Desa Mekarsari, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menyimpan kisah pilu. Akses jalan yang ekstrem menyulitkan warga. Bahkan, cerita soal warga yang sakit hingga akhirnya meninggal dunia saat ditandu menuju fasilitas kesehatan, sering terdengar. Ya, 'jalan neraka' karena berbahaya dan berisiko.
Mulyana, warga Kampung Cikuturug desa setempat salah satunya yang merasakan kepiluan. Enam tahun lalu, orang tua Mulyana meninggal dunia. Menghembuskan napas terakhir saat ditandu menuju puskesmas.
Kala itu, orang tua Mulyana sakit parah. Karena jalan yang ekstrem, menyulitkan warga untuk bisa mengakses pelayanan kesehatan dengan cepat. Kisah pilu keluarga Mulyana ini mirip dengan kejadian yang masih hangat. Kejadian saat jenazah ditandu di di jalan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Almarhum orang tua Mulyana kala itu ditandu oleh 30 orang secara bergantian. Masyarakat kampung bahu-membahu untuk menolong. Sebab, akses jalan begitu ekstrem. Mereka saling bergantian setiap beberapa ratus meter, menyusuri jalan perbukitan hingga melintasi sungai dengan jembatan gantung yang sudah lapuk. Waktu tempuh menuju akses jalan utama hingga enam jam.
"Iya memang kalau menantu yang sakit, ibu hamil, ataupun jenazah minimalnya ada 20-30 orang. Karena jaraknya jauh dan medannya ekstrem," ungkap Mulyana, Jumat (6/1/2023).
"Orang tua saya meninggal di tengah perjalanan, masih dalam keadaan di dalam tandu. Masih jauh untuk ke jalan raya, bahkan setengah perjalanan juga belum. Ketahuannya saat hendak ganti menandu, ketika dicek ternyata orang tua saya sudah meninggal," kata Mulyana menambahkan.
Warga lainnya, Iwan Setiawan mengatakan sudah ada beberapa kasus kematian warga sakit meninggal saat ditandu. Bahkan, ada juga ibu hamil yang hendak melahirkan di jalan. Dan, bayinya meninggal dunia karena proses persalinan di jalan ekstrem itu tanpa pendampingan tenaga medis.
"Jadi bukan satu kasus, ada beberapa kali kejadian yang meninggal di jalan saat ditandu. Ada yang sakit ada juga bayi yang baru dilahirkan," ungkap dia.
Dia berharap pemerintah segera turun tangan untuk membangun infrastruktur menuju Desa Mekarsari. "Kami berharap jembatan segera dibangun, kan pondasi sudah ada. Jangan sampai ada korban lainnya," pungkasnya.
Desa Berkembang
Lokasi 'jalan neraka' itu berada di desa yang berstatus berkembang. Desa Mekarsari mendapat skor IDM 0,6581 dan menempati posisi ke 44.469 dari seluruh desa se-Indonesia.
Balik lagi ke Mulyana. Ia mengatakan kampungnya tak bisa diakses kendaraan roda empat. Kendaraan roda empat harus melintasi Sungai jika ingin menuju kampungnya. Tapi, hanya bisa dilalui saat kemarau.
"Makanya yang sakit dan ibu hamil kalau mau ke puskesmas ditandu, karena kalau pakai motor tidak mungkin," kata Mulyana.
Sinyal Komunikasi Lemah
Tak hanya akses jalan, sinyal ponsel di desa ini juga lah. Bahkan, baru terjamah pada 2022 lalu. "Kalau mau telepon apalagi mau kirim pesan lewat WhatsApp, hp harus disimpan di galar (ventilasi udara di atas pintu). Kalau tidak ya tidak bisa telepon," kata dia.
Warga lainnya, Iwan Setiawan mengatakan jaringan internet di Kampung Cikurutug dan kampung lainnya di Desa Mekarsari memang jelek. Bahkan jaringan hanya sampai 3G, tidak 4G.
"Paling bangus itu H+. Seringnya jaringan E (edge). Jadi bagaimana mau buka Internet, jaringannya seburuk itu. Mau kades informasi dari luar daerah susah," ungkap dia.
Tak hanya itu, untuk bisa menonton televisi, warga juga harus memasang parabola. Antena biasa atau yang terbaru Set Top Box (STB) juga tidak berfungsi.
"Jadinya mau informasi lewat internet ataupun televisi susah. Sedangkan parabola kan mahal. Jadi saya rasa Desa Mekarsari ini masih tertinggal. Bahkan desa ini seperti Papuanya Cianjur atau Jawa Barat," pungkasnya