Kisah Ogest dan Mimpi yang Gagal Menjadi Atlet Boccia

Kisah Ogest dan Mimpi yang Gagal Menjadi Atlet Boccia

Sudirman Wamad - detikJabar
Rabu, 07 Des 2022 08:45 WIB
Yogaswara harus mengubur mimpinya sebagai atlet boccia di Peparnas 2021 karena dilarang membawa personal asisten.
Yogaswara harus mengubur mimpinya sebagai atlet boccia di Peparnas 2021 karena dilarang membawa personal asisten. (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)
Bandung -

Disabilitas asal Kota Cimahi, Jabar, Yogaswara harus mengubur mimpinya sebagai atlet boccia, dia ditolak karena tak diizinkan membawa personal asisten. Yogaswara pun menyesal tak bisa tampil di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2021 lalu.

Disabilitas yang akrab disapa Ogest itu lantang menyampaikan keluhannya di acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Kota Bandung. Ia duduk di kursi roda dan menceritakan momen yang membuat dadanya sakit itu. Ia merasa haknya sebagai warga negara tak diakui. Ogest menganggap perlakuan National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) salah satu daerah itu tak manusiawi.

Sekadar diketahui, boccia merupakan salah satu cabang olahraga yang didesain untuk penyandang disabilitas celebral palsy. Boccia pertama diperkenalkan di Paralimpiade 1984. Kini, boccia sudah banyak dipertandingkan di multi event para games.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ikut seleksi atlet boccia untuk disabilitas berat. Kondisi saya kan disabilitas berat. Dalam perjalanannya, saya gugur. Waktu itu saya meminta agar bisa membawa personal asisten sendiri, dan tidak boleh. Itu bagi saya tidak manusiawi," ucap Ogest saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (6/12/2022).

Ogest tak menyangka mendapat perlakuan itu. Ia sejatinya ingin bisa mengharumkan nama daerah. Namun, takdir berkata lain. Kala itu, Ogest menawarkan agar personal asisten yang dia pilih adalah istrinya atau kakaknya. Namun, pihak penyelenggara telah menyediakan personal asisten. Hal itu, bagi Ogest tak membuatnya nyaman. Sebab, lanjut dia, personal asisten yang mengerti kebutuhannya adalah keluarganya.

ADVERTISEMENT

"Yang tahu privasi saya kan keluarga saya. Apakah tidak baik kalau dari keluarga sendiri. Karena, kalau sama orang lain belum tentu paham, belum tentu juga mereka mampu menjaga privasi kita," tutur pria berusia 48 tahun itu.

"Yang saya dengar, banyak juga privasi kawan-kawan disabilitas ini bocor. Saya mengantisipasi itu, mudah-mudahan tidak ada lagi perlakuan seperti ini," kata Ogest menambahkan.

Ogest telah mengubur mimpinya menjadi atlet. Ia sudah mempersiapkan diri untuk bisa tampil di Peparnas waktu itu. "Saya ingin menjadi atlet, ingin mengharumkan nama daerah," ucap Ogest yang juga aktif di organisasi Spice Indonesia.

Pemilik Suara Emas

Ogest sejatinya merupakan penyanyi cilik yang sudah tampil di berbagai panggung. Saat usia remaja, ia mengalami Guillaine Barre Syndrom (GBS) atau penyakit autoimun. Hal itulah yang membuat Ogest harus mengenakan kursi roda.

Ia terus berjuang demi hidupnya. Karier menyanyi masih aktif. Bahkan, Ogest terbilang rajin merilis album. Lagu ciptaannya itu bernada memotivasi hidup. Ia sempat vakum di dunia musik. Karier bermusiknya itu ia mulai rintis kembali pada 1999.

"Sekarang saya bekerja sama degan Rumah Musik Harry Roesli. Bikin Grup Band Daksa, penyanyi dan dua personel lainnya adalah penyandang tuna daksa," ucap Ogest.

Ogest memiliki sentuhan magis dalam menciptakan lagu. Ia pernah dipercaya untuk membuat lagu Ouhibouki Areta pada tahun 2012, song book yang terbit di Maroko. Kemudian, ia juga membuat lagu berjudul 'Jangan Kasihani Aku' pada 2020. Ogest begitu produktif. "Menyanyi merupakan aspirasi saya untuk memberikan kebermanfaatan melalui lirik. Bukan lagi cinta, melainkan motivasi hidup," katanya.

Ogest begitu bersyukur menikahi istrinya, Dian. Bersama Dian, Ogest mengarungi hidup yang begitu berwarna. Namun, ia tak lupa impiannya menjadi seorang atlet. "Saya selalu serap ide-ide dalam kehidupan sehari-hari untuk membuat lagi. Lagu 'Jangan Kasihani Aku' sejatinya ingin memberikan motivasi ada kawan-kawan disabilitas, memberikan pemahaman pada masyarakat agar tidak melihat kekurangan," tutur Ogest.

(sud/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads