Lima warga Garut menjadi korban pengeroyokan di Musa Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan. Mereka dikeroyok karena dituding sebagai penculik anak.
Kelima orang yang menjadi korban pengeroyokan yakni Yusep, Lucky, Dadang, Taufik dan Asep. Menurut informasi yang dihimpun, mereka berasal dari tiga kecamatan, yakni Sukawening, Banyuresmi, serta Pangatikan.
Satu korban berasal dari Pangatikan, yakni Lucky Wanda Rivana. Lucky diketahui merupakan warga Desa Cihuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Benar. Korban atas nama Lucky merupakan warga dari Desa Cihuni," kata Kepala Desa Cihuni Firman Maulana kepada wartawan, Rabu (8/2/2023).
Firman mengaku kaget saat mendengar kabar tersebut. Pihak keluarga yang dikabari juga mengaku tidak menyangka kabar anaknya yang dituding sebagai penculik.
"Keluarga sudah mengetahui informasinya. Mereka juga sama tidak percaya karena mereka penjual jaket," ucap Firman.
Selain Lucky, tiga korban lainnya diketahui merupakan warga Kecamatan Sukawening. Sedangkan satu korban lainnya berasal dari Kecamatan Banyuresmi.
"Benar, dua korban merupakan warga kami. Kami sudah berkoordinasi dengan Polsek Sukawening untuk menunggu tindak lanjutnya," kata Camat Sukawening Jeje Zaenal kepada detikJabar, Rabu (8/2/2023)
Pihak keluarga saat ini sedang menunggu kabar terbaru dari pihak kepolisian. Hingga Rabu sore ini, pihak keluarga mengaku belum menerima kabar terbaru terkait kelimanya.
Dipastikan Pedagang Jaket
Pihak keluarga sendiri memastikan kelimanya bukan penculik anak seperti yang dituduhkan. Kelimanya merupakan pedagang jaket.
Hal tersebut diungkap Donald Hamzah (44), ayah Lucky Wanda Rivana (30), salah satu dari lima warga Garut yang menjadi korban, saat diwawancarai wartawan di rumahnya, Desa Cihuni, Pangatikan, Garut, Rabu (8/2).
"Anak saya itu jualan pakaian. Makanya pas dengar anak saya dituduh culik, saya kaget. Karena kita tahu dia berangkat dengan temannya ke Sumatera itu untuk jualan," kata Donald.
Donald mengatakan, dia menerima kabar tersebut pada Selasa (7/2/2023) pagi. Petugas dari Polsek Wanaraja yang mengabari mereka untuk pertama kali. Donald mengaku kaget bukan main saat mendengar kabar tersebut.
"Jelas kaget pak," katanya.
Kepastian kelimanya adalah pedagang jaket juga disampaikan Kepala Desa Cihuni, Firman Maulana. Hal itu sudah dikonfirmasi kepada pihak keluarga.
"Begitu saya mendapatkan informasi dari pihak Polsek, kami di sini langsung mengkonfirmasi dan mendalami. Dan menurut keterangan keluarga, dan informasi yang kami peroleh, memang benar bahwa yang bersangkutan adalah pedagang pakaian," ungkap Firman.
Firman mengatakan, saat ini pihak keluarga masih menunggu kabar terkini dari polisi terkait status dan kondisi kesehatan kelima korban. Pihak keluarga juga belum mengetahui kapan para korban diperbolehkan untuk pulang lagi ke Garut.
"Informasi terakhir yang kami terima, pihak kepolisian di sana sudah menyatakan jika lima orang warga tidak bersalah. Hanya saja saat ini kabarnya akan ada pengembalian kerugian. Karena selain dikeroyok, mereka juga dijarah," pungkas Firman.
Diberitakan sebelumnya, lima warga Garut itu menjadi pengeroyokan yang dilakukan warga di Musa Rawas Utara pada Senin (7/2). Mereka dikeroyok karena dituding hendak menculik anak di sana.
Dikutip dari detikSumut, Kasat Reskrim Polres Muratara AKP Jailili menjelaskan, peristiwa nahas yang dialami kelima pria itu bermula ketika mereka yang berdomisili di Sarulangun, Jambi hendak ke Lubuklinggau, Sumsel mengambil paket kiriman jaket dari Bandung, pada Senin (6/2) kemarin.
"Mereka ini kan ngakunya pedagang jaket tinggal di Sarulangun, Jambi sudah satu bulanan lebih. Kemarin, mereka ini mau ngambil paket dari Bandung seperti jaket-jaket gitu ke Lubuklinggau," kata Jailili.
Setibanya di wilayah Muratara, kelima pria itu mampir di suatu tempat dengan tujuan hendak sarapan. Namun karena di lokasi itu ramai warga yang hendak membeli dagangan mereka, mereka pun berjualan di sana.
"Karena laku dan mungkin banyak warga yang berminat kemudian mereka masuk ke Desa Sukaraja untuk berjualan," katanya.
Sesampainya di sana, katanya, mereka pun berjualan seperti biasa. Nahasnya, tiba-tiba ada seorang wanita yang berteriak dari kejahatan dan menuduh kelima pria itu hendak menculik anak.
"Tiba-tiba saat mereka jualan, ada ibu-ibu yang berjarak jauh dari mereka ngomong bahwa mereka itu penculik. Ibu itu kemudian mengadu ke pamannya. Pamannya lalu melapor ke Kepala Desa," katanya.
Kepala Desa yang mendapat laporan itu, kemudian tanpa melakukan klarifikasi kepada kelima pria tersebut, mengirim pesan berantai ke warganya bahwa ada penculik anak yang berkeliaran di wilayahnya.
"Karena mendapat pesan WhatsApp dari Kepala Desa itu, maka warga berkumpul di kantor atau balai desa mengamankan mereka, dan terjadilah aksi tersebut," tuturnya.
(iqk/orb)