Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut tanggal 30 November bakal terjadi fenomena tengah hari lebih awal. Salah satunya terjadi di Kota Bandung.
Fenomena tengah hari lebih awal itu dikarenakan nilai perata waktu yang lebih besar. Sehingga Matahari akan transit lebih cepat dibandingkan dengan hari-hari biasanya dalam setahun.
"Secara umum, dampak tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbit Matahari lebih cepat," kata Andi Pangerang, selaku Peneliti Pusat Riset Antariksa (LAPAN) BRIN dalam unggahan resmi akun Instagram LAPAN, seperti dikutip detikJabar, Selasa (1/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam unggahan itu, LAPAN menampilkan tabel waktu siang hari di beberapa kota di Indonesia, salah satunya Kota Bandung. Menurut LAPAN, siang tengah hari di Kota Bandung terjadi pada 11.33 WIB pada 3 November.
Kondisi demikian, dikatakan Andi, waktu salat akan lebih cepat. Andi menerangkan waktu salat duha --saat ketinggian Matahari mencapai +4,5 derajat atau sepenggalah--, maupun waktu subuh sekaligus awal fajar atau akhir malam akan lebih cepat dibandingkan hari biasa. Hal ini terjadi terutama di wilayah selatan Indonesia.
"Selain itu juga menyebabkan waktu terbenam Matahari (magrib) maupun waktu isa sekaligus akhir senja astronomis (awal malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah utara Indonesia," kata Andi.
Andi menerangkan tentang istilah perata waktu. Ia menjelaskan perata waktu merupakan selisih antara waktu Matahari sejati, dan waktu Matahari rata-rata. Perata waktu dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kemiringan sumbu Bumi dan kelonjongan orbit Bumi.
1. Kemiringan sumbu Bumi
Saat kemiringan sumbu bumi menjauhi titik setimbang menuju simpangan maksimumnya (September-Desember dan Maret-Juni), Matahari akan transit lebih cepat. Sedangkan, saat kemiringan sumbu Bumi menjauhi simpangan maksimum menuju titik setimbang
(Juni-September dan Desember-Maret), Matahari akan transit lebih lambat.
2. Kelonjongan orbit Bumi
Kelonjongan orbit bumi ini terjadi saat orbit Bumi tidak sepenuhnya lingkaran sempurna, namun berbentuk elips dengan kelonjongan 1/60. Keadaan ini juga biasanya disebut dengan aphelion. Saat Bumi menjauhi titik perihelion menuju aphelion (Januari-Juli), Matahari
akan transit lebih lambat. Sedangkan, saat Bumi menjauhi titik aphelion menuju perihelion (Juli-Januari), Matahari akan transit lebih cepat.
Hal ini membuat Matahari akan transit lebih cepat pada September-Desember dengan puncaknya pada awal November. Nilai perata waktu ketika tengah hari 3 November di Indonesia adalah +16 menit 27 detik.
Untuk menentukan kapan tengah hari dalam waktu lokal, dapat menggunakan rumus berikut:
Tengah Hari = 12 + Zona Waktu - Perata Waktu - Bujur/15
Contoh:
Bandung (Bujur = 107°36')
Tengah Hari = 12.00 +7.00 - (+00.16.27) - (107°36'/15°) = 11.33.09 WIB