Ahli ITB: Pencegahan 'Tenggelamnya Pantura' Sering Salah Kaprah

Ahli ITB: Pencegahan 'Tenggelamnya Pantura' Sering Salah Kaprah

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 08 Nov 2022 06:00 WIB
Bangunan di Cipaturuguran yang hancur akibat abrasi dari Laut Selatan
Bangunan di Cipaturuguran yang hancur akibat abrasi dari Laut Selatan (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Bandung -

Wilayah di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat terancam tenggelam akibat penurunan permukaan tanah. Fenomena abrasi pun menjadi ancaman bagi warga yang bermukim di wilayah pesisir.

Ahli ITB di bidang geodesi Heri Andreas menyatakan, selama ini penanganan wilayah pesisir yang sudah mulai terkikis daratannya kerap salah kaprah.

Sebab, tidak semua pengikisan tanah pesisir diakibatkan oleh fenomena abrasi semata. Namun juga ada fenomena yang disebut dengan inundasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi memang, di pesisir itu ada abrasi, ada inundasi. Dua hal itu berbeda, dan banyak kesalahpahaman ketika terjadi di lapangan," kata Heri Andreas saat berbincang dengan detikJabar via sambungan telepon, Senin(7/11/2022).

Inundasi merupakan fenomena banjir akibat dari proses pasang surut air laut yang menggenangi lahan atau kawasan pesisir. Istilah ini pun di masyarakat lebih akrab dengan sebutan rob. Penyebabnya, terjadi karena permukaan tanah di pesisir lebih rendah dibanding permukaan air laut.

ADVERTISEMENT

Menurut Heri Andreas, penanganan inundasi dan abrasi tidak bisa disamakan. Tapi kenyataannya, selama ini ia menyebut penanganan dua fenomena itu kerap dilakukan dengan cara penanaman mangrove di wilayah pesisir mulai dari Muaragembong, Kabupaten Bekasi hingga ke wilayah Indramayu.

"Kalau pemahaman awalnya udah salah, ke upaya prevensinya juga pasti salah. Itu sering dibilangnya abrasi, kemudian ditanam mangrove. Akhirnya mangrovenya mati. Padahal kan uang yang dikeluarkan sudah bisa ratusan miliar, malah sia-sia jadinya," tuturnya.

Heri Andreas mengungkapkan, pihaknya sedang meneliti di wilayah pesisir Pantura Jabar untuk memisahkan mana saja fenomena abrasi dan inundasi. Supaya nantinya, kata Heri, upaya penanganan pengikisan daratan di pesisir tak melulu mengandalkan penanaman mangrove sebagai solusinya.

"Kalau kita salah mendiagnosa penyakit, ya obatnya juga salah. Itu di Pantura Jawa Barat saya sudah sering bilang salah obat, walaupun tidak disukai karena orang-orang seneng dengan mangrove. Mangrove memang bagus untuk dekarbonisasi, sama mencegah abrasi. Tapi kalau wilayahnya itu wilayah inudasinya besar, akhirnya jadi buang-buang uang enggak jelas jatuhnya," tuturnya.

Ia menyatakan, ada beberapa opsi yang bisa dilakukan untuk penanganan inundasi di pesisir Pantura Jabar. Mulai dari mengurasi eksploitasi air tanah di pesisir, hingga membuat tanggul penahan ombak sampai relokasi untuk warga yang bermukim di wilayah tersebut.

"Inundasi itu kan akibat dari penurunan tanah, ini terjadi kelihatannya karena ada eksploitasi air tanah di pesisir yang tidak terkontrol. Kalau kita bisa mengurangi eksploitasi air tanah, kita bisa inundasi itu. tapi kalau sudah kadung banjir, tinggal tambah tanggul atau bisa relokasi. Solusinya itu," pungkasnya.

(ral/yum)


Hide Ads