Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat (Jabar) hari ini. Mulai dari mulai dari dipecatnya perawat dan bidan mesum di Cirebon hingga potensi tsunami 34 meter di Pantai Selatan Jabar.
Berikut rangkuman Jabar hari ini:
Perawat-Bidan Diduga Mesum Dipecat
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon memecat bidan dan perawat setelah muncul dugaan kasus mesum yang dilakukan keduanya di Puskesmas Kaliwedi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Neneng Hasanah mengatakan kedua oknum pegawai itu secara resmi telah dijatuhi sanksi berupa pemecatan terhitung sejak 2 November 2022.
Neneng juga menjelaskan terkait status keduanya selama bekerja di Puskesmas Kaliwedi. Menurutnya, pegawai perempuan yang diduga berbuat mesum itu merupakan tenaga kesehatan, sementara pegawai laki-lakinya tenaga non-kesehatan.
"Setelah kita melakukan investigasi, kedua pegawai ini tidak seluruhnya tenaga kesehatan. Jadi yang perempuan itu memang tenaga kesehatan, tapi yang laki-laki tenaga non-kesehatan," ucap Neneng di Cirebon, Rabu (2/11/2022).
"Kepada 2 orang oknum tersebut, diberikan sanksi tegas berupa pencabutan surat tugas dan Pemberhentian Tidak dengan Hormat sebagai Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan di Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon," kata dia.
Menurut Neneng, sanksi berupa pemecatan itu diberikan terhadap keduanya karena dinilai telah melakukan perbuatan yang mencoreng nama baik Kabupaten Cirebon.
Sekadar diketahui, warga Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dibuat geger oleh aksi sepasang pegawai Puskesmas yang diduga melakukan perbuatan mesum di tempat mereka bekerja. Aksi dua pegawai Puskesmas itu pun terbongkar setelah digerebek oleh sejumlah warga yang menaruh curiga.
Peristiwa itu terjadi pada Senin (31/10/2022) sekitar pukul 11 malam. Peristiwa itu viral setelah video yang merekam aksi penggerebekan yang dilakukan sejumlah warga terhadap dua pegawai Puskesmas beredar di media sosial.
Gadis Bandung Dirampok Driver Ojol
Seorang perempuan dengan inisial NA (28) menjadi korban penganiayaan yang dilakukan driver ojek online (ojol) di Pasirjati, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Rabu (2/11/2022) dini hari. Bahkan pelaku melakukan aksinya ditempat yang sepi.
Suami NA, Eno mengatakan, peristiwa yang menimpa istrinya tersebut bermula saat pulang bekerja. Saat itu, istrinya pulang dengan menggunakan jasa ojek online.
"Kejadiannya rabu dini hari, kalau order sekitar jam 02.00 WIB. Pas pulang kerja di Piset Square terus mau pulang ke kostan dekat Hotel Pia," ujar Eno, kepada detikJabar, Kamis (3/11/2022).
Pihaknya menjelaskan driver tersebut langsung mengantarkan istrinya. Namun, di tengah perjalanan sang driver malah membawa istrinya ke tempat sepi. "Kerja di Piset Square dalam perjalanan pulang. Awalnya nggak mengira aja, karena pesan lewat aplikasi online kan tapi malah membawa ke daerah sepi di Pasirjati daerah Cilengkrang," katanya.
Berdasarkan penjelasan istrinya, Eno mengungkapkan, istrinya mendapat tindakan kekerasan. Setelah itu pelaku langsung menggasak barang berharga milik korban. "Jadi menurut istri saya, dia mengalami kekerasan, kaya dipukulin, diseret hingga dimasukin ke sungai," tegasnya.
"Yang dirampas itu handphone, uang, dompet, sama tas. Pokonya total kerugian sekitar Rp 6 sampai Rp 7 juta," tambahnya.
Eno menyebutkan saat ini istrinya mengalami luka lebam di tubuhnya. Salah satu yang paling parah adalah di area wajah. "Sekarang lebam banget mukanya, terus ditangan juga ada lecet-lecet, kan harus di ct scan, parah banget soalnya. Jadi banyaknya luka lebam di wajah," katanya.
Dia menambahkan istrinya ditemukan warga satu jam setelahnya. Kemudian langsung dievakuasi ke kantor polisi. "Kemudian ketahuannya jam 3 di Pasirjati Cilengkrang. Ketahuannya sama warga setempat, terus polisi datang ke TKP," ungkapnya.
Kapolsek Cileunyi Kompol Suharto membenarkan peristiwa tersebut terjadi di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. "Kalau kejadiannya betul di Pasirjati Cilengkrang. Tapi untuk detailnya sekarang masih kami tangani kasusnya," ujar Suharto kepada detikJabar, Kamis (3/11/2022).
Pihaknya menjelaskan saat ini polisi masih fokus dalam pencarian pelaku. "Mudah-mudahan kita cepat dapat dan tangkap (pelaku). Kalau sudah tertangkap, kemungkinan beliau (Kapolres) yang langsung akan ekspos," katanya.
Suharto menambahkan saat ini masih melakukan penyelidikan terkait tersebar kabar bahwa korban dalam terpengaruh minuman alkohol. "Masih kami dalami. Kami sedang fokus mencari pelaku. Jadi sementara kejadian betul terjadi di alamat itu. Selebihnya masih di dalami," katanya.
Pemerkosa Anak yang Hilang Usai Dakwaan Gugur Diburu
Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Sukabumi, Siju memastikan pihaknya akan terus memburu terdakwa pemerkosaan anak yang hilang usai dakwaan gugur di Pengadilan Negeri (PN) Cibadak.
Hal itu diungkap mantan Kajari Bulungan, Kalimantan Timur itu kepada detikJabar di ruang kerjanya, Kamis (3/11/2022). Siju mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk mencari pelaku ke sejumlah lokasi.
"Hal ini tentunya menjadi perhatian serius kami, bagaimana terdakwa ini bisa kami hadapkan kembali ke PN Cibadak, saat ini sedang kita kejar bersama pihak kepolisian. Sekadar diketahui bahwa jaksa penuntut dalam hal ini sudah mengajukan dakwaan kembali dan persidangan juga sudah mulai berjalan," kata Siju didampingi Kasi Intel Kejari Kabupaten Sukabumi, Tigor Sirait.
Terkait adanya kelalaian personelnya dalam berkas dakwaan, ia mengatakan akan melakukan pembenahan administrasi Pidum terhadap jaksa-jaksa yang menangani perkara.
"Tentu ini juga menjadi perhatian sehingga kesalahan seperti ini tidak terulang kembali," imbuhnya.
Siju memastikan pihaknya juga telah merespons cepat pasca kejadian tersebut dengan memerintahkan Kasi Intelnya untuk bergerak langsung menggali hal-hal baru terkait keberadaan terdakwa. Kejaksaan bersama kepolisian juga telah mendatangi pihak keluarga.
"Jadi kami langsung merespon cepat kejadian tersebut melalui Kasi Intelijen Tigor yang mendatangi rumah keluarga korban didampingi oleh pihak kepolisian setempat dan secara langsung meminta maaf atas kejadian tersebut sekaligus mencari petunjuk atau bukti baru untuk mengetahui keberadaan terdakwa H," papar dia.
Dalam persoalan khususnya yang berkaitan dengan anak berhadapan dengan hukum, Siju mengatakan pihaknya tidak akan main-main. Menurutnya hal itu sudah menjadi atensi lembaga yang dipimpinnya tersebut.
"Kasus ini menjadi perhatian khusus kita bersama. Karena selain korbannya adalah masih di bawah umur, pelaku bapak tirinya sendiri. Selain itu, tentu kami akan memberikan keadilan untuk keluarga korban bagaimana terdakwa ini nantinya bisa mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatannya," ungkapnya.
Soal pemulihan trauma korban, dalam waktu dekat ini upaya lainnya yang telah dilakukan oleh kejaksaan yaitu melakukan koordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan pendampingan terhadap korban anak.
"Ini juga menjadi atensi, informasi yang kami peroleh adalah kondisi korban, kami akan melakukan upaya sehingga korban bisa pulih kepercayaan dirinya di masyarakat. Insya Allah nanti kami akan cek kondisi korban dan keluarganya kami akan silaturahmi dan bertemu langsung," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kejaksaan Negeri Kabupaten Sukabumi, mendapat sorotan usai dakwaan mereka gugur setelah penasihat hukum (PH) pria inisial H, terdakwa pencabulan anak mengajukan eksepsi dan dikabulkan majelis hakim dalam putusan sela.
Eksepsi yang berdasar pada tidak adanya tanggal dalam berkas dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) membuat hakim memutuskan untuk membebaskan terdakwa dari tahanan.
Peneliti Ungkap Habitat Ular Naga
Seekor ular naga ditemukan di kawasan Pegunungan Sanggabuana, Karawang. Ular naga itu disebut-sebut sebagai jawaban dari teka-teki hewan mitologi yang selama ini masih sulit dibuktikan keberadaannya.
Ular naga bernama latin Xenodermus javanicus ini ditemukan di aliran sungai Curug Cikoleangkak, yang merupakan salah satu air terjun, yang berlokasi di wilayah Puncak Sempur, Pegunungan Sanggabuana.
Meski namanya ular naga, namun hewan berdarah dingin itu dianggap sebagai spesies ular biasa. Hal itu dikatakan Amir Hamidy selaku Peneliti Herpetologi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
"Itu sebenarnya kalau kita bicara spesies jenis yang biasa, jadi itu nama latinnya Xenodermus javanicus," kata Amir saat dihubungi detikJabar melalui sambungan telepon, Kamis (3/11/2022).
Amir mengungkapkan ular naga tersebut banyak ditemukan tidak hanya di Pulau Jawa, namun juga tersebar di Sumatera, Kalimantan bahkan hingga Malaysia dan Myanmar.
"Ada di Myanmar, Malaysia kemudian Jawa, Sumatera, Kalimantan jadi sebarannya luas di Indonesia ya," ujarnya.
Menurut Amir, ular naga tersebut biasa hidup di lokasi-lokasi pedalaman hutan yang masih terjaga. Air yang jernih dan sungai berbatu jadi habitat yang paling disukai oleh ular tersebut.
Selain itu kata dia, ular naga itu merupakan reptil yang biasa beraktivitas malam hari. Sehingga wajar jika belum banyak orang yang mengetahui soal ular itu.
"Dia hidup di lokasi air yang masih jernih, sungai berbatu dan daerah pegunungan. Dia ular malam bukan ular siang jadi jarang orang lihat, hidupnya di hutan yang bagus," ungkapnya.
Potensi Tsunami di Pantai Selatan
Ahli bidang geodesi ITB Heri Andreas menyatakan risiko tsunami setinggi 34 meter di pesisir selatan Pulau Jawa bisa terjadi berdasarkan beberapa penelitian para pakar. Ia juga punya pemodelan serupa yang menyebutkan ada risiko terjadinya tsunami akibat megathrust.
Sebelumnya, muncul jurnal ilmiah yang diterbitkan online pada 30 Oktober 2022. Jurnal itu menerangkan potensi dari gempa bumi megathrust dan tsunami di pesisir selatan Jawa Barat dan tenggara Sumatera.
Di dalam artikel yang disusun Pepen Supendi dkk di Springer, dikatakan potensi ketinggian maksimum tsunami dari gempa bumi megathrust ini bisa mencapai 34 meter di sepanjang pesisir barat Sumatera bagian selatan dan pesisir selatan Jawa dekat semenanjung Ujung Kulon.
"Kalau itu kan sudah banyak yang meneliti, salah satunya Mas Pepen. Saya juga bikin pemodelan. Dari data dan pemodelan, risikonya memang ada di situ (tsunami 34 meter)," kata Heri Andreas saat dikonfirmasi detikJabar via sambungan telepon, Kamis (3/11/2022).
Heri Andreas mengungkap, pemodelan dari para ahli memang bisa berbeda-beda ukuran ketinggan tsunami yang dihasilkan. Namun, rata-rata pemodelan yang ada mencapai puluhan meter.
"Kalau model kita itu 20 meter dan nyampe ke Pelabuhan Ratu. Kalau Mas Pepen 34 meter, itu (pemodelannya) sama temen-temen BRIN dulu kayanya," tuturnya.
Dari pemodelan yang telah diteliti Heri Andreas, tsunami di pesisir selatan Pantai Jawa bakal mengangkat atau memisahkan wilayah Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dengan ukuran skala kekuatan gempa, sebesar 8,9-9 magnitudo.
"Karena ada energi besar yang bisa ngangkat suatu daerah. Nah berarti energinya ada, terus dikalkulasi kira-kira akan mencapai skala 8,9-9 magnitudo," ujarnya.
Pemodelan yang dilakukan Heri Andreas dan timnya ini akibat terjadinya subduksi atau suatu proses pergerakan pada kerak bumi yang menimbulkan lekukan, lipatan, retakan, patahan sehingga berbentuk tinggi rendah atau relatif pada permukaan bumi. Karena adanya subduksi tersebut, terjadi sesar atau patahan lempeng di dalam laut yang bisa menimbulkan tsunami.
"Ini terjadi karena disubduksi di laut. Dengan mekanisme nanti sesar naik, itu pasti akan ada tsunami. Kalau dengan jumlah yang besar tersebut, kira-kira 20 meter yang bakal terjadi sampai mungkin di beberapa lokasi bisa 30 meter bisa saja. Tergantung pemodelannya," ungkapnya.
Heri Andreas menyatakan, pemodelan dan penelitian ini bukan bertujuan untuk memberikan rasa takut yang berlebihan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Justru penelitian ini merupakan peringatan awal, supaya semua pihak menjadi waspada dan menyiapkan sejumlah mitigas jika bencana tsunami terjadi.
Heri juga memberikan saran bagi pemerintah supaya bisa menyiapkan mitigasi untuk menghadapi potensi bencana tersebut. Ia menyebut, ada upaya mitigasi struktural dan non struktural yang bisa menjadi solusi menghadapi ancaman itu.
"Mitigasi struktural kita bisa bangun tanggul tsunami kayak di Jepang. Tapi itu kita kayaknya enggak mampu karena cost-nya juga mahal. Berarti kita bisa memilih mitigasi non struktural, dengan menyiapkan masyarakatnya paham kalau misalnya ada gempa, mereka sudah harus lari ke mana," tuturnya.
Mitigasi non struktural bisa dilakukan pemerintah dengan menyiapkan jalur-jalur evakuasi warga yang tinggal di wilayah pesisir. Jalur evakuasi ini harus dipastikan aman ketika memang potensi tsunami puluhan meter tersebut datang menerjang.
"Jadi disikapinya lebih ke positif aja, bukan untuk menakut-nakuti. Apalagi di selatan Jawa Barat sama Banten kan jadi lokasi wisata yang banyak dikunjungi orang. Jadi harus disiapkan jalur evakuasinya mau ke mana, orang-orang kalau lari menyelamatkan diri ke mana. Jadi memang untuk kewaspadaan dari awal," ujarnya.