Cerita Sosok Raden Anta Arya Adikusumah di Tanjakan Sae Sumedang

Cerita Sosok Raden Anta Arya Adikusumah di Tanjakan Sae Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Minggu, 22 Jan 2023 08:00 WIB
Tanjakan Cae di Sumedang
Tanjakan Cae di Sumedang. (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Tanjakan Cae menjadi bagian dari ruas Jalan Sumedang-Malangbong atau penghubung dari Kabupaten Sumedang menuju Kabupaten Garut. Ruas jalan ini menjadi akses bagi warga Sumedang yang berada di sekitaran wilayah Wado, Darmaraja, Cisitu, Jatinunggal, dan Jatigede.

Tanjakan Cae berada di antara Dusun Pasirhurip dan Dusun Cilangkap, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang. Panjang lintasannya sekitar 1,5 kilometer.

Tanjakan Cae dikenal lantaran rawan kecelakaan dan sudah banyak menelan korban jiwa. Terakhir dan cukup menyedot perhatian publik adalah kecelakaan yang menimpa bus rombongan peziarah dari Cisalak, Kabupaten Subang pada 2021. Dalam insiden itu, 30 orang dikabarkan meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga sekaligus sesepuh Desa Cilangkap, Suhada alias Pak Gede (77), menceritakan dulu terdapat sosok bernama Raden Anta Arya Adikusumah. Raden Anta Arya itu dikisahkan sebagai sosok yang memiliki kekuatan serta memiliki tanah yang cukup luas di sekitaran Desa Sukajadi, termasuk kawasan Tanjakan Cae.

"Nu gaduh lahan iyeu teh dugika Tanjakan Cae eta nu gaduh nateh, eta minangkana teh Raden Anta Arya Adikusumah (yang punya lahan ini sampai Tanjakan Cae, itu yang punyanya dulunya, dia adalah Raden Anta Arya Adikusumah)," ungkap Suhada kepada detikjabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Menurutnya sosok Raden Anta Arya kala itu juga dikenal sebagai sosok yang berani melawan Belanda. Namun dia pada akhirnya meninggal di Desa Sukajadi.

"Kulantaran anjeunna nasibna maotna kudu didieu, maotna teh disebut tilem (oleh sebab dirinya, nasibnya, meninggalnya harus di sini di Desa Sukajadi, meninggalnya dikenal dengan sebutan tilem)," terangnya.

Suhada menyebut makamnya Raden Anta Arya kini masih ada di suatu tempat yang bernama Leuweung Gede di Dusun Cilangkap, Desa Sukajadi. "Jadi pada saat tilem itu sesudah melawan Belanda, saat itu hanya kuda yang ditungganginya saja yang kembali lagi ke Ciwalur," ujarnya.

Dalam Surat Kabar Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlanssch-Indie yang terbit Senin 6 Juli 1931 disebutkan bahwa jalur Sumedang - Malangbong menjadi jalur baru. Jalur tersebut diresmikan pada Sabtu, diperkirakan 4 Juli 1931 karena di sana tidak dicantumkan tanggal peresmiannya. Penulis sendiri merunut pada surat kabar tersebut, sebab diterbitkan pada Senin, 6 Juli 1931).

Pembangunan ruas Jalan Sumedang-Malangbong sendiri dilatarbelakangi karena adanya bencana banjir hingga memutus sebuah jembatan yang ada di wilayah Wado.

"Ini menyangkut pemulihan jalur yang terputus karena beberapa bulan lalu jembatan kayu di Wado jebol disapu banjir," tulis Het Nieuws Van den Dag Voor Nederlanssch-Indie sebagaimana dilansir detikjabar dalam situs delpher.nl.

Peresmian ruas jalan itu dihadiri Residen Priangan Tengah Kuneman bersama istrinya, Asisten Residen Sumedang Ruys, Bupati Sumedang, Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Umum Sumedang bersama istrinya, Kepala Rimbawan Majalengka, Insinyur Provinsi Pengelolaan Air di Bandung Ir. J. A. H. Ondang, seorang direktur yang berkerja di Kabupaten Sumedang, Pak Ardja dan banyak lainnya.

Akses jalur baru Sumedang-Malangbong yang dibangun saat itu panjangnya 12,8 kilometer dengan menghabiskan anggaran sebesar 20.000 gulden. "Perlu disebutkan bahwa jalan baru tersebut memiliki panjang total 12,8 kilometer dan seluruh pekerjaan menelan biaya sekitar f20.000," tulis Het Nieuws van den Dag voor Nederlanssch Indie.

Tanjakan Cae merupakan bagian dari ruas Jalan Darmaraja-Malangbong. Jalur ini menjadi akses jalan lainnya dari Kabupaten Sumedang menuju Kabupaten Garut. Ruas jalan tanjakan Cae memang dikenal memiliki medan tanjakan atau turunan yang menantang alias tanpa jeda.

Medan tanjakan akan dihadapi setiap pengemudi yang datang dari arah Darmaraja menuju Malangbong. Sementara medan turunan akan dihadapi pengemudi dari arah sebaliknya. Para pengemudi dituntut ekstra hati-hati serta kondisi tubuh dan kendaraannya harus dalam keadaan prima.

(mso/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads