Perselisihan yang terjadi antara driver ojek online (ojol) dengan ojek pangkalan (opang) di kawasan Pasirimpun, Kota Bandung, menyita perhatian. Meski berakhir dengan kesepakatan dan tak ada keributan, tak sedikit pihak yang turut menyayangkan insiden itu mencuat.
Salah satunya disampaikan para pengemudi ojek di pangkalan Terminal Dago, Kota Bandung. Bagi mereka, seharusnya perselisihan antara opang maupun ojol tak semestinya terjadi. Toh, mereka ini sama-sama sedang mencari rezeki untuk kehidupannya masing-masing maupun nafkah untuk keluarga.
Indra (32) misalnya. Ia sudah 7 tahun menjadi tukang ojek pangkalan di sana. Selama menjalani profesi tersebut, Indra tak begitu mempermasalahkan jika ada ojol yang narik penumpang dekat pangkalannya. Asalkan, dia tak terlihat mencolok plus bisa menghargai keberadaan para penarik ojek pangkalan di kawasan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intinya mah saling menghargai aja sih kang. Kalau misalkan ojol ada orderan di sini, ya minimal jangan sampai mencolok bawa penumpangnya di depan pangkalan pisan (banget). Agak jauh lah minimalnya. Terus kalau misalkan lewat, ya paling nggak saling tegur gitu. Kan kita ini sama-sama cari nafkah, kang," katanya saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (4/1/2023).
Tak jarang kata Indra, rekan sesama ojek pangkalan kerap mengingatkan ojol jika membawa penumpang terlalu dekat dengan tempat mangkalnya. Pendekatannya pun dilakukan secara persuasif, hingga mereka para driver ojol ini bisa memahami kondisi yang terjadi.
"Biasanya kalau ada yang mencolok kayak naikin penumpangnya di depan sini pisan misalkan, kita bakal kasih tahu. Kalau ojol-ojol yang lama mah pasti udah paham, nah biasanya yang baru-baru yang nggak tahu nih. Itu pasti kita kasih tahu supaya mereka naikin penumpangnya jangan terlalu deket dari sini. Biar sama-sama menghargai lah intinya mah gitu," tuturnya.
Sama halnya dengan Indra, Asep (43) juga punya cara yang sama untuk bisa saling menghargai pekerjaan sesama tukang ojek. Menurut Asep, profesi sepertinya tidak perlu saling ribut hanya karena urusan rebutan penumpang karena ujung-ujungnya bisa merugikan banyak orang.
"Zaman sekarang kan kalau yang dipermasalahkan soal penumpang, bahkan sampai ribut, apa untungnya kan. Toh kita juga yang rugi. Rezeki mah ada yang ngatur atuh, tenang aja," katanya.
Karena menerapkan toleransi ini, tak jarang kata Asep, driver ojol kerap datang ke pangkalannya untuk sekadar beristirahat selepas mengantarkan penumpang. Meski dibedakan oleh platform digital, namun bagi Asep, para driver ojol sama-sama mencari nafkah untuk keluarganya di rumah sebagaimana para pengemudi ojek pangkalan.
"Di sini mah kan jalur bebas yah a, mau opang atau ojol sok (silakan) aja kalau mau narik. Tapi ya itu, yang kita kedepanin saling menghargainya. Sama-sama cari rezeki kok kenapa harus ribut-ribut ya," pungkasnya.
(ral/orb)