Tahun 1982 adalah kali terakhir Gunung Galunggung di Kabupaten Tasikmalaya mengalami erupsi. Saat itu erupsi Gunung Galunggung terbilang cukup besar dan berdampak luas. Bahkan durasinya mencapai sembilan bulan.
Namun jauh sebelum itu, Gunung Galunggung pernah beberapa kali mengalami erupsi. Galunggung tercatat pernah erupsi di tahun 1918, 1894, 1822 hingga seratusan ribu tahun yang lalu.
Koordinator Kelompok Gunung Api di PVMBG, Oktory Prambada mengungkapkan, Gunung Galunggung mengalami erupsi di tiga periode mulai dari periode pembentukan Galunggung purba, kaldera Galunggung hingga pasca kaldera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di pembentukan pertama ini pembentukan tubuh gunung sendiri mulai 100 ribu tahun lalu dan ada penelitian yang kami lakukan secara mendetail yaitu di kisaran umur 25-50 ribu tahun. Jadi kesimpulannya pembentukan gunung Galunggung pertama itu pembentukan tubuh gunung dimulai 100 ribu tahun hingga 25 ribu tahun lalu," kata Oktory saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Setelah itu menurut Oktory, terjadi erupsi besar pada 4.000 tahun lalu yang membuat kaldera dan salah satu tubuh Galunggung roboh. Sisa-sisa letusan dahsyat saat itu bahkan masih bisa terlihat saat ini pada Bukit 1000.
"Setelah itu terjadi erupsi yang besar sekitar 4.000 tahun lalu yang mengakibatkan kaldera dan longsornya salah satu tubuh Galunggung yang dikenal sekarang dengan istilah bukit 1000 di bagian tenggara dan timur," ujarnya.
![]() |
Pasca erupsi besar itu, Galunggung lama tertidur. Gunung ini baru beraktivitas lagi di tahun 1822. Saat itu, Galunggung kembali erupsi dengan skala letusan 5 VEI (Volcanic Explosivity Index). Skala letusan Galunggung saat itu lebih besar dari erupsi Gunung Merapi 2010.
"Aktivitas setelah kaldera dimulai 1822 hingga sekarang. Di 1822 pernah meletus di skala 5 VEI itu kalau analogikan sedikit lebih besar daripada merapi 2010. Itu aktivitas pasca kaldera dan erupsi terakhir di tahun 1982 5 VEI, dan berakhir 1984 mungkin sejarah singkatnya (erupsi Galunggung) begitu," ungkap Oktory.
Ia menjelaskan, dampak dari erupsi Galunggung sejak 1822 hingga terakhir 1982 tidak sebesar erupsi di periode kaldera. Menurutnya pada periode kaldera, letusan membuat sebuah zona amblasan sejauh 40 kilometer.
Sementara erupsi di 1822 hingga 1982, erupsi Galunggung paling parah hanya skala 5 VEI yang diselingi dengan erupsi lebih kecil dengan skala 1 atau 2 VEI. "Dampak letusan di 1982-1982 pada umumnya abu vulkanik menutupi bagian barat pulau Jawa dan menyebar ke Samudera Hindia di bagian barat," ujar Oktory.
Untuk saat ini, dampak erupsi Galunggung di periode pasca kaldera sendiri membawa dampak yang dibilang positif. Dampak positif itu ialah tanah di kawasan Gunung Galunggung menjadi jauh lebih subur ditambah melimpahnya material galian C.
"Untuk saat ini tidak ada karena aktivitas sudah berhenti sehingga yang didapat sekarang adalah keuntungan dari erupsi 1982 itu mendapat tanah subur, material galian C yang banyak itu bisa mensuplai insfratruktur di daerah Jabar dan sekitarnya," tutup dia.