Konflik antara manusia dengan satwa liar menghiasi pemberitaan detikJabar sepanjang 2022. Salah satu yang cukup menghebohkan adalah serangan macan kumbang kepada warga di Sumedang.
Dalam kejadian tersebut, tiga orang warga mengalami luka-luka. Sementara untuk macannya sendiri tewas setelah sempat terjadi duel sengit.
Berikut rangkuman beritanya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan Macan Terjadi di Lahan Perkebunan
Peristiwa serangan macan kumbang itu terjadi di Blok Cihanyawar, Desa Tegalmanggung, Kecamatan Cimanggung Sumedang pada Rabu (7/9/2022) sekitar pukul 14.00 WIB.
"Iya betul. Kejadiannya hari Rabu jam 14.00 (WIB) kemarin," kata Kepala Desa Tegalmanggung Cecep Ali Hasan saat dikonfirmasi detikJabar saat itu.
Cecep mengatakan, saat kejadian, warga tengah berada di kebun yang berbatasan dengan kawasan hutan. Tiba-tiba, warga melihat seekor macan kumbang yang langsung menerkam.
"Kronologisnya si warga itu lagi berkebun, pertama satu orang. Kemudian tiba-tiba ada seekor macan, dan langsung nyerang warga. Kemudian datang satu warga lagi ngebantu, diserang juga kena. Datang lagi satu orang, diserang lagi," jelasnya.
Korban Diserang Saat Macan Kumbang Tengah Memangsa Hewan Ternak Warga
Salah satu korban serangan macan tutul Jawa atau macan kumbang itu adalah Udes (32). Ia pula yang mengalami luka cukup parah.
Udes menyebut, serangan macan kumbang itu terjadi sekitar pukul 14.00 WIB. Udes kala itu sedang menanam buah alpukat di kebun.
Namun tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran seekor macan yang sedang memangsa hewan ternak milik warga. Tanpa disangka-sangka, hewan buas itu pun kemudian menyerangnya.
"Awalnya saya lagi kerja di kebun tiba-tiba ada macan nyerang ternak, tiba-tiba nyerang saya," kata Udes saat ditemui di kediamannya, Sabtu (10/9/2022).
Duel antara Udes dan macan kumbang pun tidak terhindarkan. Udes kala itu berupaya melepaskan diri namun tenaga macan itu terlalu kuat. Ia sampai-sampai terpental hingga kepalanya membentur batu.
Di saat itu datang rekannya Udes, yakni Adi (38) yang berusaha menolong Udes. Namun Adi juga diserang oleh macan yang ukurannya sebesar domba itu.
"Saya bela diri, dari pada jadi korban. Bela diri sekuat tenaga," ungkapnya.
Tajamnya taring macan serta suara auman hewan itu masih teringat jelas dibenak Udes. Udes tak pernah menyangka akan berhadapan langsung dengan macan kumbang.
"Nggak pernah nyangka, itu mukanya (macan) pas di depan muka saya," ingat Udes.
Meski sudah menyerang dua orang, Udes dan Adi, macan itu masih bringas. Di saat bersamaan datang lagi rekan keduanya, Didin yang juga menjadi sasaran keganasan macan kumbang tersebut.
"Pertamanyerang saya dulu, terus datang teman saya (Adi), diserang juga. Lalu datang lagiDidin, sama diserang juga kita bertiga," ujarnya.
Akhir Serangan Macan
Seolah kepalang tanggung sudah diserang oleh macan, ketiga warga yakni Udes, Adi dan Didin pun kemudian menyerang balik macan tersebut.
Saat itu, Udes dan Didin berhasil memiting leher macan itu dan membawanya ke sungai. Mereka kemudian menenggelamkan macan yang terus menyerang itu ke dalam air.
"Dimasukin ke air, tenggelam (mati)," ucap Udes.
Dugaan Penyebab Macan Serang Warga
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat menyebut, macan tutul yang berduel dengan tiga warga Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang merupakan macan tutul muda.
Kepala BBKSDA Jabar Irwan Asaad mengatakan, habitat macan tutul yang berada di Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBGMK) dan berdekatan dengan pemukiman warga, membuat macan tersebut turun untuk mencari makan.
"Kondisi pemukiman masyarakat yang berdekatan dengan habitat alami macan tutul di TBGMK, serta adanya hewan ternak di sekitar kawasan, diduga menjadi salah satu penyebab keluarnya macan tutul dari kawasan hutan," kata Irwan dalam keterangan tertulis yang diterima detikJabar, Minggu (11/9/2022).
Menurut Irwan, karakter macan tutul muda masih belajar berburu sehingga kerap mencari mangsa yang mudah didapat. "Macan tutul muda yang sedang belajar berburu biasanya tertarik untuk mendapatkan mangsa yang mudah untuk diburu," ujarnya.
Irwan juga menilai, macan tutul tidak akan menyerang manusia jika tidak merasa terancam. "Pada dasarnya, macan tutul memiliki perilaku untuk tidak menyerang manusia, kecuali pada kondisi terdesak atau mendapat intimidasi," katanya.
Mengenal Kawasan Konservasi Gunung Masigit Kareumbi
Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBMK) menjadi salah satu habitat bagi macan kumbang (Panthera pardus melas) di pulau Jawa. Macan kumbang menjadi binatang endemik yang menduduki puncak rantai makanan tertinggi di kawasan tersebut.
Kawasan TBMK secara administratif masuk di tiga wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung. Kawasan tersebut menjadi harta berharga khususnya bagi Jawa Barat umumnya bagi Indonesia.
Betapa tidak, di sana terdapat sumber mata air beserta keberagaman flora dan faunanya. Selain itu, kawasan itu juga menjadi salah satu penyumbang oksigen bagi Jawa Barat.
Kepala Sub Bagian Humas BBKSDA Jabar Halu Oleo menjelaskan kawasan konservasi TBMK luasnya sekitar 12 hektar. Kawasan tersebut beririsan dengan tiga wilayah kabupaten, yakni Sumedang, Garut dan Kabupaten Bandung.
"Sumedang paling luas, dari total luasannya ada 60 persen diantaranya masuk Kabupaten Sumedang, sisanya masuk kedua kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung," ujar Halu saat dihubungi detikJabar, Rabu (14/9/2022).
Halu menyebut, kawasan TBMK memiliki flora dan fauna endemik khas Jawa Barat di dalammnya. Untuk pepohonan seperti Puspa, Manglid, Rancamala, Kisireum, dan lain-lain.
"Sementara untuk hewan endemiknya, diantaranya macan tutul/macan kumbang, kancil, babi hutan, ayam hutam, beragam jenis burung dan binatang endemik lainnya," ujarnya.
Halu memaparkan, macan kumbang merupakan hewan yang menduduki rantai teratas dalam puncak rantai makanan di kawasan konservasi TBMK. Berdasarkan monitoring sejauh ini, lanjut Halu, jumlah spesies macan kumbang di kawasan TBMK ada sekitar 11 ekor.
"Estimasi berdasarkan monitoring perjumpaan, laporan dari berbagai sumber dan dianalisa dari bukti jejak dan kamera trap ada sekitar 11 ekor yang terdiri dari anakan dan indukan," terangnya.
Kendati demikian, kata Halu, jumlah tersebut masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
"Jumlah itu bisa lebih karena macan kumbang ini kan liar dengan daya jelajahnya cukup luas," ujarnya.
Halu menilai jumlah macan kumbang tersebut terhitung stabil dengan luasan yang dimiliki oleh kawasan TBMK.
"Dengan luasan itu (TBMK) masih stabil artinya kalau untuk satu ekor macan kumbang itu memiliki daya jelajah sekitar 70 hektar atau 700 hektar daerah jelajah," terangnya.