Selama lima tahun terakhir, Pemkot Bandung telah menggelontorkan miliaran Rupiah untuk pembangunan kolam retensi. Nyatanya, warga masih mengeluhkan banjir yang selalu terjadi di Bandung saat musim hujan.
Mengutip dari data yang ada di LPSE Kota Bandung, sejak 2017 hingga 2022, Pemkot Bandung telah membangun beberapa kolam retensi. Tahun ini, pemkot telah menganggarkan pembangunan kolam retensi Cisanggarung senilai Rp 5,6 miliar. Lelang proyek ini sempat gagal.
Setelah gagal lelang, pengerjaan pembangunan kolam retensi Cisanggarung itu kembali dilelang. Pemenang lelang berhasil didapat, nilainya Rp. 5.646.400.000. Penandatanganan kontraknya dilakukan pada 19 September 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, pada 2021, pemkot menganggarkan pembangunan kolam retensi Bima dan pengawasan teknik pembangunannya, anggarannya masing-masing adalah Rp 4,9 miliar dan Rp 215,4 juta.
Sedangkan, pada 2020 lelang pembangunan kolam retensi Gedebage pun dibuka. Nilai kontrak pembangunan kolam retensi ini mencapai Rp 6,6 miliar. Dua tahun sebelum lelang proyek pembangunan kolam retensi dilakukan, pemkot melelang perencanaan pembangunan kolam retensi ini. Anggaran Rp 286,6 juta.
Sementara itu, masih mengutip data dari LPSE Kota Bandung, pembangunan kolam retensi di Sarimas Sukamiskin pada 2017. Pagu anggarannya Rp 9,8 miliar. Kontrak pengerjaan pembangunan kolam retensi ini mencapai Rp 7,7 miliar. Kemudian, penambahan anggaran untuk pengawasan teknik pembangunan kolam retensi Sarimas ini mencapai Rp 229 juta.
Kemudian, pada 2018, Pemkot menggelontorkan anggaran Rp 6,5 miliar untuk pembangunan kolam retensi Sirnaraga. Sebelum pembangunan kolam retensi ini, anggaran belanja jasa konsultasinya mencapai Rp 251 juta.
Menurut Open Data Bandung, Pemkot telah membangun sembilan kolam retensi dari 2015 hingga 2021. Tahun ini, ada satu pembangunan kolam retensi yakni CIsanggarung. Artinya, saat ini sudah ada 10 kolam retensi di Kota Bandung.
Selain kolam retensi, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDABM) Kota Bandung Didi Ruswandi mengaku pihaknya terus berupaya membangun sejumlah rumah pompa di beberapa titik. Terbaru adalah pembangunan rumah pompa Rancabolang yang baru saja diresmikan.
"Tahun ini, ada tiga rumah pompa. di sini (Rancabolang), Cingised, dan Citarip. Di Citarip rada banjir karena dampak dari pembangunan," Kata Didi saat memberikan sambutan pada peresmian rumah pompa Rancabolang.
Mengutip data LPSE Kota Bandung, untuk pagu anggaran pembangunan rumah pompa di Rancabolang mencapai Rp 1.865.387.000. Sedangkan nilai HPS proyek ini Rp 1.575.986.900. Proyek itu sempat gagal lelang pada Juli lalu. Kemudian, dilelang kembali dan menemui kesepakatan pada Agustus 2022. Penandatangan kontraknya pada 25 Agustus 2022. Anggaran proyek ini bersumber dari APBD.
Sementara untuk pembangunan rumah pompa Citarip juga bersumber dari APBD 2022. Nilai pagu proyek penanganan banjir ini adalah Rp 1.184.687.000. Sedangkan, nilai HPS Rp 1.045.521.126. Sama halnya dengan pembangunan rumah pompa Rancabolang, proyek ini juga sempat gagal lelang. Kemudian dilelang kembali dan menemui kesepakatan pada 2 Agustus 2022.
Selain itu, untuk proyek yang berada di Cingised Kecamatan Arcamanik, dengan kata kunci 'Cingised' dalam kolom pencarian di situs LPSE Kota Bandung tak ada proyek pembangunan rumah pompa. Di Cingised hanya ada proyek pembangunan dengan nomenklatur rehabilitasi saluran drainase perkotaan-pembangunan/rehabilitasi saluran batu kali Jalan Cingised Segmen 1. Pagu anggaran proyek ini mencapai Rp 1.691.207.100. Sedangkan, nilai HPS proyek ini Rp 1.035.748.93. Penandatangan kontrak dilakukan pada 22 Agustus 2022.
Lebih lanjut, Didi mengaku pihaknya juga telah melakukan upaya lainnya untuk mengantisipasi banjir. Dinas SDABM telah melakukan penanaman pohon di kawasan Ciraga. "Di sana ada tiga hektare yang kita tanam pohon juga. Kemudian konservasi mata air juga," ucap Didi.
Total pembangunan proyek kolam retensi ini jika dikalkulasikan dengan angka yang digenapkan, maka mencapai 31,3 miliar. Sementara itu, untuk proyek pengawasan, perencanaan dan jasa konsultasi pengerjaan kolam retensi totalnya mencapai Rp 1,01 miliar.
Sedangkan, untuk pembangunan dua rumah pompa dan rehabilitasi saluran drainase di Cingised, total anggarannya mencapai Rp 3,64 miliar. Jadi, jika dikalkulasikan total seluruh anggarannya kolam retensi dan rumah pompa berkisar Rp 35,95 miliar.
Belasan Titik Banjir
Didi mengatakan hingga saat ini masih ada 15 titik banjir di Kota Bandung. sementara itu, untuk total titik genangan air di Bandung masih mencapai 68 titik.
"Ada enam yang genangannya mencapai 30 sentimeter ke atas. Kemudian, masih ada sembilan titik yang di bawah 60 sentimeter," kata Didi.
Untuk enam titik yang masih mengalami banjir hingga ketinggian 30 sentimeter ke atas itu di antaranya, Cibaduyut, Pasirkoja, Gedebage, Leuwipanjang, Cingised, dan Jalan Rumah Sakit. "Kalau yang di Gedebage sama Jalan Rumah Sakit itu masih satu wilayah sebenarnya, jadi kalau salah satunya beres, maka yang satunya lagi juga beres (Gedebage)," ucap Didi.
Sebelumnya, seorang pedagang di Pasar Induk Gedebage Mulyadi (38) mengatakan, kolam retensi hingga sekarang belum menjadi solusi penangan banjir di kawasan itu. Padahal awalnya, kolam dengan luas area 2.800 meter persegi dan bisa menampung 5.425 meter kubik air dibangun pada 2020 sebagai solusi penangan banjir di Gedebage.
"Di sini kan ada kolam penampungan yah, tapi nggak ngaruh tuh. Sok apa ngaruhnya. Kalau misalkan air cepat suruh mah enak, ini mah kan nggak. Tetap saja banjir mah banjir," kata Mulyadi mengungkapkan kekesalannya saat ditemui detikJabar di kiosnya, Rabu (14/12/2022).
Meski kesal dengan kondisi tersebut, Mulyadi hanya bisa pasrah. Dari dulu ia menginginkan bisa berjualan dengan tenang tanpa harus dihantui oleh banjir. Namun nyatanya, Mulyadi menganggap harus mulai terbiasa dengan kondisi tersebut.
"Ngungkapin harapan juga kayaknya percuma, nggak pernah ada solusinya. Kalau emang dari dulu ada solusi, harusnya udah nggak banjir dong di sini," tuturnya.