Badan Geologi menerbitkan hasil analisa mengenai gempa bumi M 7,5 yang mengguncang Maluku Tenggara Barat. Kejadian gempa bumi ini tak menimbulkan tsunami.
"Kejadian gempa bumi ini tidak menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami," kata Plt Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan yang diterima detikJabar, Selasa (10/1/2023).
Lebih lanjut, Wafid menerangkan menurut data Badan Geologi ada pantai yang berada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya tergolong rawan tsunami. Potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari dua meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wafid juga menjelaskan tsunami pernah melanda sekitar Laut Banda pada tahun 1629, 1852, 1938 dan 1975. Gempa bumi yang berpusat di laut itu, dikatakan Wafid, dirasakan cukup kuat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi tinggi hingga rendah.
"Wilayah yang terdekat dengan lokasi pusat gempa bumi adalah Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Wilayah tersebut tersusun oleh morfologi dataran, dataran bergelombang dan perbukitan," kata Wafid.
"Batuannya tersusun oleh batuan berumur pratersier, berupa batuan metamorf, batuan berumur tersier (batuan sedimen dan batu gamping), endapan Kuarter berupa endapan pantai dan sungai. Sebagian batuan berumur pratersier dan tersier tersebut telah mengalami pelapukan," ucap Wafid menambahkan.
Kondisi demikian, dikatakan Wafid, memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi. Selain itu pada morfologi perbukitan yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, rentan terjadi gerakan tanah yang dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas penunjaman di Laut Banda dengan mekanisme sesar naik," kata Wafid.
(sud/mso)