Sembilan Matahari Buka Suara soal Konten Masjid Al Jabbar Rp 15 M

Sembilan Matahari Buka Suara soal Konten Masjid Al Jabbar Rp 15 M

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 10 Jan 2023 16:11 WIB
CEO PT Sembilan Matahari Adi Panuntun
CEO PT Sembilan Matahari Adi Panuntun (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung -

Masjid Al Jabbar sedang menjadi sorotan publik. Sebuah proyek dengan nama 'Pembuatan Konten Masjid Raya Provinsi Jawa Barat' senilai Rp 20 miliar (setelah tender dilelang, nilainya menjadi Rp 15 miliar), disorot lantaran anggarannya dinilai terlalu besar untuk kebutuhan pembangunan masjid.

Pihak pelaksana proyek konten Masjid Al Jabbar, PT Sembilan Matahari lalu buka suara soal sorotan tersebut. Mereka mengatakan, konten yang dimaksud dalam tender yang dilelang bukan berupa konten untuk kebutuhan di media sosial. Melainkan, berupa konten diorama untuk kebutuhan pembangunan museum di Masjid Al Jabbar.

"Jadi konten yang dimaksud itu bukan konten media sosial. Tapi, konten diorama yang kita create dengan memadukan multimedia, teknologi sampai ke existing interior yang ada di Masjid Al Jabbar," kata CEO PT Sembilan Matahari Adi Panuntun saat memberikan keterangan kepada wartawan, Selasa (10/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adi bercerita, pembangunan Museum Masjid Al Jabbar bukan perkara yang gampang. Meski perusahaannya telah memiliki pengalaman membangun beberapa museum di Indonesia seperti museum Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga meseum Mahkamah Konstitusi, tapi di museum Masjid Al Jabbar seluas 3 ribu meter persegi itu punya kerumitannya tersendiri.

Salah satunya dengan mematangkan kajian tentang sejarah penyebaran Islam di Indonesia hingga dunia. Kajian yang memakan waktu cukup lama itu kemudian ditransformasikan ke dalam video mapping supaya menjadi diorama yang realistis bagi pengunjung yang datang ke museum Masjid Al Jabbar.

ADVERTISEMENT

"Konsep pendekatan kita dalam meng-create konten museum itu dengan experience design. Jadi mengutamakan visitor menjadi main target, nggak cuma melihat saja, tapi visitor bisa merasakan pengalamannya secara langsung dari sejarah-sejarah Islam di museum Masjid Al Jabbar," ungkapnya.

"Misalnya Isra Miraj. Di museum, kita simulasikan dalam diorama bagaimana simulasi naiknya Nabi Muhammad SAW ke Sidratulmuntaha menggunakan instalasi video mapping yang dipadukan dengan beberapa interiornya. Jadi nanti bukan sekedar baca sejarah dan melihatnya saja. Tapi bisa merasakannya secara langsung pengalaman sejarah seperti itu," tuturnya menambahkan.

Adi juga ingin menjawab polemik lelang proyek senilai Rp 15 miliar itu yang sempat mengalami gagal lelang selama 2 kali, lalu dilakukan penunjukan langsung kepada Sembilan Matahari untuk menggarap tender tersebut.

Adi menegaskan, tidak ada aturan yang dilanggar karena mekanismenya diatur dalam Perpres No 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia.

"Dan ini bukan kali pertama kami ngerjain museum proyek pemerintah. Nilai segitu juga bagi kami perhitungan RAB-nya logis, sudah sesuai dengan arahan LKPP, BPK dan PPK-nya. Hanya memang yang berhak menjelaskan itu dari PPK dinasnya yah. Tapi bagi kami, kami pastikan nggak ada masalah, nggak ada titipan atau hal yang perlu dicurigai dari proyek ini," terangnya.

Mengenai tudingan kedekatan Adi dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui komunitas Bandung Creative City Forum (BCCF), ia pun menampik semua hal itu. Meski pernah berada dalam satu komunitas yang sama, khusus untuk tender konten museum, Kang Emil bahkan baru mengetahui jika Sembilan Matahari yang menggarap proyeknya ketika proses pembangunan museum Masjid Al Jabbar sudah mencapai 50 persen.

"Jadi kalau saya mau sampaikan, memang tidak ada kedekatan dalam proyek ini apalagi sampai disebut titipan. Kang Emil itu baru tahu Sembilan Matahari pemenang lelang museumnya pada saat datang preview ke museum, itu di awal Desember pada saat museum sudah setengah jadi," ucapnya.

Ditambah, kata Adi, Sembilan Matahari merupakan perusahaan yang berdomisili di Kota Bandung. Sehingga ketika datang kesempatan kepada perusahaannya untuk membuat sebuah karya tersebut, ia turut terpanggil untuk membuat tanah kelahirannya makin dikagumi banyak orang.

"Ini juga karena panggilan karena saya orang Bandung. Bukan karena BCCF, bukan juga karena saya dengan Kang Emil sama-sama kuliah di ITB, sekolah di SMA 3 Bandung sampai ke SMP 2 Bandung. Jadi kalau mengait-ngaitkan saya dengan itu, nggak ada kaitannya sama sekali," kata Adi.

"Ditambah dengan anggaran segitu, dengan nilai segitu, itu kami rasa sudah logis angkanya, bahkan bisa diperindah. Makanya, ini murni karena tanggung jawab moril kami, hanya sebatas itu. Tidak ada kepentingan lain yang dihubung-hubungkan sama BCCF atau apapun, itu nggak ada," ucapnya.

Adi pun menyayangkan ada persepsi yang berlebihan dari publik mengenai proyek pembangunan museum Masjid Al Jabbar. Sebab menurutnya, semua proses tender sudah dilakukan sesuai regulasi dan tak pernah istilah titipan proyek untuk Sembilan Matahari dalam menggarap museum Masjid Al Jabbar.

"Jujur saya bilang menyayangkan ada persepsi seperti ini, karena proses tendernya sudah dilalui dengan benar. Dari awal proses lelang, sampai kami lolos kualifikasi, menang, sampai dipercaya lalu tanda tangan proyek, itu semua dikawal LKPP dan diadut BPK. Jadi auditnya tidak hanya PPK. Perhitungan angka juga bisa kita buktikan, enggak bisa main mata karena kebiasaan Sembilan Matahari keuangannya juga diaudit sama akuntan publik," pungkasnya.

(ral/mso)


Hide Ads