Sejarah Hari Bakti Pekerjaan Umum dan Cerita Pertempuran di Gedung Sate

Sejarah Hari Bakti Pekerjaan Umum dan Cerita Pertempuran di Gedung Sate

Tim detikJabar - detikJabar
Jumat, 02 Des 2022 17:00 WIB
Dalam usianya yang semakin beranjak senja, tidak memudarkan sosok kemegahan dan pesona keindahan arsitektur bangunan tua Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat. Gedung Sate, merupakan karya monumental dari arsitek Ir. Gerber.
Pesona arsitektur bangunan Tua Gedung Sate, lokasi pertempuran 3 Desember 1945 ( Foto: Rengga Sancaya)
Bandung -

Setiap tanggal 3 Desember biasa diperingati sebagai Hari Bakti Pekerjaan Umum (PU). Sejarah di balik peringatan Hari Bakti Pekerjaan Umum ternyata terkait dengan Gedung Sate, bangunan yang kini menjadi landmark Kota Bandung.

Hari Bakti Pekerjaan Umum 2022 jatuh pada Sabtu (3/12/2022). Adapun Hari Bakti PU (HARBAK) tahun 2022 ini adalah peringatan yang ke-77 tahun.

Sejarah Hari Bakti Pekerjaan Umum

Peringatan Hari Bakti Pekerjaan Umum adalah momen untuk mengenang pertempuran yang terjadi pada 3 Desember 1945. Pertempuran itu berlokasi di Gedung Departement Van Verkeer En Waterstaat yang sekarang dikenal sebagai Gedung Sate Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada saat itu, 3 Desember 1945 pukul 11.00 WIB, pasukan tentara sekutu (NICA) membawa persenjataan lengkap dan modern mengepung Gedung Sate yang saat itu dijaga dan dipertahankan oleh 21 orang petugas dari Gerakan Pemuda Pekerjaan Umum. Mereka menyerang dan ingin mengambil alih Gedung Sate yang pada waktu merupakan kantor Departemen PU.

Petugas yang mempertahankan Gedung Sate tersebut tak mau menyerah begitu saja. Mereka melakukan perlawanan mati-matian dengan segala kekuatan yang dimiliki untuk mempertahankan kantor itu. Bahkan mereka rela meski harus gugur di medan pertempuran.

ADVERTISEMENT

Pertempuran di Gedung Sate yang dahsyat dan tidak seimbang itu tersebut berakhir pada pukul 14.00 WIB. Sebanyak 7 orang pegawai PU gugur dalam peristiwa itu.

Tujuh pegawai PU yang gugur dalam peristiwa itu adalah :

1. Didi Hardianto Kamarga
2. Muchtaruddin
3. Soehodo
4. Rio Soesilo
5. Soebengat
6. Ranu
7. Soerjono

Nama tujuh pegawai PU itu kemudian dikenang sebagai Pahlawan Sapta Taruna.

Aksi heroik mereka menjadi semangat bagi korps Pemuda/Pegawai Pekerjaan Umum untuk mempunyai kesadaran sosial, jiwa kesatuan (Corp-geest), rasa kesetiakawanan (Solidaritas) serta kebanggaan akan tugasnya sebagai abdi masyarakat, khususnya dalam bidang pekerjaan umum.

Kemudian pada 2 Desember 1961, Menteri Pertama Ir. H. Djuanda (almarhum) memberikan "Pernyataan Penghargaan" tertulis kepada mereka yang gugur pada peristiwa 3 Desember 1945 dalam mempertahankan Gedung pertama dari Departemen Pekerjaan Umum RI.

Peristiwa 3 Desember 1945 pun terus dikenang dan diperingati sebagai Hari Bakti Pekerjaan Umum. Saat ini para pegawai Departemen Pekerjaan Umum terus berjuang untuk melanjutkan pengabdian mereka terhadap nusa dan bangsa.

Sejarah Gedung Sate

Kini Gedung Sate dikenal sebagai ikon Jawa Barat. Gedung bersejarah ini berlokasi di Jalan Diponegoro Kota Bandung. Dibangun tahun 1920 pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Gedung Sate dibangun dalam waktu empat tahun.

Arsitek Gedung Sate yakni J Berger, gaya arsitekturnya perpaduan antara wajah budaya timur dan barat, yang ditopang teknik konstruksi maju dari barat.

Gedung Sate merupakan bagian dari pembangunan kompleks pemerintahan zaman kolonial, yakni Gouvernement Bedrijven (GB). Gedung Sate difungsikan sebagai kantor Departemen Pekerja Umum dan Pengairan.

Pembangunan kompleks Gouvernement Bedrijven adalah megaproyek zaman kolonial. Hindia Belanda sempat diterpa krisis moneter pada 1930 yang berimbas pembangunan Gedung Sate kala itu jadi terkendala dan mandek. Pemerintah Hindia Belanda hanya mampu membangun dua gedung yakni Gedung Sate dan Kantor Pos.

Gedung Sate beralih fungsi menjadi kantor Gubernur Jabar sejak 1980. Sejak saat itu, pembangunan sejumlah gedung lainnya dilakukan. Berbagai perbaikan juga berlangsung dalam beberapa kepemimpinan gubernur.

Misalnya, di bawah kepemimpinan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar dibangun museum Gedung Sate yang berada di basemen. Sedangkan di era Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum saat ini, terdapat plaza di bagian depan dan perbaikan taman di belakang.

Yang jadi ciri khas dari kantor pemerintahan Pemprov Jabar ini adalah ornamen yang unik dan ikonik di bagian atapnya. Hal ini membuatnya kerap diasosikan dengan namanya sekarang, yakni Gedung Sate.

Menurut Edukator Museum Gedung Sate Winda Putri Pratami, besi yang menyerupai tusuk sate di puncak gedung tersebut berfungsi sebagai penangkal petir. Sedangkan enam buah ornamen menyerupai jambu air di 'tusuk sate' itu terbuat dari perunggu.

Nama Gedung Sate merupakan ekspresi masyarakat. Saat itu, nama bangunan bersejarah ini menggunakan bahasa Belanda. Namun, masyarakat sulit melafalkan bahasa Belanda. Akhirnya, masyarakat memberi nama Gedung Sate berdasarkan ciri khas dari bangunan tersebut.

Dalam usianya yang semakin beranjak senja, tidak memudarkan sosok kemegahan dan pesona keindahan arsitektur bangunan tua Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat




(tya/tey)


Hide Ads