Kerusakan ruas jalan dari Sukabumi menuju Palabuhanratu banyak dikeluhkan pengguna jalan. Pasalnya banyaknya lubang jalan dan aspal yang mengelupas membuat laju kendaraan melambat.
DetikJabar menjajal ruas jalan tersebut pada Rabu (30/11/2022). Kondisi jalanan yang tidak mulus membuat kendaraan terguncang, beberapa kali guncangan membuat roda kendaraan mengeluarkan bunyi benturan. Kondisi serupa juga dirasakan pengguna jalan lainnya.
"Kerusakan mulai dari Lembursitu, Pangleseran, Bojong ini karena aspal mengelupas dan hancur jadi kita nggak bisa pilih jalan yang bagus karena mayoritas rusak," kata Feri, salah seorang pengguna jalan kepada detikJabar, Rabu (30/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Feri adalah salah seorang karyawan salah satu perusahaan di Palabuhanratu, setiap hari dia pulang pergi menggunakan ruas jalan tersebut.
"Di daerah Tanjakan Baeud, sekitar perbatasan Warungkiara itu banyak lubang juga menghampar. Saya lihat belum satu bulan kalau tidak salah memang sempat ada perbaikan, namun sudah mulai rusak lagi, dampaknya jadi waktu tempuh perjalanan makin panjang, bisa sampai 3 jam padahal biasanya hanya 2 jam," keluh Feri.
![]() |
G Ruslan, tokoh kepemudaan di wilayah Cikembar, Kabupaten Sukabumi mengaku kerusakan jalan di kawasannya sudah sering dikeluhkan warga melalui media sosial. Ia menyebut kawasan itu di bawah pengelolaan PU Provinsi Jabar.
"Ruas jalan ini informasinya di bawah pengawasan PU Provinsi, kita juga ada pertanyaan karena jalan masuk ke kelas B namun kendaraan yang hilir mudik melebihi kapasitas mulai dari berat dan ukurannya. Makanya ini jalan sering rusak," ungkapnya.
"Kerusakan itu mulai dari Pangleseran pabrik semen sampai Jambatan Dua, Simpang Cikembar, Cibarengkok lalu lanjut lagi Cimanggu sampai Cikembang - Paling parah mulai dari Pangleseran di beberapa titik sudah tidak layak sebenarnya dan banyak kecelakaan," sambungnya.
Ruslan juga berharap ada kajian soal Amdal Lalin di sejumlah pabrik yang setiap hari di jam-jam tertentu juga menyumbang kemacetan.
"Kami juga berharap pengecekan amdal lalin di sejumlah perusahaan itu ruas dan mekanismenya tidak memadai. Itu bisa dirasakan ketika jam-jam keluar atau pulangnya buruh yang bekerja di pabrik di ruas jalan tersebut, bisa sampai 2 jam stuck di situ," ucapnya.
Deden, sopir angkot di kawasan itu juga merasakan kerusakan jalan tersebut. Ia menyebut hampir satu bulan sekali dia memperbaiki kaki-kaki mobilnya karena rusak.
"Jadi beban biaya perbaikan, namanya angkot kita kan kejar penumpang kadang kalau mempercepat laju mobil kena lubang kan lumayan kena ke kaki-kaki, sekali perbaikan bisa sampai Rp 400 ribu sekali perbaikan. Buat kami tentu jadi beban," tuturnya.
(sya/yum)