Ketika Laut Selatan Hancurkan Pabrik Abon di Palabuhanratu

Ketika Laut Selatan Hancurkan Pabrik Abon di Palabuhanratu

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 01 Nov 2022 09:43 WIB
Bangunan di Cipaturuguran yang hancur akibat abrasi dari Laut Selatan
Bangunan di Cipaturuguran yang hancur akibat abrasi dari Laut Selatan (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Sebuah bangunan permanen terlihat porak poranda di Pesisir Cipatuguran, Teluk Palabuhanratu, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Tiga tahun silam, posisi bangunan itu gagah berdiri di tepian pantai, jarak menuju bibir pantai sekitar 30 meter.


Namun seiring berjalannya waktu, bangunan itu tidak lagi berbentuk. Nyaris semua sudut ruangan dipenuhi pasir, tiang-tiang penyangga hancur menyisakan tembokan yang terkelupas. Beberapa bagian bangunan ditelan ganasnya ombak pantai selatan.


"Bangunan rusak itu punya pak Teli dulunya untuk pengasinan, hancurnya sekitar 3 tahunan yang lalu. Kalau dulunya bangunan normal, sementara yang di sebelahnya ini pembuatan abon ikan, dulunya juga berdiri normal namun karena abrasi perlahan hancur," kata Slamet, warga RT 05 RW 20 Kampung Babakan Anyar, Senin (31/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT











DetikJabar menyambangi kawasan tersebut ketika ada sebuah kapal tongkang pengangkut Batubara ke PLTU yang terguling pada Februari awal tahun ini. Saat itu posisi bangunan yang disebut sebagai tempat pembuatan abon ikan itu masih mempunyai pagar tembok. Namun hari ini pagar tersebut lenyap, hancur karena gelombang.


Warga tidak ragu menuding pembangunan dermaga sandar tongkang batubara yang menggunakan deretan batu pemecah ombak sebagai biang keladi di balik abrasi tersebut. Meskipun belum ada kajian secara akademis namun dampak itu dirasakan pasca pembangunan batu pemecah ombak tersebut.

ADVERTISEMENT

"Dari tiap tahun ke tahun setiap Musim (angin) Barat, abrasi ekstrim semenjak ada Dermaga PLTU, enggak ada sebelumnya (abrasi). Semenjak dari PLTU terasa, sebelumnya dari pantai ke sana (bibir pantai) sekitar 50 meteran," ujar Slamet.











Bangunan di Cipaturuguran yang hancur akibat abrasi dari Laut SelatanBangunan di Cipaturuguran yang hancur akibat abrasi dari Laut Selatan Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar



PLTU tidak tinggal diam, mereka beberapa kali menggelontorkan biaya tidak sedikit untuk membangun penahan ombak di sepanjang pantai. Namun berapakali di bangun beberapa kali juga kerusakan terjadi, bahkan bronjong kawat berisi batu-batu besar juga lenyap terbawa gelombang.


"PLTU upayanya ada, mereka membangun bronjong dan sandbag (kantong pasir), untuk menahan ombak tapi kurang efektif," tutur Slamet.


"Harusnya ada pemecah ombak di tengah, harapan juga untuk ke pemerintah setempat juga, biar ke lingkungan enggak kena abrasi," sambungnya.


Warga khawatir ketika abrasi dibiarkan maka dampaknya akan seperti abrasi yang terjadi di wilayah Pantai Utara, dimana dampak abrasi dari Laut Jawa akan menggerus lahan di tepian pantai sejumlah wilayah di Jabar seperti Kabupaten Bekasi, Karawang, Indramayu dan Cirebon.











"Untuk kekhawatiran dampaknya kena rumah (perkampungan), ketika angin barat gelombang ombak itu bisa sampai ke jalan depan rumah sejauh puluhan meter sampai ombaknya," keluh Slamet.


Abrasi juga mengakibatkan posisi pantai tidak lagi seperti dahulu, hal itu diungkap Asep masih warga sekitar menurutnya dahulu garis pantai lurus dari posisi batu pemecah ombak hingga ke pantai dekat pemukiman.


"Kalau sekarang jauh lebih cekung, dulu itu bisa lari-lari di bawah itu. Pohon kelapa juga dulu posisinya agak jauh berjejer dari ujung sana (kawasan batu pemecah ombak) ke lokasi yang sekarang kita berada sekarang," ucap Asep.

(sya/yum)


Hide Ads