Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyarankan kajian terkait Sesar Cugenang yang diduga menjadi penyebab gempa di Cianjur diteliti lebih dalam. Hal itu dilakukan untuk memastikan garis patahan di bawah permukaan tanah.
Koordinator Geologi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Dr Supartoyo mengatakan gempa di Cianjur memang diakibatkan aktivitas Sesar. Namun terkait arah patahan, pihaknya masih menunggu hasil survei berdasarkan subsurface.
Baca juga: Menyoal Sesar Cugenang di Mata Pakar ITB |
"Kalau retakan yang muncul itu kan hanya retakan di permukaan tanah yang setelah kami teliti itu bukan robekan dari patahan di bantuan dasar. Makanya kami belum bisa memastikan apakah retakannya sama dengan yang sudah munculkan beberapa waktu lalu atau ternyata arah sesarnya berbeda. Kami masih menunggu survei subsurface," ujar Supartoyo, Jumat (16/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya ada dua pola pergerakan patahan di Cianjur, yakni mengarah ke utara-selatan dan barat-timur. Okeh karena itu, perlu penelitian lebih mendalam untuk memastikan patahan di bantuan dasar di bawah permukaan tanah.
"Makanya kalau kami belum bisa menyimpulkan retakan di permukaan itu sesar utama atau bukan. Dan panjang patahan di bebatuan dasarnya seperti yang sudah dimunculkan atau bukan. Karena masih harus dikaji dan pemetaan diteliti dengan metode gaya berat magnetik," jelas Supartoyo.
Dia menyebut jika gempa di Cianjur berbeda dengan di Palu dan Lombok dimana robekan batuan dasar sampai ke permukaan, sehingga secara kasat mata pun sudah bisa terlihat.
"Kalau Cianjur berbeda, patahan yang ada di kedalaman kemarin robekannya tidak ke permukaan. Makanya harus hati-hati menentukan jalur atau zona (patahan)," kata dia.
Bahkan dia menjelaskan setelah pemetaan berdasarkan metode gaya berat magnetik selesai, kajian harus dilanjutkan dengan berbagai metode lainnya, termasuk menggali tanah untuk pembuktian.
"Setelah kajian atau pemetaan itu, nanti dibuktikan lagi dengan melakukan penggalian di bebatuan dasar. Itu baru bisa dipetakan secara akurat," kata dia
"Patahannya tidak bisa secara kasat mata tidak diketahui. Seperti itulah faktanya, jalurnya belum tentu seperti yang terlihat di permukaan. Makanya tidak bisa terburu-buru identifikasi karena retakan di permukaan," tambahnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan jika gempa di Cianjur, Jawa barat disebabkan oleh sesar baru yang dinamakan Sesar Cugenang. Panjang sesar ini mencapai 9 kilometer.
BMKG melakukan survei dengan metode penentuan strike patahan aktif Cugenang didasarkan pada focal mechanism dan sebaran gempa susulan, pelamparan kemenerusan surface rupture atau retakan permukaan, sebaran kerusakan bangunan, dan kelurusan morfologi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan jika patahan atau sesar tersebut baru teridentifikasi dan tidak dalam bagian sesar aktif lain di Jawa Barat.
"Dari hasil penelusuran, ditemukan ada patahan yang baru teridentifikasi, karena patahan ini melintasi kecamatan Cugenang maka ditetapkan (namanya) Patahan Cugenang," kata dia, belum lama ini.
Menurutnya panjang sesar tersebut mencapai 9 kilometer dengan melintasi 9 desa di dua kecamatan, mulai dari Kecamatan Cugenang hingga Kecamatan Cianjur.
(iqk/orb)