Menakar Motif Aksi Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung

Menakar Motif Aksi Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung

Bima Bagaskara - detikJabar
Kamis, 08 Des 2022 19:00 WIB
Anggota Gegana Polda Jabar melakukan proses sterilisasi tempat kejadian perkara dugaan bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12/2022). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Tim Gegana sterilisasi TKP bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi).
Bandung -

Aksi terorisme kembali terjadi di Indonesia. Kali ini, bom bunuh diri meledak di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung pada Rabu (7/12/2022) pagi kemarin. Ledakan bom tersebut membuat seorang anggota polisi menjadi korban meninggal dunia. Sementara 10 lainnya termasuk warga, mengalami luka-luka.

Hingga kini, motif teror bom bunuh diri yang dilakukan AS (34) belum terungkap. AS diketahui merupakan seorang mantan napi teroris (napiter) yang baru bebas dari Nusakambangan 2021 lalu.

Lalu apa motif dari serangan bom bunuh diri yang menyasar markas polisi itu?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat terorisme Obsatar Sinaga mengungkapkan, salah satu indikasi yang ia amati dari peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar kemarin adalah aksi tersebut merupakan rangkaian teror yang dilakukan jelang Natal dan tahun baru.

"Kalau menurut saya aksi itu direncanakannya justru rangakaian jelang natal dan tahun baru karena mereka (teroris) bisanya melakukan gerakan sporadis di hari-hari besar kan. Terutama tiap Natal, selalu ada warna kejadian seperti itu di Nusantara," kata Obsatar saat dihubungi detikJabar melalui sambungan telepon, Kamis (8/12/2022).

ADVERTISEMENT

Namun Obsatar juga mengungkapkan, ada tujuan lain dari aksi teror bom bunuh diri kemarin. Ia menduga, kelompok-kelompok teroris punya maksud untuk membuat polisi semakin jauh dari rakyat.

Sebab, kata dia, dengan adanya teror di Polsek Astana Anyar akan membuat polisi meningkatkan kewaspadaan di markasnya mulai dari tingkat paling bawah.

"Keliatannya ini punya pesan lain yang ditargetkan membuat polisi makin jauh sama rakyat. Kan dengan kejadian itu perintah dari Mabes Polri langsung melakukan kewaspadaan seluruh markas, Polsek sampai Polda. Artinya kalau begitu makin ketat lah kalau mau masuk kantor polisi, ditanya identitas dan lainnya," ungkapnya.

"Akhirnya kita jadi nggak akrab lagi dengan polisi yang selama ini sudah cukup terbuka, polisi tidak lagi menakutkan. Akan diciptakan suasana seperti itu," ujar Wakil Ketua Yayasan Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung ini.

Selain itu, teror bom bunuh diri itu juga bisa jadi dipantik oleh aksi polisi yang menunjukkan penggunaan kekuatan pada acara-acara yang dianggap di luar tanggungjawabnya. Seperti pengamanan pernikahan putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep.

"Kemudian ada juga isu penggunaan kekuatan polisi pada acara lain seperti pernikahan anak presiden sampai sekian ribu (personel), jadi pemantik juga," ujarnya.

Yang pasti menurut Obsatar, teror bom bunuh diri itu harus dijadikan warning bahwa terorisme masih ada dan polisi harus mengantisipasinya.

"Kalau dibiarkan nanti lihat saja, kalau diketatkan suasana akan jadi tegang. Kalau tidak diketatkan 25 Desember, 1 Januari bisa jadi diwarnai kembang api ledakan," ungkapnya.

Daya Teror Pelaku Jaringan JAD

Pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar diketahui berafiliasi dengan jaringan JAD Bandung. Obsatar mengatakan selama ini jaringan tersebut memang dikenal kerap melakukan aksinya dengan meledakkan bom panci atau bom bunuh diri. Tujuannya adalah untuk menakut-nakuti.

Namun untuk kejadian kemarin, ia berasumsi jika pola aksi pelaku tidak termotif dengan jelas. Hal itu dikarenakan target sasaran dari pelaku tidak terlalu masif.

"Menurut saya kalau dari pola ini yang dilakukan kemarin meski ada satu yang meninggal, 10 luka tapi kayaknya kok gak persis termotif banget, atau mungkin ada ajaran tapi belum waktunya dia sudah melakukan (teror), jadi sasarannya gak terlalu masif," jelasnya.

Yang pasti kata dia, bom yang terjadi di Polsek Astana Anyar kemarin merupakan sebuah peringatan bahwa keberadaan terorisme masih ada. "Ya bahwa mereka masih ada," ujar Obsatar.

Soal Pesan RKUHP Dari Pelaku

Dalam aksinya kemarin, pelaku juga membawa sebuah pesan protes terhadap RKUHP. Pesan itu ditemukan di motor pelaku yang terparkir di sekitar lokasi kejadian. Menurut Obsatar, ini kali pertama pelaku bom bunuh diri membawa pesan yang menyinggung soal undang-undang.

"Iya nggak pernah ngurusin KUHP, ada substansi apa di KUHP itu," tanya Obsatar.

Padahal jika disimak, RKUHP hanya condong terhadap perubahan hukum yang tidak ada hubungannya trans-nastional crime. Ia masih belum bisa mengungkapkan apa maksud dari pelaku yang membawa pesan protes RKUHP.

Ia justru menduga, pelaku bukan serta merta hanya berafiliasi dengan kelompok teroris saja. Namun selama ini pelaku juga ikut dalam gelombang aksi masyarakat yang menyuarakan penolakannya terhadap RKUHP.

"Itukan jangan-jangan yang bersangkutan tidak sepenuhnya anggota JAD atau pernah dilatih. Terus hidupnya dari ikut demo sana sini bisa aja kan. Jadi sebenarnya dia pernah dilatih dan pelatihan itu dia tuntas, lalu untuk bekerja kemana-mana gabisa karena persepsi dia negatif, akhirnya ikut demo sana sini ada menulis tulisan itu, bisa aja kan," ungkapnya.

(bba/mso)


Hide Ads