Petani di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur merugi pasca diguncang gempa berkekuatan 5,6 magnitudo, Senin (21/11/2022) lalu. Pasalnya padi yang ditanam telat dipanen, sehingga berat padi menyusut hingga 40 persen.
Yanto (45), seorang petani di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, mengatakan tanaman padi tersebut harusnya dipanen pada periode 20-25 November 2022. Namun dirinya baru bisa memanen padi di awal Desember 2022 ini.
"Harusnya dari dua minggu lalu dipanen, tapi kan semua sedang darurat gempa. Kitanya juga fokus mengungsi, jadi telat panen," ucap dia, Senin (5/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dia mengaku jika pasca gempa juga sulit mencari buruh panen hingga angkut hasil panen. Adapun yang mau jadi buruh meminta upah angkutnya naik dari semula Rp 500 per kilogram menjadi Rp 600 per kilogram.
"Waktu mau dipanen juga sulit cari buruhnya, karena mereka juga banyak yang ngungsi. Ada yang mau, bayarnya lebih mahal. Memang kalau hitungan kiloan tidak seberapa, tapi kan yang dipanen hitungannya ton, bukan puluhan kilogram," ucap dia.
Yanto juga menjelaskan terlambatnya waktu panen membuat bulir padi menyusut. Bahkan dari yang awalnya satu petak sawah menghasilkan 5 kwintal padi, kini hanya bisa menghasilkan 3 kwintal padi.
"Padi kalau lebih dari 100 hari tanam itu bukanya butirnya jadi tambah besar atau berat, tapi menyusut. Jadinya karena telat 2 pekan, sekarang sudah menyusut 40 persen," kata dia.
"Jadi petani di Cugenang ada yang hanya balik modal tanam, ada juga yang merugi jadi nombok untuk musim tanam berikutnya," pungkasnya.
(yum/yum)