Bangunan satu lantai bercat kuning berdiri tegak di tengah-tengah perkebunan kawasan Ciwidey. Bangunan berbentuk persegi itu ternyata sebuah sekolah.
Sekolah tersebut merupakan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Baitul Ghofur dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda. Dua sekolah ini memang menempati bangunan yang terlihat kumuh itu.
Sekolah tersebut berada di daerah terpencil, tepatnya di Kampung Cilember, Desa Legok Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Akses jalan ke sekolah itu cukup sulit dan harus melewati area perkebunan teh hingga gang pemukiman warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi bangunan itu cukup memprihatinkan. Hanya ada dua ruang kelas yang disekat menggunakan triplek. Bukan hanya untuk sekat, dinding bangunan itu juga menggunakan bahan triplek.
Kesan kumuh juga terasa di ruangan kelasnya. Bangku-bangku kayu dengan kondisi kotor berderet di ruangan kelas yang berukuran cukup kecil itu. Pada bagian dinding triplek, tersimpan ragam kerajinan sebagai penghias kelas.
Kondisi halaman luar sekolah juga sama. Lapangan untuk upacara terbilang sempit. Tiang bendera lantainya menyatu dengan rumput liar.
Meski demikian, sekolah itu masih berfungsi. Sedikitnya ada 75 siswa yang mengenyam pendidikan. Rinciannya 50 orang siswa MI dan 25 orang siswa Mts. Mayoritas siswanya memang warga sekitar. Untuk tenaga pengajar berjumlah 4 orang, semuanya honorer.
Bangunan itu digunakan bergantian oleh MI dan MTs. Waktunya sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak sekolah.
"Kalau MI sekolahnya pagi-pagi, terus kalau MTs sekolahnya siang," ucap Darwin Sutendi, pemilik yayasan sekolah saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (4/1/2023).
Darwin menuturkan sekolah jadi pilihan warga sekitar. Sebab, sekolah lain jaraknya lebih jauh dari tempat tinggal warga.
"Kalau harus ke sana juga cukup jauh, ini kan bukan desa yang alat transportasinya ada terus, kalau harus pake ojek sampai ke sana harus bayar Rp 30.000. Apalagi kan para orang tuanya kerjanya serabutan dan bertani," ujar Darwin.
Darwin mengatakan pihaknya tak memungut bayaran kepada siswa yang bersekolah di tempat itu. Sejak dibangun tahun 2011, sekolah ini memang menggratiskan biaya.
"Iya kami gratiskan. Ah yang terpenting mah anak-anak di sini gak putus sekolah, jadi kami gratiskan semua biaya pendidikan di MI dan MTS ini," jelasnya.
Daerah Terisolir
Warga setempat, Cucu Cuana Subagja menambahkan lokasi tempat sekolah itu berada memang termasuk daerah terisolir. Sejauh ini, belum ada bantuan masuk dari pemerintah.
"Jujur aja lah, ini daerah paling terisolir. Soalnya tidak ada sentuhan pemerintah untuk sekolah ini," ujar Cucu.
Sebagai Ketua RW setempat, Cucu bukannya tak bergerak. Pengajuan untuk bantuan terhadap sekolah sudah dilakukan. Namun hingga kini, pihak desa belum juga melakukan peninjauan ke sekolah.
"Kalau pengajuan ada, tapi saya juga kurang tahu. Soalnya masalah MTs mah dari Kemenag ya. Kalau masalah sekolah tidak tercover sama kepala desa. Sudah masuk pengajuan ke kepala desa, tapi alhamdulillah sampai sekarang kepala desa belum sampai melihat sekolah ini. Mungkin ke depan ada lah ya," bebernya.
Diperbaiki TNI
Prajurit TNI turut terjun langsung mengetahui kondisi sekolah butuh perbaikan. Bukan saja menangani sekolah, pasukan TNI dari Batalyon Zipur 9/LLB Divisi 1 Kostrad ini juga turut membantu perbaikan masjid hingga membangun mata air.
"Alhamdulillah masuknya TNI Kostrad, pertama bikin kolam di atas, pembangunan mata air di situ, supaya masyarakat jangan terlalu memikirkan mata air. Tapi adanya TNI kemajuan masyarakat sangat ditunjang, saya sangat berterimakasih. Bukan sekolah aja, bukan masjid aja yang dibangun atau dibantu sama TNI," ungkap Cucu.
Danyonzipur 9/LLB Divif 1 Kostrad, Mayor Czi Asep Saepudin mengungkapkan tujuan adanya renovasi tersebut semata-mata untuk membantu masyarakat. Sehingga masyarakat bisa merasakan akses pendidikan yang layak dan mendapatkan mata air. Aksi TNI ini sekaligus perintah dari Pangkostrad melalui Pangdiv 1.
"Untuk membantu masyarakat, memang di sini adalah daerah latihannya Kostrad sehingga kami dari Kostrad membantu kontribusi terhadap masyarakat di daerah latihannya Kostrad," tegasnya.
Asep menambahkan renovasi sekolah, masjid, dan MCK masih dalam tahap pengerjaan. Apabila perbaikan sudah rampung, dia berharap sekolah hingga fasilitas lain bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Rehab mushala dan masjid beserta MCK, kedua adalah SD yang memang di sini juga fasilitas MCK nya kita perbaiki juga, sejauh ini proses pengerjaan masih sekitar 39 persen. Mudah-mudahan pada saat masuk sekolah sudah selesai," ucapnya.
(dir/dir)