Pagi buta, Siti Karima, seorang guru di Cianjur sudah bersiap dengan sepeda motornya berkeliling ke setiap posko pengungsian, terutama yang berada di pelosok dan belum menerima bantuan apapun.
Pasca gempa berkekuatan magnitudo 5,6 yang mengguncang Cianjur hingga mengakibatkan 318 orang meninggal serta 73 ribu mengungsi.
Tidak sedikit pengungsi yang kekurangan bahkan belum mendapatkan bantuan, mulai dari tenda, sembako, hingga pakaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guru di salah satu SMK di Cianjur inipun tergugah untuk turun langsung menyalurkan bantuan kepada korban-korban gempa di pengungsian yang belum terjamah bantuan.
"Di hari pertama sudah mulai muncul informasi banyak yang kekurangan bantuan, bahkan bekum dapat bantuan. Makanya saya bersama beberapa teman berinisiatif untuk urunan hingga menggalang bantuan, kemudian menyalurkan bantuan ke lokasi yang memang sulit dijangkau," ucap dia, Minggu (27/11/2022).
Guru asal Desa Ciherang, Kecamatan Karangtengah ini pun mulai bergerilya menyusuri setiap lokasi terpelosok di Cianjur dengan sepeda motor matiknya untuk memberikan bantuan.
"Sudah enak hari saya keliling memberikan bantuan. Diawali dari lingkungan sekitar di Kecamatan Karangtengah, hingga ke daerah yang paling terdampak di Kecamatan Cilaku, Warungkondang, dan Cugenang," kata dia.
Meski melelahkan, karena harus menjamah daerah terpencil bahkan hingga malam hari, tetapi raut senyum dari pada pengungsi ketika mendapatkan bantuan selalu menjadi obat lelahnya.
Bahkan menurut dia, lelahnya tersebut tidak sebanding dengan perjuangan para pengungsi yang bertahan di tenda selama berhari-hari pasca gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo.
"Kebetulan rumah saya tidak terlalu terdampak, masih bisa diperbaiki sendiri. Tapi pengungsi banyak yang rumahnya rusak berat, bahkan ambruk. Penderitaan mereka lebih besar ketimbang lelah menyusuri setiap posko di pelosok," kata dia.
"Saya harap bencana ini segera usai, semua pihak saling membantu dan Cianjur kembali bangkit," tambahnya.
(mso/mso)