Sebanyak 79 anak penyintas gempa di Cianjur mengidap penyakit kulit scabies. Kontak fisik antara pengungsi di tenda komunal diduga menjadi penyebabnya.
Kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur Irvan Nur Fauzy mengatakan 79 anak yang terjangkit penyakit kulit itu tersebar di sejumlah desa di dua kecamatan yang terkena dampak gempa bumi berkekuatan M 5,6 pada November 2022 lalu.
Baca juga: Horor Teror Wowon 'Serial Killer' |
"Sebenarnya sejak awal kasus sudah ada yang mengidap penyakit ini, tapi terus bertambah hingga sekarang total ada 79 anak yang mengalami scabies. Penularannya melalui kontak fisik atau tungau yang menempel di pakaian dan handuk yang dipakai bergiliran," kata dia, Kamis (2/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya yang terjangkit ini penyintas yang masih tinggal di tenda komunal," tambah Irvan.
Irvan menyebut proses penyembuhan penyakit kulit tersebut tidak singkat, butuh waktu sekitar empat pekan agar bisa sembuh total.
"Memang cukup lama, penyembuhannya sekitar empat minggu. Itu pun harus dipantau terus oleh tim medis agar pengobatannya sesuai," ucap Irvan.
Saat ini Dinkes Cianjur sudah menerjunkan tim dari setiap puskesmas untuk memeriksa dan memantau pengobatan para pengungsi yang mengidap penyakit kulit.
Irvan juga mengimbau agar pengungsi lebih menjaga kesehatannya agar tidak terpapar penyakit kulit yang menular, mulai dari mencuci pakaian dengan bersih dan mengeringkan dengan terik matahari, tidak menggunakan handuk atau selimut secara bergantian tanpa dibersihkan terlebih dahulu, dan memisahkan pakaian yang sudah atau belum dicuci untuk mencegah penyebaran tungau sebagai penyebab utama scabies.
"Tentunya tim medis selalu kami terjunkan ke lapangan, mulai dari memeriksa hingga memantau pengobatan pengungsi yang mengalami penyakit kulit. Tapi terpenting bagaimana mengimbau pengungsi agar menjaga kesehatan dan kebersihannya," pungkasnya.