MUI: Jabar Zona Merah Kelompok Terorisme

MUI: Jabar Zona Merah Kelompok Terorisme

Rifat Alhamidi - detikJabar
Jumat, 09 Des 2022 20:00 WIB
Petugas kepolisian melakukan penjagaan ketat di depan lokasi bom bunuh diri di kawasan Astana Anyar, Bandung
Teror bom bunuh diri di Bandung (Foto: Dok.detikcom).
Bandung -

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat membeberkan fakta mengenai kelompok terorisme yang berkembang di Indonesia. MUI menyebut Jabar merupakan wilayah yang termasuk zona merah kelompok teroris tersebut.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar mengaku mendapat informasi langsung dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hanya saja, kata Rafani, BNPT tak memberikan rincian di mana saja rincian jaringan terorisme di Jawa Barat itu berkembang.

"Kami pernah menerima tamu dari BNPT dan menginformasikan jaringan teroris di Jawa Barat itu paling banyak. Mantan napi terorisnya juga banyak. Tapi saya nggak tahu kenapa, aparat nggak pernah membuka data itu ke kita," kata Akhyar saat berbincang dengan detikJabar di kantornya, Jumat (9/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhyar mengungkap, jaringan terorisme di Jabar tak hanya berasal dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Sel terorisme dari kelompok lain juga banyak berkembang di Jawa Barat seperti di Cirebon hingga ke wilayah Jabar Selatan.

"Jawa Barat itu paling banyak, bukan hanya JAD. Tapi kaitannya di mana orang itu, RT mana, di lingkungan mana, namanya siapa, belum terbuka datanya dari pemerintah," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Padahal, kata Rafani, jika data-data itu dibuka, MUI bisa mengambil peran dengan memberikan pendampingan keagamaan terutama bagi mantan napiter di Jawa Barat. Sebab ia meyakini, para mantan pelaku teror bisa dirangkul supaya mereka kembali ke pemahaman agama yang benar.

"Jadi saya tanya waktu itu, coba minta datanya. Siapa tahu kami dari MUI, FKUB, bisa berusaha melakukan pendekatan. Kan itu (napiter) harus dirangkul kalau sudah bebas, kita ajak, kita dekati, kami bersedia melakukan pendekatan tersebut," ucapnya.

"Karena saya yakin, banyak yang dalam hati kecilnya sebetulnya sudah sadar. Cuma masalahnya, mereka tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari masyarakat dan lingkungannya. Jadi seolah-olah mereka merasa di kucilkan terus, akhirnya kembali lagi ke kelompoknya," tuturnya menambahkan.

MUI Jabar meminta pemerintah, khususnya BNPT bisa terbuka mengenai jaringan terorisme itu. Sehingga, MUI bisa ikut memantau agar tak kecolongan seperti kasus bom bunuh diri yang dilakukan Agus Sujatno (34) di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung beberapa hari lalu.

"Kayak si pelaku ini, dia kan mantan napiter yang baru setahun bebas. Tapi udah kembali lagi ke jaringan lamanya terus melakukan aksi bom bunuh diri. Jadi saya khawatirnya, para mantan narapidana teroris ini secara psikologisnya sebetulnya hatinya sudah sadar, tapi oleh lingkungan tidak dirangkul. Malah mungkin dijauhi, akhirnya lari lagi ke kelompoknya," katanya.

"Kalau (data terorisme) itu dibuka, bisa kita melakukan pendekatan, berikhtiar. Kita bisa datangi mereka, kita ajak, kita rangkul. Nabi aja berhasil menjinakkan hati-hati yang keras itu dengan kelembutan, nah kenapa oleh kita tidak dilakukan," ujarnya.

(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads