Kecelakaan mobil tertabrak kereta api di Jalan Leuwidahu, Kota Tasikmalaya menyebabkan 3 penumpang mobil tewas dan seorang lainnya luka parah.
Keempat penumpang mobil jenis Suzuki Swift itu merupakan anak-anak muda yang baru saja pulang berwisata dari Gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya.
Empat sekawan ini terdiri dari Mulaaqi Robbi Muflihin (19) warga Cimuncang, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Rizky Rahmatulloh (19) warga Sambongjaya ,Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Alif (19) warga Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya dan Aslan Hidayatullah (19), warga Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang. Tiga yang ditulis pertama meninggal dunia, sementara Aslan masih menjalani perawatan intensif di RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya.
Sebelum musibah mengerikan itu terjadi, mereka menggelar reuni kecil dan menikmati malam minggu bersama di kaki Gunung Galunggung. Saat masih remaja keempatnya merupakan santri sekaligus siswa MTs pesantren Persis Cempakawarna Kota Tasikmalaya.
"Iya reunian, keempatnya kan sama-sama mondok di pesantren Cempakawarna," kata Ade Supriatna (70), ayah Aslan. Dari keempat pemuda itu hanya Aslan yang bekerja dan tinggal di Karawang. Kepulangan Aslan ke Tasikmalaya ini, menurut Ade menjadi alasan keempat pemuda ini menggelar reuni.
"Memang dari 4 anak ini, Aslan yang sudah bekerja dan tinggal di Karawang, kalau temannya yang lain masih kuliah. Aslan baru beberapa hari pulang ke Tasikmalaya," kata Ade.
Pada Sabtu sore, lanjut Ade, Aslan dijemput oleh temannya dengan menggunakan mobil. "Dia pamit mau berwisata ke Galunggung," kata Ade.
Di tempat terpisah Taufik Muttaqin, ayah Alif mengatakan anaknya pamit dari rumah sekitar pukul 21.00 WIB. Dia dijemput tiga temannya untuk bermain ke kawasan wisata Citiis Gunung Galunggung.
"Dijemput pakai mobil oleh temannya. Saya izinkan. Malam itu tak ada komunikasi lagi, baru sekitar jam 6 ada telepon anak saya ada di rumah sakit. Ternyata sudah koma dan kemudian meninggal dunia," kata Taufik.
Alif saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester 3 Universitas Siliwangi Tasikmalaya. "Dia ambil pendidikan sejarah," kata Taufik.
Menjelang subuh, keempat pemuda ini memutuskan untuk pulang. Mobil Suzuki Swift bernopol Z 1315 HF yang dikemudikan oleh korban tewas Mulaaqi meluncur dari arah Indihiang menuju Leuwidahu.
Saat melintasi perlintasan kereta api tanpa palang pintu, sopir tak menyadari ada kereta api Seraya relasi Jakarta - Purwokerto melintas.
Mobil itu diseruduk kereta api hingga terpental sejauh 40 meter. Benturan keras membangunkan warga. "Suara benturan keras sekali, belum lagi suara klakson kereta. Warga yang posisinya jauh juga mendengar, apalagi saya ini di depan rel," kata Deni, warga sekitar lokasi kejadian.
Deni mengatakan usai kejadian warga langsung berusaha memberikan pertolongan. "Penumpang posisinya terjepit, terus tak lama datang polisi. Akhirnya bisa diselamatkan, tapi yang satu sudah meninggal dunia sejak masih di sini," kata Deni.
Ajo salah seorang relawan yang menjaga perlintasan kereta api tak berpintu itu menjelaskan, saat kejadian tidak ada relawan yang berjaga. "Kejadian kan pas waktu Subuh, memang tidak ada yang jaga di sini," kata Ajo.
Dia memaparkan relawan penjaga perlintasan Leuwidahu biasanya berjaga dari pagi sampai tengah malam. Sementara dari tengah malam sampai pagi tidak ada yang jaga.
"Kalau malam paling sampai jam 12 atau jam 1, tidak sampai pagi. Baru sekitar jam 6 pagi ada lagi yang jaga," kata Ajo.
Ajo mengatakan selepas tengah malam sampai subuh, arus lalu lintas relatif sepi. Sehingga relawan pun tidak ada yang mau berjaga. "Kan kami itu relawan, punya pekerjaan lain. Tidak bisa semalaman kami jaga di sini, apalagi dini hari itu kan kendaraan juga sepi," kata Ajo.
Perlintasan rel kereta api tanpa palang pintu ini jika siang hari cukup ramai karena menghubungkan jalur utama Jalan Ibrahim Adji ke daerah Leuwidahu.
(mso/mso)