Kisah Eli, Terjebak Puing Reruntuhan hingga Minum Tetesan Air Hujan

Gempa Cianjur

Kisah Eli, Terjebak Puing Reruntuhan hingga Minum Tetesan Air Hujan

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 26 Nov 2022 16:15 WIB
Eli Nurlela, korban gempa Cianjur yang terjebak puing hingga minum tetesan air hujan
Eli Nurlela yang terjebak puing dan minum air hujan (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi - Gempa dahsyat mengguncang Cianjur. Ratusan nyawa terenggut, tidak sedikit juga yang selamat dengan luka-luka di sekujur tubuh.

Hal itu juga dialami Eli Nurlela (34), warga RT 02 RW 06 Kampung Balandongan, Desa Margaluyu, Kecamatan Cugenang. Hingga kini rasa trauma masih membekas di benak perempuan tiga anak itu.

"Siang itu saya sedang menyetrika pakaian di kamar, kemudian saya merasakan getaran gempa. Baru saja mau berlari baru satu langkah, benda keras menghantam punggung," lirih Eli, kepada detikJabar, Sabtu (26/11/2022).

Eli masih dalam kondisi sadar saat itu, ia merasakan sakit luar biasa di punggung dan kakinya. Ia mencoba mendongak, ia melihat kusen pintu tepat berada di atas kepalanya. Hanya ada sedikit cahaya matahari mengintip di sela-sela puing di sekitarnya.

"Saya masih sadar, saya mendengar tetangga memanggil nama saya di luar, punggung saya terhimpit balok coran kaki kiri juga terhimpit, saat mendongak di atas kepala ada kusen pintu," ujarnya.

Tiba-tiba Eli merasakan dahaga luar biasa, ia menyebut kondisi di sekitar lokasi saat itu hujan deras. Tetesan air merembes diantara puing-puing bangunan, sekuat tenaga ia menjulurkan lidah ke arah kusen pintu yang berada tepat di atasnya.

"Saya bertahan, posisi saya sesak kehausan kebetulan ada air hujan yang mengenai kusen. Saya minum dengan cara menjilat air di kusen walau berdebu. Saya sudah pasrah saat itu berpikiran enggak akan panjang umur. Hal terburuk yang saya bayangkan saat itu mungkin ini waktunya saya meninggal," kata Eli.

Sekitar 2,5 jam Eli akhirnya bisa dievakuasi dengan peralatan seadanya sejumlah warga dan kerabat yang mengetahui posisi Eli berusaha membongkar puing di bagian atas. Sebuah palu kecil dan dongkrak mobil menyelamatkan nyawanya.

"Saya dievakuasi dengan alat seadanya pakai dongkrak dan palu kecil. Luka sobek di kaki dijahit, di tangan 15 jahitan tulang punggung retak di tulang dekat jantung ada retak dan memar, telinga sobek dan bengkak di leher. Hari ini saya bisa pulang setelah dirawat di RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi," ungkap Eli.

Saat kejadian di rumah Eli ada satu anaknya berusia 4 tahun selamat dari kejadian itu. Hanya seorang pegawai, yang kebetulan berada di rumah juga tertimpa puing bangunan.

"Alhamdulillah yang kerja itu juga selamat, dia mengalami patah tulang. Sempat terjebak juga, sampai beberapa jam. Anak saya tiga yang dua di pesantren, yang kecil juga selamat karena berlari begitu gempa terjadi," cerita Eli.

Eli saat ini menghuni tenda darurat hasil swadaya sendiri, kondisi tenda itu menurut Eli jauh dari kata layak. Kondisi serupa juga dialami warga lainnya.

"Tenda belum ada bantuan, ini juga bikin seadanya saya bilang tadi ingin layak karena banyak anak kecil dan bayi, kalau melihat posko lain layak semua," pungkas Eli.


(sya/dir)


Hide Ads