Sebelum Kampung Kaputren, Desa Putri Dalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka dikenal menjadi daerah penyumbang Tenang Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Iloh (48), merupakan warga pertama yang menjadi TKW.
Iloh pertama berangkat menjadi buruh migran saat masih berusia 18 tahun. Saat itu Iloh masih berstatus pengantin baru.
Iloh yang menjadi TKW pertama di kampung tersebut, berangkat ke Arab Saudi sekitar tahun 1990. Ia bekerja di luar negeri demi bisa mewujudkan tekadnya mengubah nasib.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat warga Putri Dalem, sukses (bisa) bikin rumah, jadi tertarik," kata Iloh saat diwawancarai detikJabar.
Di sana ia mengadu nasib selama 13 tahun, menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT). Pertama menjadi TKW di Arab Saudi jasanya dihargai sekitar Rp 300 ribu per bulan.
"Pertama di Saudi gajinya 600 (Riyal Saudi), kalau di uang kita cuma Rp 300 ribu per bulan," ujar dia.
Selama menjadi TKW di Timur Tengah, Iloh sudah merasakan berkerja dengan lima majikan. Dari setiap majikannya itu, ia mengerjakan pekerjaan yang sama, mengerjakan pekerjaan rumah hingga mengasuh anak.
"Pertama di Jeddah (Arab Saudi), dapat dua tahun empat bulan, pulang. Di rumah dua bulan, berangkat lagi dapat di Riyadh (Arab Saudi), dapat dua tahun tiga bulan. Di rumah lama dua tahunan, berangkat lagi dapat di Riyadh tiga tahun," kata dia saat menceritakan.
Dari hasil keringat yang didapat selama menjadi buruh migran, Iloh mengaku sudah bisa mewujudkan keinginannya. Rumah hingga sawah adalah buah hasil selama kerja di Arab Saudi.
"Alhamdulillah bisa beli sawah, bangun rumah sendiri tanpa bantuan orang tua," ucap dia.
![]() |
Iloh yang saat ini sudah 'pensiun' menjadi TKW, sudah tidak terbesit niat lagi untuk bekerja menjadi buruh migran. Saat ini ia beraktivitas menjadi ibu rumah tangga.
"Pernah ngewarung, pernah bikin kripik pisang cuma karena kecapekan, ya sekarang jadi ibu rumah tangga. Yang kerja anak sama suami aja sekarang mah," ujar dia.
Sementara itu data yang diterima detikJabar dari tahun 90-an hingga sekarang, hampir 60 persen warga di kampung tersebut menjadi TKW. Kampung yang berpenduduk sekitar 1.200 jiwa itu layak dijuluki sebagai 'Kampung TKW'.
"Kalo dihitung dari pertama tahun 90-an (sampai sekarang) itu, hampir 60 persen. Cuma kan sekarang, (sebagian) udah ada yang pulang dan sudah ada yang menetap lagi di sini enggak berangkat lagi kesana," kata Lurah kampung Kaputren, Yahya.
Awalnya mula warga Kaputren tertarik menjadi pekerja imigran, yaitu pada saat ekonomi di Tanah Air tengah diguncang krisis moneter. Memanfaatkan momentum tersebut warga Kaputren berbondong-bondong bekerja di luar negeri.
"Pas moneter banyak yang kerja ke sana. Karena dolar gede kan. Nah itu juga yang menjadikan TKW sukses mah," ucap dia.
Baca juga: MUI: Jabar Zona Merah Kelompok Terorisme |
Selain itu, faktor ekonomi dan upah jadi alasan warga di kampung tersebut memilih bekerja di luar negeri dibanding di tanah kelahirannya sendiri. Warga yang menjadi TKW, rata-rata usia 18-35 tahun.
"Mungkin pertama melihat gaji. Kalo dibandingkan sama kita kan sangat jauh. Ditambah faktor ekonomi juga," ujar dia.
(orb/yum)