Baju hitam lusuh ditambah rompi lengkap dengan aksesori duri seolah melekat menjadi ciri khusus anak punk. Hal ini juga terlihat dari setelan Rahmat Faizal Harahap. Ia melengkapi penampilannya dengan gitar ukulele bermotif karakter Spongebob dalam pelukan.
Ia setengah berlari menuju lampu lalu lintas di perempatan di Jalan Siliwangi, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi saat menyala merah. Suaranya lantang beriringan dengan tangannya yang lihai memetik gitar yang mengeluarkan irama khas anak punk.
Suara paraunya mengalahkan bunyi klakson kendaraan. Hal-hal seperti itu seperti biasa dijalaninya demi mengais rezeki. Faizal sendiri memang mencari nafkah di Palabuhanratu. Tapi ia tak menetap lama. Biasanya hanya beberapa bulan saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengais rezeki bang, hasilnya lumayan buat makan. Kalau di Palabuhanraru tidak menetap, jadi kadang berapa bulan lalu jalan lagi. Saya asli Sumatera Utara, Mandailing tapi saya paling betah di sini (Palabuhanratu). Entah kenapa sejuk hati dan tenang," ungkap Faizal kepada detikJabar, Kamis (5/1/2023).
Faizal mengaku memang ingin terlihat tampil beda dibanding kebanyakan orang dan memutuskan jadi anak punk. Menurutnya punk adalah jatidiri. baginya punk bisa berarti suatu pendasaran hidup yang mencakup aspek sosial.
"Dulunya sih, hanya kayak komunitas Punk itu lebih tampil beda dari masyarakat umum, membuat penasaran ingin gabung-gabung, saat gabung akhirnya jadi kehidupan sampai sekarang, menurut saya Punk adalah budaya, kehidupan yang dialami sehari-hari," ungkapnya.
![]() |
Tampil dengan gaya nyeleneh, Faizal mengaku perjalanannya tak mulus. Salah satu yang sering dialami adalah pandangan negatif yang diidentikkan dengan penampilan.
"Sering ditegur gara-gara penampilan begini. Menurut mereka nggak nyaman melihat kami. Kami jelaskan, bahwa ini gaya kami, meskipun tampil beda dari masyarakat umum, style kami memang seperti ini. Karena gaya itu bukan ukuran atau standar. Toh kami sendiri menjauhi aksi-aksi kriminal," sambungnya.
Cerita lain datang dari Mohawk. Sosok bernama asli Saepul ini namanya tergolong beken di kalangan anak punk di pesisir Sukabumi. Ia bisa dibilang tetua Punk di Palabuhanratu.
Ia sendiri pertama kali menancapkan aliran musik punk pada tahun 1999 atau 24 tahun silam di Palabuhanratu. "Kalau saya berawal dari musik rock, bukan dari punk, The Offspring dan Cranberries. Bukan punk, tapi enak aransemennya, itu yang kemudian mengawali kehidupan punk saya dengan bermain musik," kata Saepul.
Senada dengan Faizal, Saepul memandang punk adalah bagian gaya hidup. Tapi tergantung bagaimana menilai seseorang menurutnya hal itu adalah privasi masing-masing. Penilaian orang justru menunjukan jatidiri orang tersebut.
"Terserah orang lain saja bagaimana menangapi atau melihat kami. Ada yang memandang kita seperti kriminal karena menilai penampilan, hanya menilai sampulnya saja tanpa melihat isinya. Kami santai-santai saja, justru kami mengutamakan silaturahmi. Tidak usah menjelaskan siapa kita, cukup kita dan tuhan yang tahu," papar Saepul.
(sya/orb)