Risiko di Balik Cuan Besar Perajin Perhiasan Imitasi Indramayu

Risiko di Balik Cuan Besar Perajin Perhiasan Imitasi Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Minggu, 22 Jan 2023 13:00 WIB
Produksi perhiasan emas imitasi di kampung kemasan Indramayu
Maman (52), perajin emas imitasi di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Usia tidak menjadi alasan bagi Maman (52) untuk tetap berkarya. Pria paruh baya di Kelurahan Kepandean, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu itu tetap menggeluti kerajinan perhiasan emas imitasi di kampung kemasan.

Dengan memakai kaca mata khusus, Maman tampak sibuk bergelut dengan tumpukan kawat tembaga. Kesabaran dan ketelitian menjadi modal Maman ketika merakit tembaga membentuk aneka aksesoris perhiasan seperti kalung dan gelang.

Dikatakan Maman, menjadi perajin perhiasan emas imitasi ini sudah ia tekuni sejak tahun 1989 silam. Dari keahliannya itu, Maman bisa merantau ke berbagai daerah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pernah ke Bogor tahun 1999 dan ke Makasaar tahun 2005, di sana kerja di majikan bikin aksesoris sampai melapisi emas. Rata-rata cuma setahun di sana," kata Perajin Perhiasan Emas Imitasi, Maman, Kamis (19/1/2023).

Seperti perajin umumnya, Maman pun sempat menuai keuntungan besar di tahun 1998 lalu. Banyaknya permintaan aksesoris perhiasan emas imitasi, membuat Maman kebanjiran pesanan. Bahkan, ia mampu membeli sepeda motor.

ADVERTISEMENT

"Nah waktu tahun 1998 lumayan tuh hasilnya. Sempat beli motor waktu itu. Cuma pas anjlok ya jual lagi buat modal" katanya.

Semakin seiring usia bertambah, pandangan Maman mula berkurang. Bahan-bahan kecil untuk membuat perhiasan itu pun mulai sulit dilihat. Hal itu lantaran Maman mengidap katarak pada kedua matanya.

Perajin perhiasan emas imitasi di Kabupaten IndramayuPerajin perhiasan emas imitasi di Kabupaten Indramayu Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Di sisi usaha kerajinan yang sedang anjlok. Maman pun harus mengeluarkan uang untuk mengobati matanya yang sakit.

"Pernah operasi mata katarak waktu 2008 ya karena sering lihat benda kecil dan kena asap dan air lapisan. Makanya sekarang cuma mengandalkan satu mata kiri karena yang kanan belum kelihatan sempurna," jelas Maman.

Dalam serba keterbatasan itu, Maman tetap bekerja mengikuti kemampuan perajin lainnya yang masih muda. Sebab, Maman harus menghidupi keluarganya dan biaya sekolah ketiga anaknya.

"Kerja di sini Senin sampai Sabtu, kadang harus lembur di rumah kalau sedang banyak orderan. Dan biar bisa istirahat lebih cukup," kata Maman sambil mematri gelang tembaga.

Dalam sehari, Maman mampu membuat aksesoris jenis gelang atau kalung sebanyak 10 sampai 20 potong. Hal itu tergantung tingkat kerumitan.

Kendati demikian, membuat aksesoris menjadi andalan Maman sejak masih muda. Mulai dari bayaran atau upah sebesar Rp2.500 hingga kini sudah Rp100.000 per hari.

"Iya ini aja andalannya sejak dulu. Hasilnya lumayan cukup buat biaya keluarga. Kalau dikatakan kurang sih kurang aja," pungkasnya kepada detikJabar.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads