.webp)
DPRD mendesak Pemkot Bandung untuk lebih masif mengedukasi pelaku usaha atau industri agar tak sembarang membuang limbah ke sungai. DPRD mengendus adanya beberapa pelaku usaha yang masih membuang limbah ke sungai.
Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan mengatakan menurunnya kualitas air sungai di Bandung diakibatkan karena beberapa faktor. Seperti pembuangan kotoran hewan dan limbah.
"Kemudian industri yang belum memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL), ada beberapa UKM yang memang belum memiliki IPAL," kata Tedy kepada detikJabar, Jumat (30/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Edukasi ke masyarakat dan industri ini sangat penting, sosialisasi soal kurangi limbah dan pemanfaatan IPAL," ucap Tedy menambahkan.
Tedy juga tak menampik masih ada masyarakat Kota Bandung yang BAB sembarangan, salah satunya di sungai. Saat ini sudah 62 persen kelurahan di Kota Bandung berhasil Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang air besar sembarangan. Targetnya, pada 2023 mendatang 151 kelurahan se-Kota Bandung sudah 100 persen ODF.
"Ini harus koordinasi semua lintas sektor, seperti ODF ini kan kewilayahan, kemudian dengan BBWS, Citarum Harum," kata Tedy.
Sebelumnya, indeks kualitas air sungai Bandung masuk kategori buruk pada 2021. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung saat ini masih menunggu hasil kajian indeks kualitas air sungai 2022.
"Kalau 2022 belum, nanti keluarnya," kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan Hidup DLH Kota Bandung Fiziarti kepada detikJabar, Rabu (28/12/2022).
Sementara itu, dari data DLH yang diterima detikJabar, kualitas air sungai Kota Bandung pada 2021 sebesar 41,5 atau kategori buruk. Dari 24 sungai yang dipantau di Kota Bandung, sebanyak 21 sungai masuk kategori cemar ringan.
(sud/yum)
