Payung Geulis dari Tasik Bakal Mejeng di Borsang Thailand

Payung Geulis dari Tasik Bakal Mejeng di Borsang Thailand

Faizal Amiruddin - detikJabar
Senin, 16 Jan 2023 12:41 WIB
Sekda Kota Tasikmalaya Ivan Dicksan melepaa perwakilan perajin payung geulis yang akan ikut pameran di Thailand.
Sekda Kota Tasikmalaya Ivan Dicksan melepas perwakilan perajin payung geulis yang akan ikut pameran di Thailand. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Upaya memperluas pemasaran payung geulis terus dilakukan oleh para pelaku usaha berkolaborasi dengan pemerintah.

Produk unggulan khas Kota Tasikmalaya ini akan ikut dalam ajang Borsang Umbrella Festival di Thailand pada 20 Januari 2023 mendatang. Ini adalah acara pameran produk payung dari berbagai negara di dunia.

Dengan mengikuti pameran ini diharapkan payung geulis bisa mendunia dan memberi manfaat positif bagi para perajin di Tasikmalaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inisiatif dari pelalu usaha kreatif ini tentu harus diapresiasi. Karena mereka secara mandiri berusaha memasarkan dan ingin mengenalkan ikon Kota Tasikmalaya di tingkat Internasional," kata Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan usai acara pelepasan rombongan peserta pameran di Balaikota Tasikmalaya, Senin (16/1/2023).

Ivan menjelaskan selama ini pemerintah kota Tasikmalaya juga telah berusaha mendorong payung geulis agar semakin memasyarakat.

ADVERTISEMENT

"Saya sudah minta ke semua kantor pemerintahan, hotel, perusahaan-perusahaan agar menampilkan payung geulis sebagai pemanis interior kantor. Sehingga siapa pun yang datang ke Tasikmalaya akan menjumpai payung geulis di mana-mana," kata Ivan.

Sentra kerajinan payung geulis di Tasikmalaya.Ilustrasi proses pembuatan payung geulis di Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)

Okto Handoko, pihak swasta yang berinisiatif membawa payung geulis ke pameran payung tingkat internasional di Thailand mengaku optimistis payung geulis mampu mencuri perhatian dunia internasional.

"Payung geulis itu kan payung cantik, dia lebih menonjolkan estetika lukisan tradisional atau lukisan tangan. Tentunya di samping fungsi payung itu sendiri sebagai peneduh," kata Okto.

Dia juga mengatakan payung geulis yang akan dibawa ke Thailand semuanya berbahan dasar bambu.

"Payung yang akan kita pamerkan semua dari bambu. Tak ada lagi unsur kayu. Kenapa tidak ada unsur kayu? Kan sekarang kayu juga semakin jarang kalau bambu ini kan banyak," kata Okto.

Sebagai perusahaan yang mengusung konsep eco industry, penggunaan bahan kayu dianggap tidak ramah lingkungan. Sehingga Okto mengganti seluruh rangka payung geulis buatannya dengan bahan bambu.

Sebelumnya Sandi salah seorang perajin payung geulis di Penyingkiran Kecamatan Indihiang membenarkan bahwa bahan kayu di payung geulis menjadi salah satu kendala yang dihadapi.

"Dari dulu peluang ekspor sebenarnya terbuka, tapi kendalanya memang di legalitas kayu. Penggunaan kayu di luar negeri itu diawasi ketat," kata Sandi.

Lebih lanjut Sandi memaparkan kayu yang jadi persoalan adalah kayu yang digunakan sebagai tumpuan atau bonggol rangka payung geulis. "Yang masalah itu bahan kayu yang di bagian atas, yang jadi tumpuan rangka. Kalau yang lainnya aman," kata Sandi.

Menurut Sandi, kayu tersebut merupakan kayu jenis Kijang Kurang. Jenis kayu hutan yang memang agak sulit didapat. Alasan mengapa harus menggunakan jenis kayu itu karena alur serat kayu Kijang Kurang horizontal, tidak vertikal seperti kayu kebanyakan, yang seratnya vertikal.

"Ini kan serat batang kayunya ke samping, tidak ke atas. Jadi walau pun dicoak untuk tumpuan belasan rangka kayu pun dia kuat. Tidak gampang pecah," kata Sandi.

Dia sendiri mengaku pernah berusaha mengganti kayu itu dengan kayu lain, tapi selalu gagal alias mudah pecah.

(yum/yum)


Hide Ads