Perayaan Imlek di Kota Bandung Dulu dan Kini

Perayaan Imlek di Kota Bandung Dulu dan Kini

Sudirman Wamad - detikJabar
Senin, 23 Jan 2023 15:30 WIB
Wali Kota Bandung Yana Mulyana dalam perayaan Imlek di Bandung.
Wali Kota Bandung Yana Mulyana dalam perayaan Imlek di Bandung. (Foto: Humas Kota Bandung)
Bandung -

Perayaan Imlek atau Tahun Baru Cina di Kota Bandung pada zaman kolonial begitu menampilkan toleransi atau pesan keberagaman. Selain itu, menggambarkan juga situasi yang mencekam karena konflik.

Pada tahun 1954, koran de Preangerbode yang terbit pada 4 Februari 1954 menampilkan foto Wali Kota Bandung Raden Enoch menghadiri perayaan Imlek di Gedung Kamar Dagang Cina dan Bank Komersial. Ucapan Imlek tak hanya menyasar pada kalangan Tionghoa di Bandung, tetapi kepada kolega dari kelompok Tionghoa.

"Banyak yang mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan selamat, tidak hanya kepada tuan rumah mereka dengan wanita mereka, tetapi juga kepada teman dan hubungan Cina mereka, yang dapat ditemukan di ruang penyambutan Tianghoa Siang Hwee dan Bank Umum. Di antara pengunjung adalah Wali Kota Bandung, Raden Enoch dan Komisaris Belanda, Mr GJ Av Veling," tulis de Preangerbode seperti dikutip detikJabar, Senin (23/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain menampilkan perayaan penuh toleransi saat Imlek, di Kota Bandung juga sempat geger penemuan mayat saat Imlek. Peristiwa ini terjadi pada Februari 1942. Koran De Sumtra Post memberitakan soal kejadian penemuan mayat itu.

Saat itu perayaan Imlek digambarkan begitu meriah di Kota Bandung. De Sumatra Post menuliskan, orang-orang di Bandung sibuk dengan berbagai tenda di pasaran, ada juga komidi putar, atraksi lainnya dipamerkan.

ADVERTISEMENT

Setelah perayaan meriah di salah satu lapangan di Bandung itu selesai, masyarakat sekitar sibuk beres-beres di pasar malam itu. "Di pagi hari terlalu dini satu jam, sejumlah kuli datang untuk merobohkan bangunan khusus untuk aula selama berhari-hari. Meja dan kursi permainan sudah keluar, menghilang ketika melihat orang Cina bermandikan darah. Kemudian melapor," tulis De Sumatra Post.

"Dia pergi ke pria itu (mengecek), tetapi dia sudah mati. Beberapa luka tusuk yang dalam terlihat di lehernya, sehingga pria itu pasti akibat kehilangan darah mati. Di beberapa tempat lain di ruangan itu, genangan darah dan jejak darah lebih lanjut juga ditemukan," tulsi De Sumatra Post menambahkan.

Polisi datang melakukan olah TKP. Dan, menyebutkan pria tersebut merupakan pengangguran yang diperkirakan usianya 43 tahun. Pria itu meninggal kurang dari tiga jam.

Repro koran  de Preangerbode saat Wali Kota Bandung Raden Enoch menghadiri perayaan Imlek.Repro koran de Preangerbode saat Wali Kota Bandung Raden Enoch menghadiri perayaan Imlek. Foto: Istimewa

Nyaris Rusuh

Sementara itu, pada 1916, dua kelompok Tionghoa di Kota Bandung nyaris terlibat kerusuhan saat perayaan Imlek. Koran Het Vaderland yang terbit pada 20 Mei 1916 melaporkan, dua kelompok dari Yat Him dan Hong Hoat Tong sempat nyaris bentrok. Awalnya, kelompok dari Yat Him mendapat kesempatan untuk menampilkan barongsai pada hari itu.

Saat kelompok Yat Him ini bermain di Banceuy, salah seorang dari kelompok ini dilempar batu besar yang mengenai punggungnya. "Tindakan ini telah membuat marah beberapa anggota Yat Him. Namun, Letnan Cina Tan Joen Liong berhasil memulihkan perdamaian antarkelompok. Namun, kemudian, pada hari doa umum, baik kelompok barongan (barongsai) dan orang-orang, seperti biasa, dilengkapi dengan semua jenis senjata, seperti golok, tombak, dan lainnya, di Pasar Baru," tulis De Sumatra Post.

"Mereka bakal bertempur, tetapi komisari Hijenen dan Asisten Wedana Bandung Wetan Wangsa Atmadja berhasil mencegah hal buruk," kata De Sumatra Post.

Walhasil, kerusuhan antarkelompok Cina pun tak terjadi di Kota Bandung. Keduanya berakhir damai.

Jaga Toleransi

Tahun ini, perayaan Imlek 2574 berjalan lancar. Wali Kota Bandung, Yana Mulyana turut hadir langsung untuk memastikan keamanan para umat Konghucu beribadah. "Saya hadir di perayaan Imlek memberikan keyakinan kepada warga untuk bisa melakukan ibadah dengan nyaman dan aman. Mudah-mudahan kita semua tentunya selalu sehat, semoga pascapandemi ini masa depan bisa lebih baik," kata Yana dalam keterangan yang diterima detikJabar.

Sebagai kota yang memiliki lima kampung toleransi, ini membukti Bandung merupakan kota yang toleran terhadap umat beragama di Kota Bandung. "Kami sangat terbuka bagi siapapun yang ingin berkolaborasi untuk sama-sama membangun Kota Bandung dari yang sudah baik saat ini menjadi semakin baik," ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Jakatarub Arfi Pandu Dinata mengatakan sejak tahun 2000, Jakatarub gencar mensosialisasikan toleransi dan pendidikan perdamaian di Kota Bandung. "Kami inisiasi dari orang-orang muda dan para tokoh agama. Tur malam Imlek ini termasuk salah satu program kami. Tapi sepanjang pandemi kemarin kami tidak melakukan tur langsung, hanya online," kata Arfi.

Jakatarub rutin berkeliling merayakan hari besar atau perayaan penting dari beragam agama di Kota Bandung. "Selain bulan Ramadan, Idulfitri, dan Natal, kami juga ada meditasi lintas iman. Lalu kunjungan ke teman-teman penghayat kepercayaan untuk diskusi bersama," ungkapnya.

Ia juga berharap, agar para generasi muda di Kota Bandung bisa menggerakkan perdamaian promosi toleransi dan mengedukasi orang-orang di sekitar. "Kita perlu membuka diri, berdialog dengan umat yang berbeda dengan kita. Jadi, kurangi kecurigaan, mari bersama kita jalin komunikasi dengan lintas iman. Kita bisa sama-sama menghidupi kebhinekaan dari hal-hal yang sehari-hari kita lakukan," kata Arfi.

(sud/orb)


Hide Ads