Tiga ekor ular jenis king kobra tampak berada di dalam kandang yang terdiri dari bahan kayu dan kaca. Satu ekor berukuran sekitar 4 meter, sementara dua lainnya berukuran sekitar 2,5 meter.
Ketiga ular tersebut milik pawang ular asal Sumedang, yakni Darsum Diva Atmaya (70) atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Kebo Kenongo. Ia merupakan warga Dusun Batukarut, Desa Cibeureumwetan, Kecamatan Cimalaka.
Ketiganya menjadi hewan peliharaan Ki Kebo Kenongo sejak berhasil ditangkap pada November 2022 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ki Kebo menyebut, ketiga ular itu ditangkap di daerah Sumedang. Untuk ular berukuran 4 meter ditangkap di wilayah sekitar Wado, sementara dua lainnya di wilayah Buahdua dan Tomo.
"Ketiga ular ini ditangkap di perkebunan pohon bambu, karena kebun bambu itu menjadi salah satu habitat bagi ular jenis ini," ujarnya.
Ki Kebo menuturkan, penangkapan ketiga ular itu berawal dari laporan warga yang merasa ketakutan akan keberadaan binatang yang memiliki racun bisa ini.
"Jadi awalnya ada warga laporan bahwa ada di tempat itu ada ular," ujarnya.
![]() |
Saat menangkap ketiga ular tersebut, Ki Kebo mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti.
"Jadi pas setelah ditunggu di lokasi, memang benar ada ketiga ular itu, lalu dengan menggunakan bantuan sebuah alat seadanya, saya pun fokus ke bagian kepalanya yang saat itu langsung mengembang saat hendak ditangkap setelah ular terkuasai, baru saya pegang bagian kepalanya dan saya masukan ke sebuah wadah," paparnya.
Menurut Ki Kebo, ketiga ular tersebut memiliki karakter sebagaimana jenis king kobra pada umumnya. Ular jenis ini rata-rata sangat sensitif terhadap gerakan.
"Itu kenapa kalau yang memainkan ular king kobra dengan disertai tiupan seruling seperti di India, itu tuh mereka pasti awalnya menggerak-gerakan tanganya atau menggerak-gerakan seruling yang dimainkannya," terangnya.
Namun dari ketiga ular itu, sambung Ki Kebo, saat ini ular yang sedang sangat agresif, yakni ular yang berukuran 4 meter. Hal itu lantaran ular tersebut sedang mengalami proses pergantian kulit.
"Kalau ular sedang ganti kulit itu memang agresif dan proses itu biasanya membutuh waktu cukup lama, maka harus hati-hati jika bertemu dengan ular yang sedang ganti kulit, itu dia pasti sangat sensitif terhadap gerakan sekecil apapun," paparnya.
*Mengenal Ki Kebo Kenongo
Kecintaan Ki Kebo terhadap ular sudah dimulai sejak kecil atau pada sekitaran tahun 1960-an. Hal itu tidak lain lantaran pengaruh dari sang ayah bernama Ki Diva Atmaya yang merupakan salah satu tokoh pawang ular di Majalengka.
"Bapak saya itu punya anak banyak tapi yang suka atau menggeluti dunia ular itu hanya saya saja," ungkap Ki Kebo.
Kendati demikian, keahlian Ki Kebo dalam memghadapi ular sendiri didapatnya secara otodidak. Diakuinya, dari pengalamannya bersentuhan langsung dengan berbagai jenis ular menjadikannya banyak memahami karakter dan watak ular dari yang berbisa hingga yang tidak berbisa.
"Dulu itu kalau nangkap ular tetap harus pakai alat awalnya, berupa tongkat kayu bercabang, tapi pada saat nangkap kan suka ada saja kecelakaan semisal ularnya tiba-tiba gigit, nah tapi dari sana saya jadi tahu mana ular berbisa dan tidak berbisa," tuturnya.
Ki Kebo Kenongo sendiri adalah nama panggung dari profesinya sebagai pekerja seni atraksi ular. Namun jauh sebelum itu, ia pun telah menjalani berbagai profesi yang bertalian dengan dunia ular.
Sebut saja dari mulai menjadi sebagai pemasok ular hingga menjadi pembimbing dalam hal edukasi tentang ular. Bahkan hutan-hutan di pulau Jawa, beberapa diantaranya pernah dijelajahinya demi mencari seekor ular.
Maka tidak heran jika ia pun pernah merasakan beberapa kali dipatuk ular selama menjalani profesinya tersebut.
"Ada sekitar 16 kali saya pernah dipatuk ular selama berkecimpung dalam dunia ular. Paling banyak dipatuk king cobra," ungkap Ki Kebo saat diwawancara detikjabar belum lama ini.
Meski Ki Kebo sudah belasan kali dipatuk ular namun dirinya tidak merasa kebal terhadap bisa ular. Ia pun tetap menjalani pengobatan ke rumah sakit jika terkena kembali patukan ular. Namun yang membedakannya adalah proses kesembuhannya.
"Nah aki mah sekarang kalau semisal kepatuk ular terus diobati ke rumah sakit, asal terasa sedikit sudah baikan saja, pihak rumah sakit biasanya ngizinin aki pulang kalau aki minta pulang, karena mereka sudah paham sama kekebalan tubuh aki," paparnya.
Dari keahliannya tersebut, Ki Kebo Kenongo bahkan pernah dipercaya melatih sejumlah prajurit Komando Pasukan Khusus atau Kopassus, TNI Angkatan Darat di Batujajar.
Ki Kebo Kenongo atau yang akrab disapa dengan Ki Kebo menyebut, momen itu terjadi pada sekitar tahun 1986. Saat itu ia dipanggil oleh satuan pasukan elit tersebut untuk membantu dalam pelatihan survival atau bertahan hidup di dalam hutan.
"Jadi kalau Kopassus itu kan ada latihan survival, mereka harus bertahan hidup di dalam hutan hanya dengan dibekali alat seadanya," ungkap Ki Kebo kepada detikjabar belum lama ini.
Salah satu latihannya, sambung Ki Kebo, adalah bagaimana cara menghadapi atau bertemu ular di dalam hutan.
"Jadi kalau demi bertahan hidup itu hewan apapun bisa jadi makannan, termasuk ular, nah ini yang diajarkan bagaimana cara bersentuhan langsung dengan ular baik yang berbisa atau pun tidak," ujarnya.
Meski tidak secara detail, namun Ki Kebo menceritakan bagaimana kerasnya latihan yang ditempakan kepada anggota Kopassus saat itu. Menurutnya, maka tidak heran jika Kopassus menjadi salah satu satuan terbaik yang dimiliki Indonesia.
"Latihannya cukup keras, anggota Kopassus ini salah satunya jangan takut ular. Bahkan saat latihan dengan ular sanca, dipatuk pun jadi hal biasa," terangnya.
Ki Kebo menyebut, ada sekitar 25 prajurit Kopassus dari beberapa Batalyon yang mengikuti pelatihan saat itu. Diantaranya, ada yang dari Ujung Pandang, Jakarta, Bandung dan Solo.
"Jadi selain latihan praktik berhadapan dengan beragam jenis ular termasuk King Cobra, juga latihan wawasan secara ilmiah tentang jenis-jenis ular itu," ujarnya.
Atas dedikasinya tersebut, Ki Kebo pun mendapatkan piagam dari Kopassus yang saat itu dikomandani oleh Bambang Soembodo. Bahkan, ia pun saat itu masih suka dipagggil oleh satuan Kopassus dalam acara-acara tertentu.
"Seminggu setelah acara latihan itu, ada kunjungan dari Kerajaan Thailand ke kawasan Citatah atau sekarang masuk wilayah Kabupaten Bandung Barat, saat itu saya juga dipanggil untuk atraksi ular," paparnya.
(yum/yum)