Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat melaporkan sebanyak 26 bangunan sekolah SMA,SMK hingga SLBN mengalami kerusakan imbas gempa M 5,6 Cianjur. Dari data tersebut, 138 ruang kelas tercatat terkena dampak gempa.
"Saya memantau di SMAN 1 Cianjur. Jadi total dari 26 kelas itu di 138 ruang kelas, termasuk ruang guru diantaranya rusak berat," kata Kadisdik Jawa Barat Dedi Supandi dalam keterangan yang diterima detikJabar, Selasa (22/11/2022).
Dari data yang diterima, 81 ruang kelas dinyatakan rusak ringan, 37 ruang kelas rusak sedang dan 85 ruang kelas rusak berat. Kerusakan parah terjadi di daerah Cugenang dan di daerah Cilaku yang menjadi wilayah terparah akibat gempa tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Dedi menyatakan 12 siswa di SMKN 1 Cugenang harus mendapatkan perawatan di Puskesmas akibat gempa tersebut. Total ada 2 siswa yang dinyatakan meninggal dunia berdasarkan data Disdik Jawa Barat. "Dari pantauan kami yang terberat di daerah Cugenang dan juga di daerah Cilaku," ucapnya.
Meski mengalami kerusakan, Dedi memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa akan tetap berjalan. Ada 3 opsi yang disiapkan untuk menyesuaikan kondisi di sekolah tersebut yaitu melalui metode daring, hybrid (luring dan daring) dan juga sistem shift pagi-siang.
"Dan kewenangan itu saya serahkan kepada satuan pendidikan atau sekolah sekolah untuk membuat kebijakan mana yang kira kira bisa memudahkan dalam proses belajar mengajar tersebut," tuturnya.
Tiga pola itu akan dipantau oleh Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah VI Jawa Barat selama dua pekan. Mengingat, pada 5 Desember nanti, siswa kelas akhir akan menghadapi ujian akhir sekolah (UAS).
"Kepala sekolah dan cabang dinas agar tolong dalam rangka ujian akhir semester di tanggal 5, ada pola-pola yang lebih ramah anak pada saat anak-anak masih dalam kondisi trauma," ungkapnya.
Namun sebagai antisipasi, Disdik bakal melibatkan tim konsultan untuk menilai sejauh mana kelayakan bangunan yang rusak terkena gempa sebagai tempat belajar. Jika kerusakannya di atas 50 persen, Dedi menyatakan pihaknya bakal meminta bantuan tenda untuk proses KBM sementara.
"Sebagai langkah awal, saya meminta satuan pendidikan yang sekolahnya terkena dampak bencana gempa agar melakukan pembersihan lokasi. Sambil berjalan, ada tim konsultan yang melihat, menilai kelayakan bangunan sekolah apakah bisa digunakan untuk proses belajar mengajar atau memang membahayakan," katanya.
Beri Trauma Healing
Selain itu, Disdik kata Dedi berencana memberikan trauma healing kepada siswa yang terdampak gempa Cianjur. Ini dilakukan supaya mereka bisa ditangani psikologinya setelah bencana itu terjadi.
Disdik bakal melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB) Jawa Barat untuk kebutuhan trauma healing tersebut. Pendampingan ini menjadi fokus Disdik pascabencana gempa karena banyak siswa yang ikut terdampak. "Termasuk juga dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, (P2TP2A) Jawa Barat untuk mencoba melakukan trauma healing bagi siswa-siswi yang kemarin terdampak gempa," pungkasnya.
(ral/iqk)