Gedung Perundingan Linggarjati di Kecamatan Cilimus merupakan bangunan paling bersejarah di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tempat tersebut jadi saksi bisu perjuangan delegasi pimpinan Soetan Sjahrir, untuk menunjukan eksistensi Republik Indonesia pasca kemerdekaan.
Masyarakat umum pastinya sudah tidak asing lagi dengan bangunan tua berusia lebih dari 90 tahun ini. Mengingat lokasinya cukup strategis serta hanya berjarak sekitar 26 km dari pusat Kota Cirebon.
Bangunan tersebut sebenarnya menyimpan kisah unik tersendiri yang jarang diketahui orang. Misalnya, momen Presiden RI ke-1 Soekarno mengunjungi pertemuan antara Belanda dan Indonesia tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya tidak ada yang aneh, hanya saja kala itu Soekarno hadir selama satu jam dan tidak mengikuti keseluruhan agenda pertemuan pada tanggal 11-15 November 1946.
"Beliau hanya singgah di sini dan tidak menetap. Soekarno waktu itu menginap di Pendopo Bupati Kuningan," kata Staf Juru Pelihara Gedung Perundingan Linggarjati, Agus Suparman kepada detikJabar, Selasa (8/11/2022).
Dalam perundingan yang dilangsungkan di Gedung Linggarjati, Soekarno hanya singgah sementara untuk menemui Lord Killearn, seorang utusan asal Inggris yang menjadi penengah antara kedua negara tersebut.
Peristiwa pertemuan itu berlangsung kurang lebih 1 jam. Agus, begitu panggilan akrabnya, tidak tahu apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut.
Tetapi, dia menduga bahwa Soekarno sudah memberikan mandat langsung kepada Soetan Sjahrir guna memimpin delegasi pertemuan antara Indonesia dengan Belanda.
"Mungkin untuk memberikan informasi bahwa Soetan Sjahrir yang menjadi pimpinan delegasi untuk Indonesia," ujarnya.
Pertemuan singkat Soekarno dan Lord Killearn, dilakukan di sebuah ruangan. Tepatnya di bagian pojok kanan Gedung Perundingan.
Dari penuturan Agus, Soekarno sendiri memberikan mandat kepada Soetan Sjahrir, A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Soesanto Tirtoprodjo, Mohammad Roem, dan Ali Boediardjo untuk menjalankan tugas sebagai delegasi. Sementara di pihak Belanda ada tokoh delegasi Hubertus van Mook dan Prof. Dr. Ir. W. Schermerhorn.
"Ada 13 orang yang ikut dalam perundingan di Linggarjati. Terdiri dari delegasi kedua negara sampai notulensi," ungkapnya.
Untuk saat ini, keadaan ruang pertemuan Soekarno dengan Lord Killearn masih terawat. Bahkan, barang-barang yang ada di ruangan tersebut masih orisinil.
Gedung Perundingan Linggarjati punya pesona karena keindahan arsitekturnya. Ditambah lagi, bangunan yang dulunya sempat difungsikan sebagai Wisma Belanda ini memiliki nilai historis tinggi.
Tidak heran kalau Gedung Linggarjati menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi para pelancong luar daerah.
(mso/mso)