10 pasang santri-santriwati yang dijodohkan massal di Ponpes Miftahul Huda 2 Bayasari Ciamis telah melangsungkan pernikahan secara massal, Senin (23/1/2023).
Acara pernikahan massal di Ponpes Ciamis tersebut berlangsung meriah dan cukup mewah dengan dihadiri ribuan tamu undangan. Diketahui, biaya pernikahan massal santri tersebut sebagian besar ditanggung oleh pihak pesantren.
Pernikahan massal ala Ponpes Miftahul Huda 2 ini terbilang unik. Diawali dari penyambutan buronan mertua (pengantin pria) oleh pasukan pengamanan mirip Brimob (Brimok). Kemudian akad nikah di masjid, lalu gimmik memilih istri berdasarkan nomor selanjutnya diarak berkeliling jalan kampung menggunakan becak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian diakhiri resepsi di aula pesantren. Setiap pasangan pengantin punya pelaminan masing-masing. Tamu undangan pun diberikan sajian hidangan ala pernikahan di gedung pada umumnya.
"Tak tahu berterima kasih bagaimana atas jasa guru saya, mengurus sampai sekarang dinikahkan tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Ada pun sedikit tapi jauh dibanding acara sebesar ini. Semua dari guru saya, saking ayang peduli sekali. Tidak mungkin saya bisa menggelar acara pernikahan semeriah ini sendiri," ujar Usman (26) salah seorang pengantin didampingi istrinya Euis Lilis Badriyah (25).
![]() |
Usman menjelaskan proses perjodohan dengan istrinya tersebut berlangsung cukup panjang dari setahun sebelumnya. Dimana para guru bermusyawarah hingga istikharah mencari gambaran jodoh yang cocok.
"Ada pertimbangan. Didatangkan kedua keluarga. Jadi ada proses yang lama. Kalau pengkoclokan dan sebagainya itu hanya gimmik. Mana mungkin orang berilmu, ajengan di sini menyatukan santri dengan dikocok," jelasnya.
Usman pun mengenal istrinya karena masih satu pesantren. Namun selama 12 tahun menimba ilmu di pesantren tidak pernah saling sapa dan hal lainnya.
"Jadi hanya sekadar tahu saja, tahu nama dan orangnya. Kita tentunya punya keyakinan kalau jodoh sudah ada takdirnya," ucapnya.
Setelah menikah ini, Usman ternyata sudah diutus terlebih dahulu untuk berdakwah di Cikarang sejak 10 bulan lalu. Ia dipercaya mengelola madrasah untuk mengaji anak-anak.
"Sama guru saya diutus di Cikarang sudah 10 bulan. Jadi saya mondok tahun 2009, lalu ke Cikarang ada madrasah. Saya sendiri sudah ada gambaran tinggal ada yang menemani. Bersama istri saya untuk mengajar anak-anak mengaji," ungkap pria asal Majalengka ini.
Sementara itu, Ketua Yayasan Ponpes Miftahul Huda 2 Bayasari KH Nonop Hanafi menyebut biaya pernikahan massal ini tidak membebankan kepada orang tua santri. Namun tergantung kemampuan orang tua. Nonop menyebut tujuan awal nikah massal ini untuk efektifitas waktu dan efisiensi anggaran.
"Efisiensi anggaran, setelah orang tua dipanggil bahwa anaknya akan dinikahkan. Mereka pun bertanya kaitan dengan pembiayaan. Tapi pesantren tidak membebankan pada orang tua, akhirnya semampunya mereka saja," ucap Nonop.
Kalau dilihat dari sisi anggaran, pernikahan massal di Ponpes Ciamis ini memerlukan biaya besar. Misal untuk kursi pelaminan saja menghabiskan biaya Rp 150 juta. Belum lagi mas kawin 25 gram per pasangan, atau total 250 gram.
"Kira selalu punya keyakinan dan berusaha untuk mengurus umat maka Alloh SWT akan kasih jalan. Itu yang jadi spirit kami di pesantren. Orang yang berjihad menyuruh umat dalam rangka syiar Islam, Alloh SWT akan tunjukan jalan," pungkasnya.
(yum/yum)