Sebanyak 354 kepala keluarga (KK) di Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi terimbas gempa Cianjur. Saat ini mereka mengungsi di tenda-tenda dengan kebutuhan seadanya karena khawatir gempa susulan.
Diketahui, hingga pagi hari ini pukul 06:00 WIB, BMKG mencatat gempa susulan sebanyak 297 kali dengan magnitudo terbesar 4,2 dan terkecil 1,0. Warga menyebut gempa tersebut beberapa kali dirasakan di Desa Titisan.
Ketua RW 10 Asep Supriyadi mengatakan, ada 26 posko pengungsian yang dibangun atas inisiatif warga. Per posko diisi oleh 10 sampai 20 kepala keluarga yang terdiri dari orang tua, remaja, anak hingga balita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asep mengeluhkan kondisi posko utama yang terlalu jauh dari Dusun Gedur Rahayu yaitu di kantor Kecamatan Sukalarang. Menurutnya, warga terbatas untuk mengakses bantuan tersebut.
"Tidak ada penanganan bantuan di sini, jadi kami tidak ada waktu juga, tidak ada orang yang menawarkan diri (jadi relawan). Kami bukannya tidak mau, cuman keterbatasan tenaga di sini," kata Asep, Senin (28/11/2022).
Dia mengungkapkan, aktivitas warga pada siang hari sudah kembali normal. Adapun tenda digunakan pada malam hari untuk beristirahat karena khawatir gempa susulan.
"Cuman yang dikhawatirkan mereka istirahat di rumah. Jadi setelah habis Isya mereka masuk ke tenda pengungsian, kalau siang hari beraktivitas seperti bisa di rumah, ketika malam masuk tenda," ujarnya.
Sementara itu, kebutuhan korban gempa saat ini yaitu pasokan makanan. Meskipun warga bisa mencari kebutuhan makan pada siang hari, akan tetapi masih ada kekhawatiran untuk kebutuhan makan pada malam hari.
"Namanya diam di pengungsian walaupun hatinya tenang mungkin banyak melek. Yang dibutuhkan yaitu pasokan makanan buat kebutuhan mereka di dalam pengungsian satu malam itu karena kami mendistribusikan setiap malam. Kalau ada bantuan ya saya salurkan, kalau tidak ada, mau tidak mau mereka tidak ada jatah makanan," kata dia.
Hal itu juga dibenarkan oleh Bhabinkamtibmas Desa Titisan Bripka Purwanto. Dia mengatakan, secara total ada lima rumah yang tidak bisa dihuni sama sekali, tetapi banyak rumah yang rusak ringan hingga sedang.
"Kalau untuk siang, warga masyarakat masih aktivitas normal. Bapak-bapaknya masih berani aktivitas kerja di kebun, ada yang ke pabrik. Ibu-ibunya juga masih berani keluar masuk rumah buat masak, mencuci, mandi pun masih berani. Itu pun melihat dari kondisi rumahnya, kalau rumahnya retak ringan, warga pun masih berani," ungkap Purwanto.
"Terus untuk malamnya, mengingat warga masih ketakutan ada gempa susulan maka dari itu warga lebih memilih tinggal di tenda-tenda. Keseluruhan kerusakan rumah 124 data awal," sambungnya.
(yum/yum)