya.
Tidur tak beralas apapun, singgah pun di tempat manapun yang dapat disinggahi untuk dapat berlindung dan berteduh dari teriknya matahari dan derasnya hujan. Keadaan tersebut kadang membuat mereka ingin memiliki kehidupan yang lebih baik.
Hal ini yang dirasakan anak punk lainnya yaitu Muhammad Rifki. Segelintir harapan teruntai dari dalam dirinya bahwa ia ingin menjadi lebih baik dan memiliki pekerjaan lebih layak.
"Harapannya saya pengen punya kerjaan yang baik, kerja apapun yang penting halal, supaya kehidupan saya menjadi lebih baik. Saya juga pengen pulang ke rumah bisa bikin orang tua bangga, tapi bukan dengan cara gini," ujar Muhammad Rifki.
Baca juga: Bakti Iyang ke Orang Tua Lewat Coet |
Dalam benaknya Rifki merasa dirinya sering diselimuti rasa bersalah dan penyesalan karena telah meninggalkan orang tuanya.
"Bapak, mamah maafin saya karena nggak bisa jadi anak yang bapak sama mamah harapkan. Semoga bapak sama mamah di rumah sehat dan baik-baik aja. Tunggu Iki pulang mah, iki kangen bapa sama mamah," pungkasnya.