Siapa yang tidak tahu sapu ijuk, alat pembersih manual yang sudah ada dari zaman dahulu. Tapi tahu tidak detikers, ternyata sapu ijuk itu berbahan dasar dari pohon aren.
Di Kampung Sukaresmi, Desa Sindangpanon, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, tumbuh subur pohon aren. Warga sekitar memanfaatkan pohon aren menjadi sumber rezeki.
Selain buahnya yang bisa dijual untuk bahan es campur yaitu buah Kolang Kaling. Pohon aren juga menghasilkan ijuk yang bisa diolah menjadi sapu ijuk bernilai ekonomis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 20 warga di lokasi ini memanfaatkan pohon aren dijadikan sapu ijuk, merek sudah bergelut sejak 2000 lalu hingga saat ini mampu memproduksi puluhan sapu ijuk setiap harinya.
Salah satu perajin sapu di Kampung Sukaresmi, Agus Maulana (43) mengaku dalam setiap hari memproduksi sapu ijuk dibantu sang istri dan dua pegawai. Setiap hari dirinya mampu memproduksi 40-60 sapu ijuk. Namun jumlah itu tergantung pesanan.
"Saya menggeluti kerajinan tangan ini sejak 2000. Dalam satu hari, mampunya paling banyak membuat 60 buah sapu," ujar Agus Maulana disambil memperlihatkan cara membuat sapu ijuk, Minggu (13/11/2022).
![]() |
Hasil kerajinan buah tangan Agus sebagian besar dikirim ke pasar-pasar di Purwakarta maupun ke luar kota, misalnya ke Karawang, Subang dan Bandung.
"Soal kualitas sapu ijuk saya ini bisa bersaing dengan sapu ijuk yang berasal dari daerah lain," katanya.
Untuk mendapatkan bahan dasar ijuk, selain mengambil dari pohon miliknya, Ia membeli dari petani atau warga sekitar dengan harga Rp 5 ribu rupiah per lembar.
Cara pembuatannya pun sangat mudah. Ijuk yang telah diperoleh disortir kemudian dipotong sesuai kebutuhan lalu masuk ke teknis penyisiran untuk merapihkan ijuk itu sendiri menggunakan besi runcing.
Setelah itu, ijuk ditumpuk beberapa lembar kemudian digulungkan ke batang sapu yang terbuat dari bambu atau rotan lalu diikat. Kemudian di bagian atas ijuk dianyam untuk memperkuat kerapatan terhadap batang sapu.
Agus menjelaskan sapu ijuk yang ia produksi memiliki dua dua pilihan. Yakni sapu ijuk batang rotan seharga Rp. 15 ribu rupiah hingga Rp. 20 ribu rupiah dan sapu ijuk menggunakan batang bambu seharga Rp 7 ribu rupiah hingga Rp.10 ribu rupiah untuk harga eceran.
"Perbedaan dari dua produk itu hanya dari teknis penganyaman. Untuk produksi sapu ijuk ini tidak semua orang biasa, harus memiliki keuletan dan keahlian khusus," jelasnya.
(yum/yum)